Jakarta, EKOIN.CO – Kesadaran terhadap isu iklim di kalangan mahasiswa terus ditingkatIkan melalui pendekatan akademik dan tindakan konkret. Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian Institut Teknologi Bandung (FITB ITB) menjadi salah satu pelopor upaya ini.
Survei jejak karbon tahunan yang dilakukan oleh FITB ITB pada 2025 melibatkan 84 mahasiswa dari berbagai fakultas. Penilaian ini bagian dari mata kuliah Perubahan Iklim yang secara rutin mengukur kontribusi individu terhadap emisi karbon.
Rata-rata emisi tahunan mahasiswa mencapai 2,27 ton CO2-eq per orang, dengan angka tertinggi menyentuh 6,8 ton CO2-eq. Nilai ini mendekati rata-rata emisi global per kapita, mencerminkan peran signifikan aktivitas harian.
Pola konsumsi energi, penggunaan kendaraan bermotor, serta pola makan tercatat sebagai penyumbang utama emisi karbon. Hal ini memperlihatkan bahwa bahkan di lingkungan terdidik pun, gaya hidup memiliki dampak besar terhadap lingkungan.
Namun, sebagian mahasiswa menunjukkan kesenjangan antara aspirasi dan kenyataan. Beberapa menargetkan pengurangan hingga 980 ton CO2-eq per tahun, angka yang secara logika jauh dari capaian individu.
Optimisme dan Tantangan Literasi Iklim
Meski demikian, mayoritas mahasiswa menetapkan target yang lebih realistis. Rentang pengurangan antara 0,5 hingga 1,5 ton CO2-eq menunjukkan komitmen yang kuat terhadap pengurangan emisi pribadi.
Data tersebut dianalisis melalui pendekatan median dan kuartil, yang menghasilkan indikasi positif mengenai pemahaman serta niat mahasiswa terhadap krisis iklim yang semakin mendesak.
Namun, inkonsistensi pada sebagian jawaban juga menyoroti lemahnya literasi iklim di lingkungan kampus. Optimisme yang tidak disertai pengetahuan memadai bisa berujung pada target yang tidak efektif.
“Generasi muda adalah agen perubahan. Mereka adalah calon pengambil keputusan masa depan yang akan menentukan arah kebijakan dan inovasi dalam menghadapi krisis iklim,” ujar Dr. Joko Wiratmo, M.P., dari Kelompok Keahlian Sains Atmosfer.
Ia menambahkan bahwa membentuk kesadaran tidak cukup hanya melalui data, namun juga membutuhkan pendekatan lintas sektor dan lintas disiplin untuk menginternalisasi isu iklim di semua lini kehidupan mahasiswa.
Rekomendasi dan Langkah Konkret
Berdasarkan temuan survei, beberapa rekomendasi diajukan oleh tim pengajar. Di antaranya, integrasi materi jejak karbon ke dalam kurikulum seluruh fakultas untuk memperluas pemahaman lintas disiplin ilmu.
Usulan lainnya mencakup pengembangan dashboard kampus yang mampu mencatat dan memvisualisasikan emisi karbon individu mahasiswa secara real time, sebagai sarana monitoring dan refleksi diri.
Aksi nyata juga diusulkan, seperti mendorong penggunaan transportasi ramah lingkungan, mengurangi konsumsi barang impor, serta menerapkan gaya hidup rendah emisi dalam kegiatan sehari-hari.
Lebih jauh, kerja sama antara kampus dan industri dipandang penting. Kerja sama ini diharapkan melahirkan program magang dan riset yang fokus pada teknologi hijau dan transisi energi berkelanjutan.
Dengan dukungan sistematis dari institusi pendidikan, mahasiswa diyakini mampu menjadi pelopor dalam menyebarkan kesadaran iklim di tengah masyarakat yang lebih luas.
Survei jejak karbon yang dilakukan FITB ITB menunjukkan bahwa mahasiswa memiliki peran penting dalam perjuangan menghadapi perubahan iklim. Meskipun masih ada ketimpangan pemahaman dan harapan, semangat dan niat untuk berubah sudah mulai tumbuh.
Integrasi edukasi iklim yang mendalam, dilengkapi dengan pendekatan praktis dan kolaboratif, akan memperkuat kesiapan generasi muda dalam mengambil peran aktif. Peningkatan literasi menjadi fondasi dalam membentuk tindakan kolektif yang efektif dan berkelanjutan.
Kesadaran individu yang didorong oleh data dan refleksi diri, jika diperkuat secara konsisten, akan menjadi kekuatan utama menuju masa depan yang lebih hijau dan rendah karbon. Di tangan generasi muda, perubahan itu bukan sekadar kemungkinan, melainkan keharusan.(*)