Jakarta, EKOIN.CO – Pemerintah Indonesia, melalui Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek), secara resmi memperkenalkan program strategis nasional Sekolah Garuda. Acara peluncuran tersebut berlangsung pada Rabu, 8 Oktober 2025. Pengenalan program ini digelar serentak di 16 wilayah Indonesia, yang bertujuan mewujudkan keseimbangan akses pendidikan berkualitas sekaligus mengakselerasi pengembangan talenta berprestasi di seluruh Nusantara.
Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendiktisaintek), Prof. Brian Yuliarto, Ph.D., mengungkapkan detail penting terkait program ini, termasuk alokasi anggarannya. Prof. Brian menjelaskan bahwa pembangunan satu unit Sekolah Garuda Baru akan menelan anggaran sekitar Rp200 miliar. Angka fantastis ini menunjukkan keseriusan pemerintah dalam menyiapkan fasilitas pendidikan unggul.
Baca juga : Kemendiktisaintek Dorong Perguruan Tinggi sebagai Motor Ekonomi
Prof. Brian Yuliarto menyampaikan informasi anggaran tersebut usai pengenalan Sekolah Garuda yang dipusatkan di SMAN Unggulan MH Thamrin di Jakarta Timur pada Rabu (8/10). Ia menjelaskan bahwa alokasi besar ini dikhususkan untuk pembangunan sekolah yang dimulai dari nol di daerah yang belum memiliki sekolah unggulan sama sekali.
Sekolah Garuda lahir dari visi besar Presiden Prabowo Subianto, yang dituangkan melalui Program Hasil Terbaik Cepat (PHTC) Nomor 4. Visi ini berfokus pada pembangunan sekolah-sekolah unggul yang terintegrasi di setiap kabupaten. Program ini merupakan investasi besar dalam membentuk generasi Indonesia yang cerdas dan berdaya saing global, namun tetap berpijak pada nilai-nilai lokal.
Mendiktisaintek menjelaskan bahwa Sekolah Garuda terdiri dari dua skema utama, yaitu Sekolah Garuda Baru dan Sekolah Garuda Transformasi. Kedua skema ini dirancang sinergis untuk meningkatkan kualitas serta pemerataan akses pendidikan di seluruh Indonesia.

Target dan Anggaran Pembangunan Sekolah Garuda
Pemerintah pada tahun ini mulai membangun empat sekolah garuda baru. Lokasi pembangunan empat sekolah perintis ini tersebar di Belitung Timur, Timor Tengah Selatan (Nusa Tenggara Timur), Konawe Selatan (Sulawesi Tenggara), dan Bulungan (Kalimantan Utara). Pemilihan lokasi ini sangat strategis, menyasar daerah yang sering dikategorikan sebagai wilayah 3T.
Prof. Brian Yuliarto menargetkan empat Sekolah Garuda Baru yang tengah dibangun itu akan selesai dan mulai menerima siswa baru pada tahun ajaran 2026 mendatang. Selain itu, untuk skema Transformasi, targetnya pada tahun depan, program ini bisa bertambah hingga 30 sekolah.
Secara keseluruhan, pemerintah menargetkan pembangunan 20 Sekolah Garuda Baru hingga tahun 2029. Di samping itu, sebanyak 80 Sekolah Garuda Transformasi akan dikembangkan hingga tahun 2029. Target ini menunjukkan perbandingan yang signifikan, di mana 80% dari total sekolah unggulan yang dikembangkan adalah sekolah eksisting. “Justru yang 80 sekolah itu adalah yang eksisting. Jadi justru yang 80 persennya itu adalah eksisting seperti MH Thamrin ini,” kata Brian.
Brian juga menegaskan bahwa pembangunan Sekolah Garuda Baru dikhususkan untuk daerah-daerah yang belum atau tidak ada sama sekali sekolah unggulannya. Ini adalah upaya nyata untuk mencapai pemerataan pendidikan unggul di seluruh pelosok Indonesia, sesuai dengan semangat PHTC Presiden.
Menurut Prof. Brian, Sekolah Garuda berdiri di atas tiga pilar utama. Pilar pertama adalah sebagai penyeimbang akses, memastikan seluruh anak bangsa berkesempatan berprestasi. Pilar kedua, sebagai inkubator pemimpin, yang bertugas menyiapkan Generasi Emas Indonesia 2045, dengan fokus utama di bidang sains dan teknologi. Dan pilar ketiga adalah pendidikan berkualitas yang menyatu dengan pengabdian masyarakat.

Dua Skema Utama dan Lokasi Peluncuran
Sekolah Garuda Baru dirancang sebagai ekosistem pembelajaran inklusif di wilayah Tertinggal, Terdepan, dan Terluar (3T). Program ini dilengkapi kurikulum berbasis data, fasilitas efisien, dan menjadikan program pengabdian masyarakat sebagai bagian integral dari proses belajar.
Sementara itu, Sekolah Garuda Transformasi difokuskan untuk memperkuat SMA/MA yang sudah ada agar mampu mencapai standar pendidikan kelas dunia. Program ini mencakup pembinaan intensif siswa, peningkatan kapasitas guru, serta penguatan manajemen sekolah secara komprehensif.
Prof. Brian Yuliarto mengungkapkan harapannya yang besar. “Sekolah Garuda ini memang kita siapkan untuk melahirkan para petarung, Garuda-garuda muda, yang lawannya bukan lagi sesama anak bangsa, tetapi negara lain,” ujarnya. Ia memberikan penekanan bahwa tujuannya adalah melahirkan talenta yang mampu bersaing global. “Singapura, China, Jepang, Amerika bisa bikin apa, kita juga harus bisa. Itulah yang nanti dilahirkan oleh Sekolah Garuda, petarung-petarung dengan level yang siap bersaing,” tambahnya.
Peluncuran program Sekolah Garuda yang dilakukan serentak di 16 wilayah Indonesia terdiri atas 12 titik Sekolah Garuda Transformasi dan 4 titik lokasi pembangunan Sekolah Garuda Baru.
Dua belas Sekolah Garuda Transformasi yang menjadi bagian dari pengenalan serentak meliputi: SMAN 10 Fajar Harapan, Aceh; SMA Unggul Del, Sumatera Utara; MAN Insan Cendekia Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan; SMAN Unggulan MH Thamrin, DKI Jakarta; SMA Cahaya Rancamaya, Jawa Barat; SMA Taruna Nusantara, Jawa Tengah; SMA Pradita Dirgantara, Jawa Tengah; SMAN 10 Samarinda, Kalimantan Timur; SMAN Banua BBS, Kalimantan Selatan; MAN Insan Cendekia Gorontalo, Gorontalo; SMAN Siwalima Ambon, Maluku; dan SMA Averos Sorong, Papua Barat Daya.
Empat lokasi pembangunan Sekolah Garuda Baru yang juga turut dikenalkan pada hari itu adalah Belitung Timur; Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur; Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara; dan Bulungan, Kalimantan Utara. Sekolah Garuda diharapkan melahirkan talenta kelas dunia, juga menjadi model inovatif dalam peningkatan kualitas dan pemerataan pendidikan di Indonesia.
Program ini hadir sebagai katalisator transformasi pendidikan nasional. Melalui model sekolah berasrama, kurikulum berstandar internasional, serta fokus pada pemerataan akses, Sekolah Garuda diharapkan dapat menumbuhkan generasi pemimpin dan inovator yang holistik, berdaya saing global, serta siap berkontribusi untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045.

Kesimpulannya, peresmian program Sekolah Garuda pada Rabu (8/10/2025) di Jakarta dan 15 lokasi lain menandai dimulainya proyek strategis nasional yang ambisius. Dengan anggaran sebesar Rp200 miliar untuk setiap Sekolah Garuda Baru, pemerintah menunjukkan komitmennya yang tinggi dalam menyediakan infrastruktur pendidikan unggul, terutama di daerah-daerah yang selama ini memiliki keterbatasan akses.
Strategi dua skema, yaitu Sekolah Garuda Baru dan Sekolah Garuda Transformasi, adalah pendekatan yang cerdas. Hal ini memastikan pemerataan pendidikan unggul hingga ke wilayah 3T sekaligus mengoptimalkan potensi sekolah-sekolah eksisting. Program ini bertujuan utama mencetak ‘petarung’ yang berdaya saing global, sejalan dengan visi Indonesia Emas 2045.
Fokus pada tiga pilar utama—penyeimbang akses, inkubator pemimpin sains dan teknologi, serta pengabdian masyarakat—menegaskan bahwa Sekolah Garuda tidak hanya mengutamakan kecerdasan akademis. Program ini juga membangun karakter pemimpin yang holistik dan menjunjung tinggi nilai-nilai lokal.
Target operasional empat sekolah baru pada tahun 2026 dan pengembangan 80 sekolah transformasi hingga 2029 menjadi tolok ukur keseriusan pemerintah. Dengan demikian, program Sekolah Garuda menjadi investasi jangka panjang yang krusial untuk masa depan bangsa.(*)
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v


























