JAKARTA TIMUR EKOIN.CO – Aktivitas perdagangan di Pasar Induk Beras Cipinang mendadak lesu pada Sabtu (9/8/2025) setelah merebaknya isu beras oplosan. Sejumlah toko dan gudang di kawasan ini terlihat tutup rapat, memicu kekhawatiran di kalangan pedagang dan pembeli.
Gabung WA Channel EKOIN untuk berita terkini
Beberapa gudang berwarna hijau di Pasar Induk tampak sepi tanpa aktivitas bongkar muat. Rolling door terkunci rapat, hanya menyisakan deretan sepeda motor yang terparkir di depan bangunan.
Meski begitu, di salah satu toko Blok A masih terlihat aktivitas memindahkan beras dari mobil bak terbuka ke gudang. Pemandangan ini menjadi kontras di tengah suasana pasar yang sebagian besar lengang.
Sementara itu, di sekitar Blok A, truk-truk pengangkut beras hanya terparkir dengan para sopir berteduh di depan toko yang tutup. Mereka menunggu instruksi atau pembukaan kembali pasar yang belum jelas waktunya.
Banyak Blok Pasar Sepi Aktivitas
Penutupan toko dan gudang juga terjadi di Blok L, di mana tidak terlihat tanda-tanda transaksi. Kondisi ini membuat arus barang terhambat dan suplai ke sejumlah wilayah terancam terganggu.
Berbeda dengan Blok L, di Blok I transaksi masih berlangsung meski jumlah pembeli berkurang. Beberapa kios di area ini tetap melayani pelanggan yang datang untuk membeli stok harian.
Seorang pedagang di Blok K mengungkapkan bahwa penutupan toko di Blok A terjadi karena ketakutan pedagang terhadap isu beras oplosan.
“Itu pada tutup. Kenapa? Karena memang dia ketakutan. Jadi, untuk menekan harga beras, ya diaduk sama beras broken, beras patah,” ujarnya.
Pedagang itu menambahkan, “Cuma sekarang enggak berani kerja. Takut kena razia tadi. Tutup semua itu. Coba saja ke gudang. Tutup semua.”
Menurutnya, biasanya aktivitas pasar ramai pada Senin hingga Jumat. Namun, dalam tiga pekan terakhir, banyak pedagang memilih libur untuk menghindari kerugian.
“Ya itu karena harga tinggi, menurunkan harga juga harus menurunkan kualitas (beras) juga. Kalau menurunkan kualitas, ditangkap Satgas. Ya mending libur,” tegasnya lagi.
Masih Ada Pedagang yang Bertahan
Meski sebagian besar toko tutup, ada pedagang yang tetap beroperasi. Ia merasa aman karena berjualan beras tradisional yang dikemas dalam karung kecil maupun curah.
“Kalau saya kan melayani beras tradisional. Tapi biasanya itu karung kecil. Karung kecil itu jadi sorotan. Kalau karung gede itu beras curah. Beras curah itu jualnya literan,” jelasnya.
Pedagang ini mengaku tetap waspada meski stok dagangannya tidak terkait isu beras oplosan. Ia berharap pemeriksaan dilakukan secara adil agar tidak merugikan pedagang yang berjualan secara legal.
Kondisi pasar yang tidak stabil membuat sebagian pembeli memilih menunda belanja. Mereka khawatir harga akan naik jika pasokan dari Pasar Induk terus berkurang.
Pengamat perdagangan menilai isu beras oplosan ini bisa berdampak pada distribusi pangan, terutama di Jakarta dan sekitarnya. Ketidakpastian ini dikhawatirkan memicu kenaikan harga di tingkat konsumen.
Selain itu, jika penutupan berlangsung lama, potensi kehilangan pendapatan bagi pedagang dan sopir pengangkut akan semakin besar. Hal ini bisa mengganggu mata pencaharian banyak keluarga yang bergantung pada pasar.
Pasar Induk Beras Cipinang selama ini menjadi pusat distribusi utama beras di Jakarta. Gangguan pasokan dari pasar ini dapat mempengaruhi ketersediaan beras di pasar tradisional dan modern.
Pihak pengelola pasar diharapkan segera berkoordinasi dengan aparat dan pedagang untuk menemukan solusi agar aktivitas kembali normal. Upaya komunikasi yang transparan dinilai penting untuk menghindari kepanikan.
Situasi ini masih terus dipantau, dan belum ada kepastian kapan seluruh toko dan gudang akan kembali beroperasi seperti biasa.
Pedagang yang masih bertahan berharap isu beras oplosan dapat diselesaikan secepatnya agar pasar kembali ramai.
Masyarakat diimbau untuk tetap tenang dan membeli beras sesuai kebutuhan, tanpa melakukan penimbunan yang justru bisa memicu kelangkaan.
Isu beras oplosan telah menimbulkan kekhawatiran besar di Pasar Induk Beras Cipinang, membuat banyak pedagang menutup usaha demi menghindari risiko hukum dan kerugian finansial.
Diperlukan langkah cepat dari pihak berwenang untuk memverifikasi kebenaran isu tersebut, mengedukasi pedagang, dan memulihkan kepercayaan pasar.
(*)
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v