Jakarta EKOIN.CO – Presiden Prabowo Subianto menegaskan pesan penting kepada Tentara Nasional Indonesia (TNI) agar tidak pernah mengkhianati bangsa, negara, dan rakyat. Pesan ini disampaikan saat dirinya berada di atas Kapal Markas KRI dr. Radjiman Wedyodiningrat-992 pada Jumat (3/10/2025). Arahan itu dinilai sebagai peringatan tepat, mengingat besarnya kekuatan TNI yang dapat digunakan untuk membangun sekaligus berpotensi merusak negara jika keluar dari jalurnya.
Ikuti berita terkini di WA Channel EKOIN
Pengamat komunikasi politik Universitas Esa Unggul, Jamiluddin Ritonga, menilai bahwa langkah Presiden Prabowo sudah seharusnya dilakukan. Menurutnya, kekuatan TNI yang sangat besar bisa digunakan dalam berbagai hal, baik untuk memperkuat negara maupun sebaliknya, digunakan demi kepentingan politik yang bertentangan dengan demokrasi.
Pesan TNI dan Kekuatan Politik
Jamiluddin menjelaskan, salah satu alasan penting Prabowo mengingatkan TNI agar tidak berkhianat adalah karena besarnya kekuatan militer yang mereka miliki. Jika kekuatan tersebut digunakan di luar jalur, termasuk untuk melakukan kudeta, maka hal itu jelas bertentangan dengan semangat demokrasi.
“Kekuatan TNI itu juga dapat digunakan untuk kepentingan politik, misalnya melakukan kudeta untuk mengambil kekuasaan secara paksa dan bertentangan dengan kehendak demokrasi,” ujar Jamiluddin.
Ia menambahkan, pesan Prabowo menjadi pengingat agar TNI tidak menyalahgunakan kewenangannya. “Kalau TNI menggunakan kekuatan di luar koridor itu, berarti TNI sudah berkhianat kepada bangsa, negara, dan rakyat,” sambungnya.
TNI Sebagai Tentara Rakyat
Selain faktor kekuatan militer, pesan Prabowo juga menegaskan bahwa TNI sejatinya berasal dari rakyat. Hal ini berarti TNI harus tumbuh bersama rakyat, menjaga kedekatan, serta mengabdikan diri sepenuhnya untuk kepentingan bangsa dan negara.
“Jadi, TNI itu tentara rakyat. Karena itu, TNI bagian dari rakyat itu sendiri, bukan entitas yang terpisah,” kata Jamiluddin.
Ia menekankan prinsip “TNI manunggal dengan rakyat” harus dijaga. TNI harus tetap menjadi pelindung dan pengayom masyarakat sebagaimana tertuang dalam Sapta Marga, Sumpah Prajurit, dan 8 Wajib TNI.
Dalam penilaiannya, pesan Prabowo memiliki makna mendalam agar TNI tidak pernah melupakan asal usulnya. Menurut Jamiluddin, jika sampai mengkhianati rakyat, TNI sama saja mengingkari jati diri dan sejarah kelahirannya.
“Prabowo berharap prajurit tidak pernah berpikir untuk berkhianat kepada bangsa, negara, dan rakyat. Sebab, kalau TNI berkhianat itu sama saja sudah lupa pada jati dirinya. TNI sudah lupa dengan asal usulnya,” tegasnya.
Dengan demikian, pesan Presiden bukan hanya sekadar peringatan, tetapi juga refleksi bagi TNI untuk senantiasa menjaga amanah rakyat dan konsisten dalam pengabdian demi keutuhan bangsa dan negara.
Pesan Presiden Prabowo Subianto kepada TNI menjadi alarm moral yang kuat. Dengan posisi strategisnya, TNI diingatkan agar senantiasa berada pada jalur demokrasi dan tidak tergoda oleh kekuatan politik yang dapat merusak persatuan bangsa.
TNI yang besar harus diarahkan untuk memperkuat keamanan nasional dan kesejahteraan rakyat. Jangan sampai kekuatan itu dimanfaatkan untuk kepentingan yang bertentangan dengan konstitusi.
Kedekatan TNI dengan rakyat adalah fondasi penting yang harus dijaga. Manunggal dengan rakyat berarti hadir melindungi, bukan mengkhianati.
Pesan ini juga menjadi refleksi agar setiap prajurit tetap berpegang teguh pada Sapta Marga dan Sumpah Prajurit sebagai pedoman pengabdian.
Dengan demikian, menjaga kesetiaan terhadap bangsa, negara, dan rakyat bukan hanya kewajiban, tetapi juga identitas sejati TNI. ( * )
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v