Pasangkayu EKOIN.CO – Harga sejumlah komoditas sayuran mengalami penurunan tajam di Pasar Desa Randomayang, Kecamatan Bambalamotu, Kabupaten Pasangkayu, Sulawesi Barat dalam sepekan terakhir. Kondisi ini berdampak signifikan pada aktivitas perdagangan di pasar tradisional tersebut.
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v
Penurunan harga terjadi pada beberapa jenis sayuran utama, seperti tomat dan cabai. Harga tomat yang sebelumnya mencapai Rp22 ribu per kilogram kini hanya dijual seharga Rp10 ribu per kilogram. Cabai keriting yang sebelumnya Rp60 ribu turun menjadi Rp30 ribu per kilogram, sementara cabai rawit dari Rp50 ribu menjadi Rp25 ribu per kilogram.
Kondisi ini berbanding terbalik dengan harga bawang merah yang justru mengalami kenaikan dari Rp50 ribu menjadi Rp60 ribu per kilogram. Untuk bawang putih, harga terpantau stabil di kisaran Rp40 ribu per kilogram tanpa adanya perubahan dalam beberapa waktu terakhir.
Pedagang Mengeluhkan Perputaran Barang yang Lambat
Ading, seorang pedagang sayuran di Pasar Randomayang, mengungkapkan bahwa penurunan harga sudah terjadi selama sekitar satu pekan terakhir. Ia menyampaikan bahwa situasi ini bukan pertama kali terjadi dan biasa terjadi saat musim panen raya di daerah penghasil.
“Kalau harga mahal malah lebih cepat laku, soalnya orang buru-buru beli karena takut naik lagi. Kalau murah begini, pembeli malah santai, jualan jadi agak lambat,” ujar Ading saat ditemui Sabtu (2/8/2025), sambil menata cabai dagangannya.
Menurutnya, fluktuasi harga sayuran sangat tergantung pada musim dan ketersediaan stok dari daerah penghasil. Salah satu daerah yang menjadi pemasok utama adalah Palu, Sulawesi Tengah. Ketika pasokan dari wilayah ini melimpah, harga langsung menyesuaikan.
“Kami sih ikut harga dari pengepul. Kalau barang dari atas murah, ya kita ikut murah. Tapi tetap berharap harga stabil, jangan terlalu anjlok,” kata Ading menambahkan.
Musim Panen Sebabkan Harga Menurun
Dari penuturan para pedagang, turunnya harga ini berkaitan langsung dengan musim panen yang tengah berlangsung. Banyak petani di daerah penghasil tengah memanen hasil tanamannya sehingga pasokan membanjiri pasar.
Fenomena kelebihan pasokan ini menyebabkan harga anjlok di tingkat pengepul. Imbasnya dirasakan langsung oleh pedagang eceran seperti di Pasar Randomayang. Harga jual di tingkat konsumen pun menurun drastis.
Kendati demikian, pedagang berharap agar harga tidak terus menurun. Harga yang terlalu rendah menyulitkan mereka dalam menjaga margin keuntungan. Selain itu, perputaran barang justru menjadi lambat karena pembeli tidak merasa terdesak untuk segera membeli.
Pasar Randomayang sendiri menjadi salah satu pusat perdagangan sayuran di Kecamatan Bambalamotu, tempat bertemunya pedagang dan pembeli dari berbagai desa sekitar. Oleh karena itu, fluktuasi harga di pasar ini menjadi indikator penting dalam stabilitas harga sayur-mayur di wilayah Pasangkayu.
Dari pantauan di lapangan, kondisi serupa juga terjadi pada pedagang lainnya yang menyebut penurunan harga berdampak pada pendapatan harian mereka. Meskipun harga murah biasanya menguntungkan konsumen, bagi pedagang ini berarti keuntungan berkurang.
Harga yang terus berubah juga membuat sebagian pedagang kesulitan dalam memperkirakan jumlah stok yang harus disiapkan. Jika stok terlalu banyak saat harga murah dan barang tidak cepat terjual, dikhawatirkan sayuran akan membusuk dan menimbulkan kerugian.
Perubahan harga ini juga berdampak pada sistem distribusi. Pengepul cenderung menurunkan harga pembelian dari petani, sehingga mata rantai distribusi mengalami tekanan dari sisi margin keuntungan.
Dari sisi konsumen, kondisi ini memberi keuntungan karena harga sayuran menjadi lebih terjangkau. Namun, menurut beberapa pembeli, mereka tidak langsung membeli banyak karena menganggap harga masih bisa lebih turun.
Fluktuasi seperti ini menjadi tantangan tersendiri bagi pedagang yang harus menyesuaikan diri dengan kondisi pasar. Banyak dari mereka berharap pemerintah daerah bisa memberikan solusi agar harga lebih stabil, seperti pengaturan pasokan atau penyimpanan hasil panen.
fenomena harga murah tidak selalu berdampak positif bagi semua pihak di rantai perdagangan. Di sisi petani dan pedagang, harga rendah bisa berarti kerugian. Sedangkan bagi konsumen, ini menjadi waktu yang tepat untuk berbelanja hemat.
Para pedagang berharap adanya intervensi dari pemerintah untuk menstabilkan harga. Salah satu bentuk intervensi bisa berupa pengaturan distribusi hasil panen dari daerah penghasil agar tidak menumpuk di pasar lokal secara bersamaan.
Sementara itu, bagi pembeli, diharapkan bisa tetap mendukung pedagang lokal dengan membeli secara rutin, meskipun harga sedang turun. Dukungan ini membantu menjaga keberlangsungan pasar tradisional.
Sebagai solusi jangka panjang, pengembangan sistem penyimpanan dan pendinginan hasil pertanian bisa menjadi langkah strategis agar komoditas tidak langsung dijual dalam waktu bersamaan dan menekan harga.
Pasar tradisional seperti di Pasangkayu menjadi barometer penting dalam ekonomi lokal. Oleh karena itu, stabilitas harga menjadi kebutuhan semua pihak demi kelangsungan perdagangan dan kesejahteraan masyarakat. (*)