Kyiv EKOIN.CO – Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menyatakan bahwa pemerintahannya telah mengajukan proposal untuk menggelar putaran baru perundingan damai dengan Rusia pada pekan depan. Hal ini disampaikan dalam pidato video pada Sabtu malam, 19 Juli 2025, di tengah stagnasi yang terjadi dalam perundingan sebelumnya antara kedua negara.
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v
Dalam pidato tersebut, Zelensky menjelaskan bahwa Sekretaris Dewan Keamanan dan Pertahanan Nasional Ukraina, Rustem Umerov, telah mengusulkan kepada pihak Rusia untuk mengadakan pertemuan berikutnya. “Sekretaris NSDC (Rustem) Umerov juga melaporkan bahwa ia telah mengusulkan pertemuan lain dengan pihak Rusia minggu depan,” ucapnya seperti dikutip dari Arab News dan Al Arabiya.
Zelensky menegaskan kembali kesiapannya untuk bertemu langsung dengan Presiden Rusia Vladimir Putin. Ia menyebutkan bahwa pertemuan langsung antara pemimpin kedua negara adalah hal penting untuk mencapai perdamaian yang langgeng. “Pertemuan di tingkat kepemimpinan diperlukan untuk benar-benar memastikan perdamaian – perdamaian abadi,” ujarnya.
Sebelumnya, dua pertemuan langsung antara delegasi Ukraina dan Rusia telah dilaksanakan di Istanbul, Turki. Namun, tidak satu pun dari keduanya membuahkan hasil konkret dalam hal gencatan senjata. Meski begitu, perundingan tersebut menghasilkan kesepakatan kemanusiaan, termasuk pertukaran tahanan dan pengembalian jenazah tentara yang gugur.
Putaran Damai Gagal, Pertukaran Tahanan Berlanjut
Dalam pidatonya, Zelensky juga menyampaikan bahwa pembicaraan terkait pertukaran tahanan dan jenazah tentara yang gugur masih terus berjalan. Ia menambahkan bahwa timnya sedang mengerjakan pertukaran berikutnya, meskipun tidak memberikan rincian lebih lanjut mengenai rencana tersebut.
Di sisi lain, pihak Rusia hingga kini belum memberikan pernyataan resmi atas usulan terbaru dari Ukraina. Namun, beberapa media Rusia, termasuk kantor berita RIA, mengonfirmasi bahwa usulan pertemuan tersebut memang ada, dengan mengutip sumber yang dekat dengan tim negosiasi Rusia.
Pada Jumat, 18 Juli, Zelensky menulis di platform X bahwa proses implementasi hasil perundingan sebelumnya masih membutuhkan dorongan lebih kuat. Pernyataan itu ia sampaikan usai mengadakan pertemuan dengan Rustem Umerov untuk mengevaluasi perkembangan terbaru.
Menanggapi pernyataan tersebut, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov menganggapnya sebagai langkah yang positif. Ia menyatakan bahwa Moskow menyambut baik sinyal dari Kyiv dan sepakat bahwa proses negosiasi memang harus memperoleh momentum baru.
Syarat Berat Rusia dan Penolakan Ukraina
Perundingan terakhir antara Rusia dan Ukraina diadakan pada 2 Juni di Istanbul. Dalam pertemuan itu, kedua belah pihak berhasil mencapai sejumlah kesepakatan kemanusiaan, meski tidak menyentuh inti dari konflik bersenjata yang berlangsung.
Rusia, dalam pertemuan tersebut, menyampaikan tuntutan yang dianggap keras, seperti permintaan penyerahan wilayah tambahan dari Ukraina dan penolakan total terhadap bantuan militer Barat. Permintaan tersebut langsung ditolak oleh Kyiv yang menilai syarat itu tidak masuk akal.
Kyiv juga mempertanyakan efektivitas perundingan lanjutan jika Moskow tetap enggan memberikan kompromi berarti. Pemerintah Ukraina menyatakan bahwa mereka tidak akan berunding jika syarat yang diajukan hanya menguntungkan satu pihak.
Kremlin sendiri sebelumnya mengatakan bahwa mereka terbuka terhadap negosiasi lanjutan. Sikap ini muncul setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump menetapkan batas waktu 50 hari bagi Rusia untuk mencapai kesepakatan damai atau menghadapi sanksi internasional tambahan.
Trump juga menjanjikan dukungan militer baru kepada Ukraina melalui jalur bantuan dari negara-negara anggota NATO. Dukungan ini disebut sebagai respons atas terus berlanjutnya serangan udara Rusia terhadap wilayah Ukraina.
Pada Sabtu, 19 Juli, serangan udara Rusia kembali menelan korban jiwa. Tiga warga sipil dilaporkan tewas akibat serangan tersebut. Ini menunjukkan bahwa meskipun perundingan damai terus diupayakan, eskalasi konflik belum menunjukkan tanda-tanda mereda.
Upaya damai yang dilakukan Ukraina saat ini berfokus pada penyelesaian jangka panjang, bukan hanya gencatan senjata sementara. Zelensky menekankan pentingnya jaminan internasional atas perjanjian damai yang akan datang.
Sejumlah analis menilai bahwa peluang keberhasilan perundingan akan sangat bergantung pada fleksibilitas posisi masing-masing pihak. Namun, faktor eksternal seperti tekanan dari negara-negara besar juga berperan penting dalam memengaruhi jalannya dialog.
Di sisi lain, situasi kemanusiaan di wilayah timur Ukraina terus memburuk akibat serangan berulang dari militer Rusia. Laporan dari organisasi kemanusiaan internasional menunjukkan meningkatnya jumlah pengungsi dan korban sipil.
Meski begitu, Kyiv tampak tetap berpegang pada strategi diplomasi sebagai jalan utama menuju resolusi konflik. Hal ini terlihat dari konsistensi pemerintah Ukraina dalam mendorong kembali pertemuan-pertemuan resmi dengan Moskow.
Zelensky juga mengajak negara-negara mitra untuk ikut memfasilitasi dialog damai, seraya menekankan bahwa dukungan internasional sangat krusial untuk keberhasilan proses negosiasi.
Pemerintah Ukraina menegaskan bahwa perundingan berikutnya harus membuahkan hasil nyata, terutama yang berkaitan dengan perlindungan warga sipil dan penghentian serangan bersenjata.
dari situasi ini menunjukkan bahwa upaya menuju perdamaian masih sangat kompleks dan bergantung pada banyak faktor. Inisiatif Ukraina untuk melanjutkan perundingan menunjukkan tekad untuk menghindari eskalasi lebih lanjut.
Namun, tanpa adanya niat serupa dari pihak Rusia, jalan menuju kesepakatan damai bisa kembali buntu. Oleh karena itu, diplomasi multilateral mungkin dibutuhkan untuk menjembatani kesenjangan posisi antara kedua belah pihak.
Dukungan dari negara-negara besar, baik secara politik maupun ekonomi, juga berpotensi menjadi penggerak utama dalam proses perdamaian. Hal ini menuntut keterlibatan lebih aktif dari komunitas internasional.
Dalam konteks ini, penting pula adanya mekanisme pemantauan yang adil dan transparan agar setiap kesepakatan dapat diimplementasikan secara menyeluruh dan tidak dilanggar oleh salah satu pihak.
Sebagai pemerintah Ukraina perlu menyiapkan strategi diplomasi lanjutan yang tidak hanya mengandalkan satu jalur, namun juga membuka ruang untuk mediasi pihak ketiga yang independen. Hal ini akan membantu menciptakan atmosfer negosiasi yang lebih seimbang.
Langkah selanjutnya sebaiknya mencakup dialog lintas sektor, termasuk kerja sama dengan lembaga internasional yang dapat menjamin perlindungan sipil. Keterlibatan organisasi internasional juga memperkuat legitimasi perundingan.
Penting juga bagi Ukraina untuk memperkuat posisi tawarnya dengan mempererat hubungan strategis bersama mitra-mitra utama seperti Uni Eropa, AS, dan NATO. Pendekatan kolektif akan memperbesar tekanan terhadap Rusia.
Kegiatan diplomasi harus disertai dengan pendekatan kemanusiaan yang serius. Pemerintah dapat mendorong bantuan kemanusiaan lintas batas sebagai bagian dari negosiasi.
Terakhir, komunikasi yang jujur dan terbuka dengan publik Ukraina tetap penting. Transparansi atas perkembangan negosiasi akan memperkuat dukungan domestik terhadap kebijakan damai pemerintah.(*)