Brussels EKOIN.CO – Negara-negara anggota Uni Eropa resmi menyetujui penerapan tarif balasan senilai €93 miliar terhadap barang-barang asal Amerika Serikat. Keputusan ini diambil sebagai langkah antisipatif jika negosiasi perdagangan antara kedua pihak gagal mencapai kesepakatan sebelum 1 Agustus 2025, demikian keterangan dari sejumlah diplomat Uni Eropa pada Rabu, 23 Juli 2025.
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v
Kebijakan tarif balasan tersebut dipersiapkan sebagai bentuk skenario darurat atau countermeasure oleh Komisi Eropa. Meskipun blok Eropa masih mengutamakan jalur negosiasi, langkah ini menandai keseriusan Uni Eropa dalam melindungi kepentingan dagangnya, menyusul ancaman tarif impor sebesar 30 persen oleh Presiden AS Donald Trump.
Komisi Eropa menggabungkan dua paket tarif balasan sebelumnya senilai masing-masing €21 miliar dan €72 miliar menjadi satu daftar konsolidasi. Daftar ini kemudian diserahkan ke negara-negara anggota Uni Eropa untuk mendapatkan persetujuan bersama, sebelum diberlakukan paling cepat pada 7 Agustus 2025.
Persetujuan Bersyarat untuk Tarif Balasan
Tarif balasan yang disetujui tersebut merupakan kelanjutan dari paket tarif pertama yang telah dibekukan sejak April 2025, sebagai bentuk komitmen Uni Eropa memberi ruang bagi jalannya diplomasi dagang dengan Amerika Serikat. Namun, kini seluruh negara anggota telah menyetujui opsi tarif ini sebagai langkah cadangan.
Beberapa diplomat menyampaikan bahwa peluang kesepakatan perdagangan dengan Amerika Serikat masih terbuka. Salah satu opsi kesepakatan yang tengah dibahas menyerupai model kerja sama perdagangan AS dan Jepang, yakni penerapan tarif rata-rata sebesar 15 persen untuk barang-barang Uni Eropa yang masuk ke pasar AS.
Dalam skema tersebut, sektor-sektor strategis seperti otomotif dan farmasi menjadi target utama tarif. Namun, diplomat menekankan bahwa tarif baru ini tidak akan menambah beban di luar tarif standar AS yang rata-rata masih di bawah 5 persen untuk produk Uni Eropa.
Sejumlah sektor strategis diperkirakan akan dikecualikan dari tarif, termasuk produk pesawat terbang, kayu, obat-obatan tertentu, serta hasil pertanian spesifik. Para diplomat menyebutkan pengecualian ini telah disepakati secara prinsip sebagai bentuk kompromi.
Kepentingan Irlandia Diamankan dalam Negosiasi
Amerika Serikat, menurut sumber diplomatik, masih bertahan pada kebijakan tarif 50 persen untuk baja tanpa indikasi akan melakukan penurunan. Langkah ini dinilai sebagai bagian dari kebijakan industri Trump yang proteksionis.
Menteri Luar Negeri dan Perdagangan Irlandia, Simon Harris, mengonfirmasi dukungan penuh pemerintahnya terhadap upaya negosiasi Komisioner Maroš Šefčovič agar tercapai kesepakatan perdagangan menjelang 1 Agustus. Ia menyatakan, “Kami mendukung negosiasi tapi juga siap dengan langkah penyeimbang.”
Harris menegaskan bahwa paket tarif balasan bukan bentuk provokasi, melainkan antisipasi terukur dan terencana. Pemerintah Irlandia bahkan berhasil mengamankan produk-produk domestik dari potensi tarif balasan setelah konsultasi intensif dengan Komisi Eropa.
Beberapa produk sensitif asal Irlandia berhasil dikeluarkan dari daftar barang yang akan dikenai tarif. Dampaknya, dari potensi nilai €12,6 miliar yang masuk daftar tarif, kini hanya tersisa €10,2 miliar, atau berkurang sekitar €2,4 miliar.
Sebagian besar dari €1 miliar barang yang dihapus adalah produk yang menjadi andalan ekspor Irlandia ke Amerika Serikat. Produk-produk tersebut menyumbang porsi signifikan dari total impor Uni Eropa dari AS, menjadikan Irlandia sangat bergantung pada ekspor jenis barang tersebut.
Tak hanya itu, sebanyak 30 produk pertanian-pangan senilai €33 juta juga dicoret dari daftar. Beberapa komoditas yang dihapus termasuk kuda ras murni, gula, molase, serta produk cokelat tertentu yang sebelumnya dianggap berisiko tinggi terkena dampak tarif balasan.
Simon Harris menambahkan bahwa paket tarif balasan jika diterapkan akan merugikan bisnis di Eropa termasuk Irlandia. Ia menyatakan, “Kami tetap berharap paket ini tidak perlu berlaku, tetapi kami harus siap menghadapi kemungkinan terburuk. Sudah waktunya kesepakatan tercapai.”
Komisi Eropa tetap menyampaikan bahwa proses negosiasi dengan Amerika Serikat akan menjadi prioritas utama selama beberapa hari ke depan. Jika kesepakatan tercapai, tarif balasan tidak akan diberlakukan. Namun, jika gagal, Uni Eropa telah memiliki langkah yang disepakati bersama.
Para diplomat menyatakan bahwa konsolidasi paket tarif ini merupakan sinyal kuat kepada Amerika Serikat bahwa Uni Eropa bersatu dalam merespons kebijakan proteksionis Washington. Langkah ini dinilai penting agar posisi tawar Uni Eropa tetap kuat.
Negosiasi lanjutan dijadwalkan berlangsung selama pekan terakhir bulan Juli, dengan harapan keputusan final Presiden Trump dapat menghindari ketegangan dagang. Kesepakatan akan menjadi sinyal penting bagi stabilitas perdagangan global.
Meski belum ada keputusan akhir dari pihak Amerika Serikat, para pengamat memantau langkah Uni Eropa ini sebagai bentuk tekanan diplomatik agar Washington tidak melanjutkan kebijakan tarif sepihak yang dapat memicu perang dagang lintas Atlantik.
Komisi Eropa menegaskan bahwa semua langkah yang diambil tetap dalam kerangka kerja hukum Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), sebagai upaya perlindungan legal terhadap ekonomi Uni Eropa.
Uni Eropa kini berada dalam posisi siaga dengan tarif balasan senilai €93 miliar. Meskipun masih berharap pada jalur diplomasi, langkah ini menunjukkan kesiapannya merespons kebijakan dagang Amerika Serikat secara terukur.
Negosiasi perdagangan antara Uni Eropa dan Amerika Serikat diperkirakan akan berlangsung intensif hingga 1 Agustus. Hasil dari pembicaraan ini akan menentukan apakah perang tarif bisa dihindari atau justru terjadi eskalasi.
Kepentingan domestik sejumlah negara anggota Uni Eropa, seperti Irlandia, kini juga menjadi bagian penting dalam perhitungan tarif balasan tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa Uni Eropa mempertimbangkan dampak internal sebelum mengambil kebijakan.
Langkah diplomasi yang diambil Komisi Eropa mendapat dukungan penuh dari negara anggota. Konsolidasi sikap ini menjadi kekuatan tersendiri dalam menghadapi tekanan dagang dari Amerika Serikat.
pemerintah Indonesia perlu mencermati dinamika tarif ini karena potensi dampaknya terhadap rantai pasok global. Indonesia dapat mengambil peluang dari perubahan pola perdagangan antara AS dan Uni Eropa.
Kedua, Indonesia juga bisa memperkuat kerja sama dagang bilateral dengan Uni Eropa, dengan memanfaatkan celah pasar yang mungkin ditinggalkan oleh barang-barang asal Amerika Serikat.
Selanjutnya, pelaku usaha Indonesia perlu mengantisipasi potensi hambatan dagang tidak langsung, misalnya dari perubahan standar teknis dan regulasi pasca-tarif baru diberlakukan.
Indonesia juga dapat memperkuat posisi tawar dalam perundingan Perjanjian Ekonomi Komprehensif Regional (RCEP) dengan menjaga stabilitas pasokan dan tarif yang kompetitif di kawasan.
Akhirnya, pemerintah harus meningkatkan kapasitas diplomasi perdagangan, agar kepentingan Indonesia tetap terlindungi di tengah dinamika global yang kian proteksionis. (*)



























