ODESSA, EKOIN.CO – Angkatan Laut Ukraina pada Kamis (14/8/2025) melaporkan jatuhnya jet tempur Rusia Su-30SM senilai Rp 808 miliar di Laut Hitam, tepatnya di tenggara Pulau Ular (Pulau Zmiinyi). Pesawat tempur multiperan bermesin ganda itu kehilangan kontak dalam sebuah misi, memicu operasi pencarian oleh pasukan Rusia. Gabung WA Channel EKOIN.
Menurut laporan, hilangnya jet tempur itu terdeteksi dari komunikasi radio Rusia yang berhasil dicegat intelijen Ukraina. Informasi ini kemudian diperkuat dengan temuan puing-puing yang mengapung di permukaan laut. Hingga kini, keberadaan pilot belum diketahui.
Pihak Rusia segera menggelar misi penyelamatan setelah insiden terjadi, namun belum ada keterangan resmi dari pemerintah Rusia mengenai jatuhnya pesawat canggih tersebut. Meski demikian, sejumlah kanal Telegram pro-Kremlin memberikan indikasi tidak langsung terkait kecelakaan ini.
Jet Tempur dan Kerugian Rusia di Laut Hitam
Kejatuhan Su-30SM di Laut Hitam menambah daftar kerugian pesawat tempur Rusia sejak pecahnya perang Rusia-Ukraina. Pada 2 Mei lalu, Ukraina mengklaim berhasil menembak jatuh dua Su-30 dengan rudal udara-ke-udara dari drone laut di dekat Novorossiysk.
Selain itu, sebuah pesawat tempur lain diduga mengalami kerusakan dalam serangan di lapangan terbang yang digunakan Rusia untuk meluncurkan rudal hipersonik Kinzhal pada 9 Mei. Ulasan media setempat menilai rangkaian insiden ini sebagai tantangan serius bagi dominasi udara Rusia.
Saluran Telegram Rusia Military Informer menyebut pesawat tersebut berasal dari penerbangan angkatan laut Armada Laut Hitam. Sementara kelompok pemantau Angin Krimea mengindikasikan jet itu kemungkinan berbasis di pangkalan udara Saki atau Belbek, wilayah Krimea yang masih diduduki Rusia.
Spesifikasi Su-30SM dan Konteks Politik Global
Jet tempur Su-30SM, yang dikenal NATO dengan sebutan “Flanker-H”, merupakan pesawat generasi 4+ yang dikembangkan Irkut Corporation. Dengan radar array bertahap, avionik canggih, dan mesin vektor dorong, pesawat ini dirancang untuk misi superioritas udara sekaligus serangan darat.
Insiden ini terjadi bertepatan dengan agenda diplomatik besar, yakni pertemuan antara Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Amerika Serikat Donald Trump di Alaska pada 15 Agustus. Pertemuan itu disebut sebagai upaya merundingkan jalan keluar bagi konflik berkepanjangan di Ukraina.
Kremlin dan Gedung Putih sama-sama mengonfirmasi agenda pertemuan tersebut. AS sebelumnya mengusulkan pertemuan tiga pihak bersama Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, namun Putin menolak gagasan itu.
Trump dalam keterangannya menyebut akan mengetahui dalam “dua menit” setelah bertemu Putin, apakah Rusia benar-benar tertarik untuk mengakhiri perang. Pertemuan ini menjadi pertemuan puncak tatap muka pertama antara keduanya sejak KTT Helsinki 2018 di Finlandia.
Dalam perjalanannya, Trump dan Putin memang pernah berinteraksi di forum G20 Osaka pada 2019, tetapi tanpa agenda pembahasan resmi. Karena itu, pertemuan di Alaska dipandang memiliki bobot strategis yang lebih besar.
Kerugian pesawat tempur Rusia di Laut Hitam ini menambah sorotan dunia menjelang pertemuan bersejarah tersebut. Kehilangan jet canggih tidak hanya berdampak pada kekuatan militer Rusia, tetapi juga memperkuat posisi Ukraina dalam diplomasi internasional.
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v



























