Bangkok EKOIN.CO – Serangkaian diplomasi intensif selama 20 jam berhasil memecah kebuntuan dalam krisis perbatasan Thailand dan Kamboja, menyusul konflik bersenjata paling mematikan di kawasan itu dalam lebih dari satu dekade. Perkembangan signifikan terjadi setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump melakukan panggilan langsung kepada Perdana Menteri Thailand, mendorong negara tersebut untuk bergabung dalam perundingan gencatan senjata.
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v
Panggilan Trump tersebut menjadi momen penentu setelah upaya mediasi sebelumnya yang dilakukan oleh Perdana Menteri Malaysia dan pejabat China tidak membuahkan hasil. Seperti dilaporkan Reuters pada Rabu, 31 Juli 2025, pemerintah Thailand awalnya menolak campur tangan pihak ketiga dan bersikeras mengedepankan dialog bilateral.
Menurut seorang pejabat diplomatik senior, “Presiden Trump menelepon langsung Perdana Menteri Thailand pekan lalu dan menekankan pentingnya penyelesaian damai.” Seruan ini menjadi pemicu perubahan sikap Thailand, yang akhirnya bersedia berpartisipasi dalam perundingan yang diadakan di Malaysia.
Gencatan senjata disepakati usai pertempuran terberat
Negosiasi tersebut menghasilkan kesepakatan gencatan senjata yang efektif mulai tengah malam pada hari Senin. Kendaraan militer terlihat mulai meninggalkan wilayah perbatasan pada Selasa pagi. Thailand menuduh Kamboja dua kali melanggar gencatan senjata sebelumnya, namun pihak Kamboja belum memberikan tanggapan resmi atas tuduhan tersebut.
Konflik ini melibatkan perebutan wilayah sepanjang perbatasan yang dipersengketakan oleh kedua negara, terutama di dekat candi kuno Preah Vihear. Pertempuran sempat meluas ke wilayah-wilayah sipil, menyebabkan ribuan warga sipil mengungsi dari zona konflik.
Pejabat keamanan Thailand mengonfirmasi bahwa 16 tentara tewas dan lebih dari 40 lainnya luka-luka dalam bentrokan selama sepekan terakhir. Sementara itu, Kamboja melaporkan 22 korban jiwa di pihak militernya, meskipun data resmi masih diverifikasi oleh pihak ketiga.
Pemerintah Malaysia, sebagai tuan rumah perundingan, menyatakan bahwa gencatan senjata ini menjadi langkah awal menuju dialog lanjutan dan penyelesaian permanen. Menteri Luar Negeri Malaysia menambahkan bahwa “keberhasilan ini tidak lepas dari peran berbagai pihak internasional, termasuk Amerika Serikat dan China.”
Dimulainya kembali negosiasi tarif AS
Selain meredakan konflik militer, kesepakatan ini turut membuka jalan bagi dimulainya kembali negosiasi perdagangan antara Thailand dan Amerika Serikat, yang sempat tertunda akibat ketegangan perbatasan. Gedung Putih dalam pernyataannya menyebut, “Presiden Trump mendorong kedua negara untuk fokus pada stabilitas regional guna mendukung pertumbuhan ekonomi kawasan.”
Diplomat senior dari China juga berperan aktif dalam upaya damai ini dengan mengadakan pembicaraan paralel di Beijing. Namun, menurut Reuters, pengaruh terbesar datang setelah komunikasi langsung antara Presiden Trump dan pemimpin Thailand.
Kehadiran kendaraan tempur Thailand di wilayah perbatasan mulai berkurang sejak Rabu pagi, dan situasi dinyatakan relatif tenang. Pasukan kedua negara diberi instruksi untuk tetap waspada namun tidak melakukan provokasi.
Dalam laporan tambahan dari Kementerian Pertahanan Thailand, disebutkan bahwa pos-pos militer akan tetap berjaga di lokasi strategis namun dengan penempatan pasukan yang dikurangi hingga 50% dibanding pekan sebelumnya.
Kamboja hingga kini belum merespons secara resmi atas pencapaian gencatan senjata ini. Namun, sumber internal dari Phnom Penh menyebut bahwa Perdana Menteri Kamboja bersedia mengikuti perundingan lanjutan dalam waktu dekat.
Pejabat ASEAN juga menyambut baik perkembangan tersebut dan menekankan pentingnya penyelesaian damai sesuai prinsip Piagam ASEAN. Mereka juga menawarkan fasilitasi pertemuan tambahan jika diperlukan.
Gencatan senjata ini menjadi harapan baru bagi ribuan warga di wilayah perbatasan yang selama ini hidup dalam ketakutan dan ketidakpastian. Lembaga kemanusiaan menyatakan siap memberikan bantuan bagi para pengungsi yang terdampak.
Situasi keamanan di wilayah konflik masih dalam pemantauan ketat, sementara organisasi internasional menyerukan kepada kedua pihak untuk mematuhi kesepakatan dan menjamin keselamatan warga sipil.
Kesimpulan dari perkembangan ini menunjukkan bahwa diplomasi langsung dan tekanan internasional dapat membuka jalan perdamaian di tengah konflik berkepanjangan. Peran aktif negara-negara besar menjadi kunci dalam meredakan ketegangan.
Saran yang disampaikan oleh berbagai pihak adalah agar Thailand dan Kamboja mengedepankan dialog jangka panjang guna mencegah konflik serupa di masa mendatang. Penyelesaian batas wilayah juga perlu ditangani melalui forum hukum internasional jika diperlukan.
Peran ASEAN diharapkan semakin ditingkatkan sebagai mediator regional yang netral dan efektif. Kerjasama multilateral dalam keamanan kawasan harus diperkuat untuk menghindari eskalasi konflik di masa depan.
Masyarakat sipil juga perlu dilibatkan dalam proses pemulihan pasca-konflik, agar upaya rekonsiliasi dapat berjalan menyeluruh dan berkelanjutan. Komitmen kedua negara sangat diperlukan untuk menghindari pecahnya konflik baru.
Langkah lanjutan berupa pembentukan zona demiliterisasi dapat menjadi solusi jangka panjang, sekaligus mencegah bentrokan susulan. Pemantauan independen dari lembaga internasional juga disarankan agar kesepakatan dapat dijalankan secara transparan dan akuntabel. (*)



























