Surabaya ,EKOIN.CO – Dokter gizi klinik dr Raissa E Djuanda, M.Gizi, SpGK, memperingatkan masyarakat agar tidak sembarangan menggunakan kembali minyak goreng bekas yang telah berulang kali dipanaskan. Menurutnya, terdapat tanda-tanda jelas yang menunjukkan minyak goreng sudah melebihi batas aman untuk digunakan kembali.
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v
Salah satu tanda utama adalah perubahan warna menjadi lebih gelap disertai dengan munculnya bau tengik. Kondisi ini, menurut dr Raissa, menandakan adanya perubahan kimia yang berbahaya bagi tubuh.
Tak hanya itu, minyak bekas juga kerap mengeluarkan asap berlebihan ketika dipanaskan, teksturnya menjadi lebih kental dan kadang berbusa. Ini menjadi indikator penting yang menunjukkan minyak tersebut telah rusak.
“Endapan sisa makanan hangus juga menjadi pertanda. Saat digunakan kembali, makanan cenderung lebih cepat gosong,” jelas dr Raissa dalam keterangannya.
Risiko Kesehatan Akibat Minyak Bekas
dr Raissa menambahkan, penggunaan minyak goreng bekas secara terus-menerus dapat meningkatkan risiko gangguan kesehatan, khususnya pada sistem kardiovaskular. Hal ini berkaitan dengan terbentuknya lemak trans yang berbahaya.
Lemak trans merupakan jenis lemak jahat yang bisa meningkatkan risiko penyakit jantung, stroke, dan berbagai gangguan lainnya. Penggunaan minyak berulang menciptakan senyawa ini dalam jumlah signifikan.
Peneliti dari Universitas Muhammadiyah Surabaya, Vella Rohmayani, menyebutkan bahwa idealnya minyak goreng hanya digunakan maksimal dua kali. Setelah itu, risiko kerusakan kandungan meningkat tajam.
“Dari hasil penelitian, kadar asam lemak dalam minyak yang digunakan lebih dari dua kali mencapai angka di atas ambang batas normal yaitu 0,30 persen,” ujar Vella, dikutip dari laman resmi UM Surabaya.
Tak hanya membahayakan kesehatan, minyak goreng bekas juga memengaruhi kualitas gizi makanan. Reaksi oksidasi yang terjadi merusak vitamin dan asam lemak esensial yang seharusnya berguna bagi tubuh.
Reaksi oksidasi juga membuat makanan berbau tidak sedap, warna menjadi tidak menarik, serta tekstur makanan berubah. Lebih lanjut, proses ini memicu terbentuknya radikal bebas yang merusak sel.
Kandungan Berbahaya dari Minyak Bekas
Selain peningkatan kadar asam lemak, minyak goreng bekas yang menghitam biasanya mengandung lebih banyak asam lemak trans. Ini menyebabkan kolesterol dalam makanan meningkat secara drastis.
“Semakin pekat warnanya, maka semakin tinggi pula kandungan lemak trans-nya. Disarankan hanya menggunakan satu kali pakai,” tegas Vella.
Vella juga memperingatkan agar tidak mencampur minyak goreng baru dengan yang sudah bekas. Hal ini tidak mengurangi risiko, bahkan justru menambah bahaya.
Seperti dilansir dari Scientific India, pencampuran tersebut tetap menyebabkan reaksi kimia berbahaya, seperti oksidasi dan polimerisasi, yang menghasilkan senyawa aldehida, peroksida, serta radikal bebas.
Dalam penelitian yang dilakukan tahun 2019 di Iran, ditemukan bahwa sekitar 66 persen restoran cepat saji mencampur minyak baru ke dalam minyak lama. Namun minyak tersebut tetap menunjukkan kerusakan parah.
Studi tersebut menggunakan nilai p-anisidin (p-AV) sebagai indikator oksidasi. Hasilnya, semua sampel menunjukkan tingkat kerusakan sangat tinggi meskipun telah ditambahkan minyak baru.
Bahkan, tidak ada korelasi signifikan antara penambahan minyak baru dengan penurunan ketengikan. Proses penyaringan pun tidak menunjukkan efek berarti terhadap kondisi akhir minyak.
Oleh sebab itu, penting bagi masyarakat untuk lebih cermat dalam menggunakan minyak goreng. Memperhatikan tanda-tanda kerusakan adalah langkah pertama dalam menjaga kesehatan.
Menghindari minyak goreng bekas bukan hanya soal menjaga rasa makanan, tetapi juga langkah preventif dalam menekan risiko penyakit kronis yang dapat menyerang dalam jangka panjang.
Penggunaan minyak yang aman dan sesuai anjuran dapat menjadi investasi jangka panjang bagi kesehatan keluarga. Hal ini juga mendukung pola konsumsi sehat di tengah maraknya makanan instan.
Kesadaran akan bahaya minyak goreng bekas perlu ditingkatkan melalui edukasi dan sosialisasi dari berbagai pihak, termasuk tenaga kesehatan, media, dan lembaga pendidikan.
Penting bagi rumah tangga untuk mulai membiasakan penggunaan minyak secara bijak, serta segera mengganti minyak jika sudah menunjukkan perubahan warna, bau, atau tekstur.
Langkah sederhana seperti tidak menyimpan minyak bekas terlalu lama dan menyaring sisa makanan dari minyak bisa membantu mengurangi risiko.
Kebiasaan buruk dalam pengelolaan minyak goreng harus segera diubah. Tak hanya berdampak pada rasa makanan, tetapi juga langsung memengaruhi kesehatan organ tubuh secara keseluruhan.
Dengan informasi yang tepat, masyarakat diharapkan mampu membuat keputusan lebih baik dalam memilih dan menggunakan minyak goreng, serta menghindari praktik yang membahayakan tubuh mereka sendiri.
minyak goreng yang telah dipakai berulang kali menunjukkan sejumlah perubahan fisik yang mudah dikenali. Perubahan warna, bau, dan tekstur menjadi indikator bahwa minyak tersebut sudah tidak layak digunakan lagi.
Minyak yang terus dipanaskan dan digunakan ulang akan mengalami kerusakan struktur kimiawi. Ini menghasilkan senyawa berbahaya seperti lemak trans dan radikal bebas yang sangat merugikan tubuh.
Jika terus dikonsumsi, senyawa tersebut bisa meningkatkan risiko penyakit kronis seperti jantung dan stroke. Bahkan, pencampuran dengan minyak baru tidak serta-merta membuatnya aman.
Edukasi mengenai bahaya minyak goreng bekas harus menjadi prioritas dalam kampanye kesehatan masyarakat. Pemerintah dan lembaga terkait diharapkan turun tangan lebih aktif.
Sementara itu, saran terbaik bagi masyarakat adalah untuk selalu memperhatikan kondisi minyak sebelum digunakan. Gunakan minyak satu kali saja dan segera ganti jika sudah menunjukkan tanda-tanda kerusakan. Praktik ini adalah langkah preventif sederhana untuk menjaga kesehatan jangka panjang. (*)



























