Jakarta, EKOIN.CO – Guru Besar Sekolah Bisnis dan Manajemen Institut Teknologi Bandung (SBM ITB), Prof. Yos Sunitiyoso, S.T., M.Eng., Ph.D., menyampaikan orasi ilmiahnya di Aula Barat ITB, Sabtu (21/06/2025). Acara tersebut menjadi bagian dari pengukuhan jabatan akademik tertinggi dalam bidang ilmu manajemen dan pengambilan keputusan.
Dalam orasi bertajuk “Keputusan dalam Ketidakpastian: Perencanaan Skenario dan Pemodelan Sistem”, Prof. Yos membahas urgensi berpikir strategis ketika masa depan sulit diprediksi. Ia menekankan bahwa ketidakpastian adalah satu-satunya hal yang pasti dalam dinamika global saat ini.
Menurutnya, kesulitan utama dalam pengambilan keputusan adalah ketika seseorang tidak tahu seperti apa masa depan. Padahal, keputusan yang diambil akan memengaruhi bentuk masa depan tersebut.
Ia juga menyampaikan bahwa strategi tidak hanya tentang hasil akhir, namun mencakup kualitas proses pengambilan keputusan itu sendiri. “Ada dua aspek yang perlu kita tetapkan dalam mengambil keputusan, yaitu menentukan what to do dan how to do,” ujar Prof. Yos.
Pendekatan Sistemik dan Kerangka Cynefin
Untuk memahami kompleksitas dalam situasi tidak pasti, Prof. Yos memperkenalkan Cynefin Framework. Kerangka ini membedakan kondisi menjadi empat kategori: chaotic, complex, complicated, dan simple. Tiap kategori memerlukan pendekatan berbeda.
Ia mencontohkan bagaimana pendekatan ini relevan dalam merespons pandemi, perubahan iklim, serta disrupsi teknologi. Dari sinilah pentingnya pola pikir sistemik dalam manajemen organisasi ditekankan.
Konsep systems thinking menjelaskan bahwa organisasi merupakan bagian dari sistem yang lebih besar. Oleh karena itu, perubahan di satu komponen bisa memengaruhi seluruh sistem secara menyeluruh.
Prof. Yos menambahkan bahwa skenario perencanaan memungkinkan organisasi membuat strategi adaptif yang tak hanya mengandalkan data historis. Teknik ini mengidentifikasi sinyal-sinyal masa depan untuk menyiapkan berbagai kemungkinan skenario.
Ia menjelaskan bahwa pendekatan ini dapat memperkuat ketahanan organisasi, terutama dalam menghadapi perubahan eksternal yang cepat dan tak terduga.
Simulasi dan Aplikasi Dunia Nyata
Dalam orasinya, Prof. Yos juga membahas pemodelan sistem dan simulasi sebagai alat bantu pengambilan keputusan berbasis data. Hal ini memungkinkan percepatan iterasi dan analisis dampak sebelum kebijakan diterapkan.
Ia memberi contoh pada sistem pelabuhan, di mana variabel seperti dwelling time, kapasitas kapal, dan investasi dimasukkan dalam model. Hasil simulasi ini membantu pengambil keputusan menilai skenario terbaik.
Contoh lain datang dari studi di pasar modal. Prof. Yos menjelaskan bagaimana wawancara dengan pemangku kepentingan digunakan untuk merancang skenario yang dihubungkan dengan segmentasi investor.
Hasilnya memperlihatkan bahwa pemahaman tentang perilaku investor dan proyeksi masa depan dapat membentuk strategi pasar yang lebih presisi. Pendekatan ini semakin relevan di era volatilitas tinggi seperti sekarang.
Ia menekankan bahwa modeling tidak sekadar prediksi, tetapi juga sarana pembelajaran organisasi dalam merespons kemungkinan.
Tiga Prinsip dalam Ketidakpastian
Menutup orasinya, Prof. Yos menyampaikan tiga prinsip utama dalam pengambilan keputusan strategis di tengah ketidakpastian. Pertama, keputusan yang baik sangat menentukan keberhasilan jangka pendek dan jangka panjang organisasi.
Kedua, penting untuk memfokuskan perhatian bukan hanya pada hasil akhir, tetapi juga proses pengambilan keputusannya. “Karena keputusan strategis bersifat jangka panjang, berdampak besar, dan sering diambil dalam kondisi yang tidak pasti,” katanya.
Ketiga, ia menekankan bahwa scenario planning dan simulation modeling akan meningkatkan kualitas keputusan sekaligus memperkuat daya tahan organisasi. Strategi adaptif menjadi kunci menghadapi dinamika global yang terus berubah.
Orasi ilmiah Prof. Yos Sunitiyoso di ITB memberikan wawasan mendalam tentang pentingnya pengambilan keputusan yang tangguh dalam situasi tidak pasti. Dengan mengedepankan pendekatan sistemik, ia menunjukkan bahwa dunia bisnis perlu melampaui analisis konvensional yang bergantung pada data historis.
Penggunaan Cynefin Framework, scenario planning, dan simulation modeling menjadi alat penting dalam memahami konteks yang kompleks. Ketiganya bukan sekadar metode, tetapi juga refleksi dari kebutuhan akan cara berpikir yang lebih fleksibel, adaptif, dan terstruktur.
Prof. Yos menekankan bahwa keberhasilan organisasi di masa depan tidak hanya ditentukan oleh kemampuan menanggapi perubahan, tetapi juga oleh cara mereka merancang proses pengambilan keputusan sejak awal. Hal ini membutuhkan kepemimpinan yang berpikir sistemik dan visioner.(*)