Pyongyang EKOIN.CO – Korea Utara menegaskan komitmennya untuk berdiri di sisi Iran setelah Israel melancarkan serangan militer pada pertengahan 2025. Dalam pernyataan resmi, Pyongyang tidak hanya mengutuk aksi Israel, tetapi juga menjanjikan dukungan militer jika gencatan senjata kembali dilanggar. Sikap ini menambah sorotan dunia terhadap eskalasi konflik di kawasan Timur Tengah.
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v
Solidaritas Iran
Pada 19 Juni 2025, pemerintah Korea Utara mengecam keras serangan Israel yang menargetkan fasilitas vital Iran, mulai dari infrastruktur energi hingga instalasi nuklir. Pyongyang menyebut tindakan tersebut sebagai “kejahatan terhadap kemanusiaan yang tidak dapat dimaafkan” dan menilainya sebagai “terorisme yang disponsori negara”.
Pernyataan ini mendapat perhatian luas, terutama karena Pyongyang memperingatkan potensi pecahnya perang besar di Timur Tengah. Menurut pemerintah Korut, agresi Israel bukan hanya ancaman bagi Iran, tetapi juga berisiko merusak stabilitas regional dan global.
Kritik tajam juga diarahkan kepada Amerika Serikat serta sekutu Barat yang dinilai memperkeruh keadaan. Pyongyang menyebut Israel sebagai “entitas seperti kanker” yang mengancam perdamaian dunia, menegaskan kembali posisinya yang sejalan dengan Iran.
Janji Bantuan Militer
Tidak berhenti pada kecaman politik, Korea Utara juga menyampaikan janji konkret. Pada 11 Juli 2025, Duta Besar Korut di Teheran menegaskan bahwa negaranya siap membantu jika Israel kembali melanggar gencatan senjata.
Menurut diplomat tersebut, hubungan antara kedua negara telah terjalin erat sejak lama. Ia menyebut solidaritas Pyongyang dengan rakyat Iran “sudah sejak hari pertama serangan dimulai”. Komitmen itu memperlihatkan kesiapan Korut memperluas dukungan hingga ranah militer.
Sejumlah analis menilai sikap Korea Utara mencerminkan kepentingan geopolitiknya untuk memperkuat aliansi dengan Iran. Keduanya sama-sama menghadapi tekanan dan sanksi internasional, sehingga solidaritas dianggap sebagai bentuk perlawanan bersama.
Kedekatan historis Iran dan Korea Utara juga semakin dipertegas melalui pernyataan-pernyataan resmi yang bernuansa solidaritas. Pyongyang menegaskan bahwa jika kesepakatan gencatan senjata tidak dihormati, pihaknya akan berada di garis depan mendukung Teheran.
Situasi ini memicu kekhawatiran internasional mengenai kemungkinan eskalasi konflik yang lebih luas. Negara-negara besar disebut tengah memantau perkembangan di Timur Tengah dengan penuh kewaspadaan, mengingat keterlibatan aktor-aktor yang memiliki pengaruh global.
Konflik Israel-Iran kini tidak hanya berdampak pada kawasan, tetapi juga berpotensi mengguncang keseimbangan politik internasional. Dengan keterlibatan Korea Utara, dinamika geopolitik menjadi semakin kompleks dan sulit diprediksi.
Pernyataan Pyongyang menutup kemungkinan netralitas dalam konflik tersebut. Dukungan penuh pada Iran memberi sinyal bahwa solidaritas akan tetap dipegang meski tekanan global semakin meningkat.
Bagi banyak pengamat, solidaritas yang ditunjukkan Korea Utara memperlihatkan pola baru dalam hubungan internasional di tengah krisis Timur Tengah. Komitmen ini berpotensi mengubah kalkulasi strategi pihak-pihak terkait.
Dengan janji yang sudah diumumkan secara terbuka, kini perhatian dunia tertuju pada apakah gencatan senjata benar-benar akan bertahan atau kembali dilanggar. Jika pecah perang besar, peran solidaritas antara Iran dan Korea Utara diyakini menjadi faktor penentu dalam perkembangan berikutnya.
(*)
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v