Jakarta EKOIN.CO – Presiden Prabowo Subianto kembali melakukan reshuffle besar-besaran dengan mencopot sejumlah pejabat, termasuk Hendrar Prihadi dari kursi Kepala LKPP. Langkah ini mempertegas arah politik baru pemerintahan yang disebut banyak pihak sebagai upaya “menyapu bersih” pengaruh PDIP dari lingkaran kekuasaan. Gabung WA Channel EKOIN di sini.
Hendrar resmi digantikan oleh Sarah Sadiqah, salah satu dari 11 pejabat baru yang dilantik pada Rabu (17/9/2025). Sebelumnya, Prabowo juga mencopot Budi Gunawan dari posisi Menko Polkam, yang dikenal sebagai figur dekat Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri.
Reshuffle kabinet dan pembersihan PDIP
Keputusan ini langsung menuai komentar publik, terutama di media sosial. Pegiat media sekaligus produser film Denny Siregar menyebut, “Dulu mereka pikir Prabowo bisa disetir. Ternyata ngga.” Ungkapan itu disambut akun @PartaiSocmed yang menilai pencopotan Hendrar dan Budi Gunawan menegaskan bahwa Prabowo tidak tunduk pada PDIP.
Beberapa warganet menyoroti hubungan reshuffle kabinet dengan peristiwa demo rusuh yang sebelumnya terjadi. Mereka mempertanyakan alasan di balik tersingkirnya figur-figur PDIP dari pemerintahan setelah kericuhan tersebut.
Dalam daftar reshuffle terbaru, sejumlah nama baru diumumkan, antara lain Djamari Chaniago sebagai Menko Polkam, Erick Thohir sebagai Menpora, Muhammad Qodari sebagai Kepala Staf Kepresidenan, serta Sarah Sadiqah menggantikan Hendrar Prihadi di LKPP.
Gerindra menguat di lingkar Istana
Direktur Eksekutif Lingkar Madani, Ray Rangkuti, menilai reshuffle kali ini lebih berorientasi pada penguatan politik ketimbang peningkatan kinerja kabinet. Ia menyebut Prabowo sedang melakukan “Dejokowisasi” dengan mencopot tokoh-tokoh dekat Jokowi dan sekaligus “Gerindranisasi” lewat penempatan kader atau simpatisan Gerindra di posisi strategis.
Ray mencontohkan, Djamari Chaniago sebagai Menko Polkam, Angga Raka Prabowo sebagai Kepala Badan Komunikasi Pemerintah, serta Rohmat Marzuki sebagai Wamen Kehutanan, semuanya memiliki keterkaitan erat dengan Gerindra. “Bobot terbesarnya itu adalah penguatan politik Gerindra dan makin meminggirkan politik Pak Jokowi di dalam lingkaran Istana,” ujar Ray.
Ia juga menyebut reshuffle ini memperlihatkan arah baru hubungan politik. Menurutnya, jika tokoh-tokoh dekat Jokowi seperti Raja Juli Antoni dan Kapolri Listyo Sigit Prabowo juga ikut dicopot, maka itu akan menjadi sinyal berakhirnya kemitraan politik Prabowo dan Jokowi.
Selain itu, Ray menilai pencopotan menteri-menteri yang sebelumnya diangkat Jokowi, seperti Sri Mulyani dan Budi Arie Setiadi, menunjukkan strategi konsolidasi penuh di bawah kendali Prabowo. “Itu pertanda memang hubungan Pak Jokowi dengan Pak Prabowo ini the end lah ya kan,” kata Ray.
Sejumlah pihak menilai reshuffle ini adalah strategi jangka panjang untuk memperkokoh posisi Gerindra sebagai poros utama di pemerintahan. Di sisi lain, PDIP tampak kehilangan pijakan politik di Istana setelah tokoh-tokohnya tergusur satu per satu.
Dengan komposisi kabinet yang kian dominan oleh figur-figur dekat Prabowo, arah politik lima tahun ke depan diperkirakan akan sepenuhnya dikendalikan oleh Gerindra.
Perombakan kabinet yang dilakukan Presiden Prabowo Subianto menandai langkah tegas dalam merombak komposisi politik di Istana.
Langkah ini memperlihatkan penguatan posisi Gerindra dan sekaligus melemahkan dominasi PDIP maupun pengaruh Jokowi.
Nama-nama baru yang dilantik mempertegas strategi konsolidasi kekuasaan dalam lingkaran politik Presiden.
Publik menilai keputusan reshuffle ini bukan sekadar rotasi jabatan, tetapi juga arah baru pemerintahan.
Dinamika politik ke depan akan bergantung pada bagaimana Prabowo menjaga keseimbangan antara konsolidasi partai dan kebutuhan kinerja kabinet. (*)
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v