Terbangi besar, EKOIN.CO – Data terkini dari situs pemantau kualitas udara IQAir menunjukkan bahwa Polusi Udara di Terbanggi Besar telah mencapai level berbahaya. Dengan Indeks Kualitas Udara (AQI) tertinggi mencapai 162 pada Selasa dini hari (6 Mei 2025), warga yang terpapar tanpa perlindungan seperti masker rentan mengalami gangguan pernapasan dan iritasi saluran udara .
Pola Penyebaran dan Faktor Penyebab
Pemantauan selama 24 jam terakhir juga mengungkapkan bahwa kota-kota lain seperti Bandar Lampung (AQI 161), Percut (154), serta Serpong (148) mengalami kondisi serupa. Hal ini menunjukkan adanya fenomena polusi meluas yang bukan hanya mengenai Terbanggi Besar saja .
Salah satu penyebab utama adalah tingginya konsentrasi partikel PM2.5 yang dihasilkan dari pembakaran terbuka—dalam hal ini berasal dari lahan pertanian, emisi transportasi bermotor dan aktivitas industri sekitar. Terlebih berada pada musim kemarau, angin yang redup menyebabkan polutan terakumulasi dan sulit tersebar.
Dampak Kesehatan Masyarakat
Paparan jangka pendek terhadap partikel halus tersebut dapat menimbulkan batuk, sesak napas, iritasi pada mata dan tenggorokan. Kelompok rentan seperti anak-anak, lansia, dan penderita asma atau penyakit jantung menjadi lebih berisiko. Studi kesehatan memperlihatkan bahwa jutaan kasus ISPA dan masalah pernapasan meningkat di wilayah yang tercemar .
Warga mulai merasakan gejala di daerahnya masing-masing. Seperti yang disampaikan pengguna Reddit dari Pontianak:
“Berdasarkan situs pemantau … Pontianak berada di level 187 AQI US … konsentrasi PM2.5 mencapai 125,5 µg/m³.”
Fenomena serupa terjadi di Terbangi Besar, menunjukkan skala polusi yang meluas.
Respon dan Imbauan Warga
Pemerintah daerah didesak untuk mengeluarkan rekomendasi seperti penggunaan masker N95 saat beraktivitas, pembatasan pembakaran lahan terbuka, serta meningkatkan pengawasan emisi dari kendaraan dan pabrik. Sementara itu, warga setempat mulai membatasi aktivitas luar ruangan terutama saat pagi dan senja, waktu konsentrasi polutan cenderung meningkat.
Beberapa kalangan juga menawarkan solusi jangka pendek seperti penyediaan alat penyaring udara di fasilitas umum dan sekolah, serta memperluas akses informasi mengenai kualitas udara real-time melalui aplikasi dan papan digital.
Upaya Pemerintah dan Rencana Jangka Panjang
Beberapa daerah di sekitar Jabodetabek telah mengadasarkan APBD untuk program pengendalian polusi, namun daerah Sumatera diharapkan mengikuti jejak tersebut. Pemantauan udara real-time melalui stasiun pengukur di berbagai kecamatan juga menjadi agenda prioritas.
Lebih jauh, penanaman vegetasi hijau di pinggir jalan, pelarangan pembakaran terbuka, serta transisi penggunaan bahan bakar kendaraan yang lebih ramah lingkungan menjadi langkah preventif yang direncanakan.
Kolaborasi Multi-Pihak
Media, LSM, dan masyarakat sipil terus mendesak transparansi informasi serta kebijakan tegas. Dorongan terhadap pemanfaatan teknologi berbasis AI untuk memperkirakan penyebaran polutan juga tengah dikaji, agar segera teridentifikasi titik rawan dan dapat diambil tindakan cepat.
Kesimpulan dan Saran
Polusi udara berbahaya di Terbangi Besar yang melibatkan konsentrasi tinggi PM2.5 adalah realitas yang memerlukan penanganan serius.
Saran dan Kesimpulan:
Polusi ini bersifat sistemik dan tidak hanya melanda satu kota; kolaborasi dan kesadaran diperlukan dari berbagai elemen.
Peningkatan pemantauan real-time, terutama di daerah pedesaan rawan pembakaran, dapat membantu pemerintah menyiapkan respons cepat.
Masyarakat disarankan membatasi aktivitas luar, menggunakan masker berkualitas dan memasang penyaring udara di rumah.
Pemerintah lokal perlu menerapkan kebijakan larangan pembakaran terbuka dan kendali emisi kendaraan serta industri.
Untuk jangka panjang, perlu perencanaan transportasi berkelanjutan, penghijauan kota, dan edukasi lingkungan kepada publik.
(*)
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v



























