Warsawa
EKOIN.CO – Angkatan Udara Polandia mengalami hambatan dalam program modernisasi armada tempurnya setelah pengiriman jet tempur FA-50PL ditunda. Kabar ini muncul setelah sebelumnya Polandia berhasil menerima jet tempur FA-50GF lebih cepat dari jadwal, yakni kurang dari satu tahun sejak kontrak pembelian ditandatangani pada September 2022.
Pesawat FA-50GF dikirim pada Juli 2023 dan telah mencapai jumlah satu skadron penuh, yakni 12 unit, pada Desember 2023. Varian FA-50GF ini merupakan model sementara atau Gap Filler, sebelum kedatangan versi lengkap FA-50PL yang dipersonalisasi khusus untuk kebutuhan Polandia.
Namun, seperti dilaporkan oleh Overtdefense.com pada 27 Juni 2025, proyek FA-50PL kini mengalami penundaan signifikan. Jadwal pengiriman awal yang ditargetkan pada tahun 2025 kemungkinan akan mundur hingga paling cepat tahun 2027.
Penundaan ini bukan disebabkan oleh masalah produksi dari pihak Korea Aerospace Industries (KAI), pabrikan FA-50, melainkan karena kendala perizinan terkait lisensi komponen dan sistem penting pesawat.
Pengiriman FA-50GF Cepat, FA-50PL Tersendat
Pengiriman FA-50GF ke Polandia sempat dipuji karena kecepatannya. Proses mulai dari penandatanganan kontrak hingga penyerahan pesawat pertama hanya memakan waktu kurang dari setahun. Hal ini menjadikan Polandia sebagai salah satu negara dengan pengiriman FA-50 tercepat dalam sejarah.
Sebaliknya, FA-50PL yang dirancang lebih canggih dan disesuaikan dengan standar NATO serta kebutuhan spesifik Angkatan Udara Polandia, kini menjadi proyek yang tersendat. Lisensi untuk komponen sensitif serta sistem avionik menjadi kendala utama yang belum terselesaikan.
Sejumlah sumber menyebutkan bahwa proses negosiasi lisensi antara KAI dengan pemilik teknologi komponen tersebut masih berlangsung, termasuk melibatkan pihak ketiga dari Amerika Serikat.
Saat ini, Polandia masih mengoperasikan berbagai jenis pesawat tempur. Armada tersebut mencakup MiG-29 dan Su-22M4 yang dijadwalkan pensiun pada 2025, serta F-16C/D Block 52 Advanced dan F-35A yang baru dibeli dari Amerika Serikat.
Modernisasi Pertahanan Udara Diuji
Dengan tertundanya FA-50PL, rencana modernisasi militer Polandia ikut terdampak. Polandia sebelumnya merancang strategi untuk menggantikan jet tempur lama dengan unit FA-50PL secara bertahap mulai tahun 2025.
Keterlambatan ini turut menimbulkan kekhawatiran akan kesenjangan operasional, mengingat pesawat seperti Su-22M4 akan segera dipensiunkan, sementara unit pengganti belum tersedia. Ini berpotensi memengaruhi kesiapan tempur udara Polandia dalam beberapa tahun mendatang.
Walau FA-50GF telah hadir, varian ini dianggap hanya sebagai solusi sementara karena keterbatasan dalam persenjataan dan sistem elektronik jika dibandingkan FA-50PL yang lebih mutakhir.
Pemerintah Polandia belum mengeluarkan pernyataan resmi terkait dampak strategis dari penundaan FA-50PL, namun sumber pertahanan menyebut bahwa opsi perpanjangan masa pakai pesawat lama tengah dipertimbangkan.
Kementerian Pertahanan Polandia disebut terus memantau perkembangan perizinan lisensi tersebut. Mereka juga menjajaki komunikasi dengan mitra internasional guna mempercepat penyelesaian proses yang tertunda.
Sementara itu, pihak KAI belum memberikan konfirmasi lanjutan atas jadwal pasti pengiriman FA-50PL, meskipun perusahaan menyatakan komitmennya untuk menyelesaikan proyek ini sesuai standar dan kebutuhan pelanggan.
Sejumlah negara lain yang juga memesan FA-50 turut mencermati perkembangan ini. Beberapa di antaranya termasuk Malaysia, Filipina, dan Kolombia yang mengandalkan FA-50 dalam program penguatan armada udara mereka.
Daya tarik FA-50 meningkat seiring performanya yang dinilai tangguh serta harga yang kompetitif dibanding jet tempur buatan Barat lainnya. Namun isu lisensi menjadi perhatian baru dalam dinamika ekspor pesawat ini ke pasar global.
Polandia, sebagai anggota NATO, memiliki standar interoperabilitas tinggi, sehingga sistem dalam FA-50PL harus kompatibel dengan sistem pertahanan sekutu. Inilah yang membuat proses lisensi lebih kompleks dan penuh syarat.
Dari sisi pelatihan, Angkatan Udara Polandia telah mempersiapkan pilot-pilot untuk menggunakan FA-50. Beberapa di antaranya saat ini sedang menjalani pelatihan dengan F-35A di Amerika Serikat untuk mendukung kemampuan operasional ke depan.
Sebagai bagian dari rencana jangka panjang, Polandia tetap berkomitmen pada FA-50 sebagai pesawat tempur ringan pilihan. Namun penundaan ini menyoroti perlunya diversifikasi sumber komponen dan penguatan rantai pasok pertahanan.
Pakar pertahanan menyebut bahwa pengalaman ini menjadi pelajaran penting bagi negara-negara pembeli FA-50 agar mengantisipasi isu perizinan sejak awal dalam negosiasi pembelian.
Proses sertifikasi dan ekspor komponen sensitif seperti radar dan sistem peperangan elektronik memang kerap melibatkan otoritas dari negara asal teknologi, terutama Amerika Serikat.
Diperlukan kerja sama strategis antara pemerintah, manufaktur, dan mitra teknologi untuk memastikan kelancaran pengiriman di masa mendatang tanpa harus mengorbankan kualitas dan keamanan.
Jika lisensi dapat diselesaikan dalam waktu dekat, KAI diperkirakan dapat memulai produksi FA-50PL pada akhir 2026, yang memungkinkan pengiriman pertama pada awal 2027, sesuai jadwal revisi.
Pengalaman Polandia menjadi cermin bagi negara-negara mitra KAI lainnya bahwa aspek logistik dan diplomasi teknologi tidak kalah penting dari sekadar spesifikasi dan harga dalam pengadaan alutsista.
yang relevan untuk negara-negara pembeli FA-50 adalah agar lebih terlibat dalam proses pengembangan awal dan menjalin komunikasi langsung dengan seluruh pihak terkait, termasuk pemilik teknologi sistem kunci.
penundaan FA-50PL di Polandia menekankan pentingnya sinergi lintas negara dalam proyek pertahanan, serta kesiapan menghadapi tantangan administratif dan teknis yang kompleks.
Ke depan, FA-50 tetap memiliki potensi besar di pasar internasional jika persoalan lisensi dapat ditangani lebih sistematis. KAI dan mitra globalnya perlu mempercepat proses negosiasi agar tidak kehilangan kepercayaan dari pelanggan.
Dengan memprioritaskan transfer teknologi dan penguatan industri lokal, negara pembeli bisa mengurangi ketergantungan terhadap komponen luar yang rawan embargo atau keterlambatan.
Polandia juga dapat memanfaatkan momentum ini untuk memperkuat diplomasi militer serta memperluas kerja sama industri pertahanan dengan negara lain dalam mendukung stabilitas kawasan.
Pada akhirnya, penundaan pengiriman FA-50PL bukanlah kegagalan mutlak, tetapi tantangan yang bisa menjadi peluang untuk menata ulang strategi pengadaan militer yang lebih adaptif dan tangguh.(*)
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v