Jakarta, EKOIN.CO – Di tengah padatnya Kota Shenzhen, ruang terbuka menjadi kebutuhan mendesak yang tak bisa diabaikan. Plaza Guanlan Riverside hadir menjawab kekosongan itu—menyatukan ekologi, seni, dan kehidupan sosial dalam lanskap yang dirancang khusus bersama komunitas selama lima tahun.
Dengan sentuhan desain berbasis budaya dan pendekatan partisipatif, ruang yang dulunya kaku kini menjelma sebagai episentrum baru aktivitas warga. Proyek ini bukan sekadar transformasi fisik, tetapi regenerasi kehidupan kota yang memenangkan penghargaan internasional tertinggi di bidang lanskap.
Kota, Sungai, dan Titik Temu
Plaza Guanlan Riverside terletak di Distrik Longhua, Kota Shenzhen, Tiongkok, persis di sisi Sungai Guanlan. Lokasinya berada di simpul antara kawasan pemukiman, pusat komersial, dan area budaya.
Sebelum direvitalisasi, area ini merupakan lahan beton terbuka yang panas dan tak ramah pejalan kaki. Minimnya elemen vegetasi dan tempat berteduh membuat warga enggan memanfaatkan ruang tersebut.
Shenzhen dikenal sebagai kota dengan ekspansi urban yang cepat, tetapi perkembangan ruang publiknya tidak selalu seimbang. Kekurangan ruang publik inklusif menjadi latar belakang penting lahirnya proyek ini.
Pemkot Shenzhen menunjuk LAY‑OUT Planning Consultants untuk merancang ulang ruang tersebut agar lebih manusiawi, inklusif, dan kontekstual.
Transformasi ini juga menjadi bagian dari program revitalisasi kota berbasis sungai yang sedang didorong oleh pemerintah kota dalam Rencana Tata Ruang 2035.
Menang di WAF, Menginspirasi Dunia
Dalam ajang World Architecture Festival (WAF) 2024 di Marina Bay Sands, proyek ini memenangkan penghargaan utama Landscape of the Year. Panel juri mengapresiasi kemampuannya menyatukan kebutuhan warga dengan kualitas ruang ekologis.
Seperti yang disampaikan oleh juri utama WAF, Paul Finch, “Proyek ini bukan hanya taman, tetapi simbol keterlibatan sosial dalam lanskap.”
Proyek ini juga meraih Excellent Landscape Award 2023 dari China Urban Planning Society, serta Asia Green Urban Space Commendation 2024 dari Hong Kong Institute of Landscape Architects.
Penghargaan tersebut mengukuhkan nilai desain lanskap sebagai bagian penting dari regenerasi kota dan bukan hanya elemen dekoratif.
Situs Archina juga memasukkan proyek ini dalam daftar Top 10 China Civic Space Transformation 2023, menyoroti dampaknya terhadap ruang sipil.

Desain Fleksibel untuk Semua Aktivitas
LAY‑OUT mengusung konsep “park-like plaza” yang fleksibel, memungkinkan pengguna melakukan berbagai aktivitas, dari yoga hingga pasar malam.
Desain plaza menghindari struktur dominan dan sebaliknya menciptakan ruang terbuka bertingkat yang merespons pergerakan alami warga.
Konsep ini memungkinkan plaza beradaptasi terhadap musim, jenis acara, serta kondisi darurat seperti pusat evakuasi banjir atau kegiatan edukasi lingkungan.
Tujuan desainnya tidak hanya estetika, tetapi juga mendukung regenerasi ekologis dan sirkulasi sosial antarwarga lintas usia.
Penggunaan warna dan bentuk visual mengacu pada pop‑art lokal, menciptakan daya tarik visual tanpa kehilangan konteks budaya.

Warga Jadi Arsitek Bersama
Proses pengembangan berlangsung selama lima tahun dan mencakup lebih dari 50 pertemuan warga, diskusi dengan pegiat lokal, serta workshop anak-anak.
Keterlibatan masyarakat dimulai sejak tahap awal zoning hingga pemilihan fitur taman, pencahayaan, dan fungsi paviliun komunitas.
Menurut kepala tim desain, Lu Jian, “Kami belajar banyak dari obrolan santai dengan warga lansia. Mereka yang tahu ritme harian kota.”
Pendekatan partisipatif ini memperkuat rasa memiliki terhadap ruang dan menciptakan dinamika sosial yang organik setelah plaza dibuka.
Warga pun merasa lebih nyaman memanfaatkan ruang karena turut berperan dalam pembentukannya, menjadikannya ruang publik kolaboratif.

Hijau, Adaptif, dan Berkelanjutan
Tim desain memanfaatkan struktur tanah bertingkat untuk memperkuat sistem drainase dan menanam lebih dari 200 spesies tanaman lokal. Tingkat tutupan hijau meningkat dari hanya 15% menjadi 65%, dengan vegetasi berbunga dan area rindang sebagai fokus utama.
Sistem penampungan air hujan seluas 300 m² dengan kapasitas 200 m³ ditanam di bawah permukaan plaza untuk mendukung irigasi mandiri.
Jalur pedestrian menggunakan bahan permeabel agar air hujan langsung meresap ke dalam tanah tanpa menggenang di permukaan.
Area bermain anak dan air mancur multifungsi didesain dengan sistem filtrasi tertutup untuk mendorong efisiensi dan keamanan air.
Rancangan plaza ini mengambil inspirasi dari bentuk arsitektur rumah tradisional Hakka (Weilongwu) dengan layout melingkar dan jalan yang “memeluk”.
Paviliun di tengah plaza didesain menyerupai aula komunal, tempat warga dapat berkumpul dalam format tradisional namun adaptif.
Elemen batu bundar dan jalur kerikil dirancang menyerupai motif lantai rumah tua Hakka sebagai bentuk penghormatan kepada sejarah lokal.
Dengan menyisipkan nilai-nilai budaya dalam struktur modern, plaza ini menjadi penghubung antara masa lalu dan masa kini Shenzhen. Tim desain juga bekerja sama dengan sejarawan dan antropolog lokal untuk memastikan integritas budaya tidak hilang dalam proses modernisasi.
Hidup Kembali Lewat Plaza Komunitas
Sejak pembukaannya, Guanlan Riverside Plaza telah menjadi tuan rumah lebih dari 50 acara komunitas termasuk konser mini, kelas terbuka, dan festival anak-anak. Data dari pemerintah distrik Longhua menyebutkan bahwa area ini telah dikunjungi lebih dari 2 juta orang dalam waktu satu tahun.
Warga dari berbagai usia memanfaatkan area ini untuk yoga pagi, olahraga lansia, serta ruang bermain anak-anak yang aman dan nyaman.
Sejumlah pelaku seni juga rutin menggunakan ruang terbuka tersebut untuk pementasan tari, seni rupa, hingga pameran dadakan. Plaza ini pun menjadi tempat bertemunya komunitas pecinta lingkungan, arsitektur lanskap, dan kelompok diskusi sejarah lokal.
Pusat perbelanjaan di sekitar lokasi mengalami peningkatan trafik pejalan kaki hingga 30% karena meningkatnya kunjungan warga dan wisatawan. Para pedagang kecil mendapat manfaat ekonomi langsung melalui program bazar komunitas yang berlangsung hampir setiap akhir pekan.
Lebih dari itu, plaza ini juga berfungsi sebagai zona pendinginan mikro di tengah panas perkotaan, menurunkan suhu lokal hingga 3 derajat Celsius.
Dampaknya tidak hanya terasa dalam skala lingkungan, tetapi juga dalam penguatan identitas kawasan sebagai ruang kota yang inklusif. Konsistensi dalam perawatan dan manajemen ruang oleh komunitas lokal turut memastikan keberlanjutan plaza ini dalam jangka panjang.
Warisan, Panduan, dan Replikasi Kota
Setelah konstruksi rampung, tim LAY‑OUT menyusun panduan penggunaan dan pemeliharaan plaza bersama warga lokal dan pemerintah distrik. Mereka juga menerbitkan buku panduan arsitektur lanskap partisipatif yang digunakan oleh beberapa kota lain sebagai referensi replikasi.
Kota Nanning dan Fuzhou kini sedang dalam tahap desain ulang ruang publik dengan model pendekatan serupa seperti proyek Guanlan ini. Seperti yang disampaikan oleh salah satu juri WAF, “Proyek ini adalah contoh nyata bahwa desain lanskap dapat menciptakan transformasi sosial yang nyata.”
Guanlan Riverside Plaza kini dianggap sebagai pionir pendekatan partisipatif di lanskap urban Tiongkok yang selama ini terpusat pada pemerintah.
Keberhasilan Regeneration of Vitality – Shenzhen Guanlan Riverside Plaza membuktikan bahwa desain lanskap bukan hanya perkara visual, tetapi juga sarana strategis untuk membangun kota yang lebih inklusif, ramah lingkungan, dan terkoneksi secara sosial. Melalui proses kolaboratif yang melibatkan warga, proyek ini menciptakan ruang publik yang benar-benar hidup dan dibutuhkan masyarakat.
LAY‑OUT Planning Consultants tidak hanya menciptakan ruang yang nyaman, tetapi juga menjadikan plaza ini sebagai katalis regenerasi kawasan. Struktur yang fleksibel, integrasi budaya, serta keberpihakan pada komunitas lokal menjadi formula utama dari kesuksesan proyek ini di tingkat global.
Dengan penghargaan Landscape of the Year 2024 dari WAF, proyek ini menandai tonggak baru dalam perancangan lanskap Asia Timur yang berorientasi manusia dan ekologi. Desain ini diharapkan dapat menjadi model inspiratif bagi banyak kota di dunia yang ingin membangun ruang publik secara lebih partisipatif dan berkelanjutan.(*)