New Delhi, EKOIN.CO – Pemerintah India menyatakan tidak akan menghentikan impor minyak dari Rusia meskipun menghadapi tekanan dan potensi sanksi dari Amerika Serikat terkait konflik di Ukraina. Penegasan ini disampaikan menyusul laporan media yang menyebutkan kemungkinan India menghentikan pembelian minyak Rusia yang selama ini dijual dengan harga lebih murah.
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v
Sikap resmi tersebut ditegaskan oleh dua pejabat senior India pada Sabtu (2/8), seperti dikutip oleh New York Times. Salah satu pejabat menyebutkan bahwa belum ada perubahan kebijakan nasional terkait impor minyak Rusia, dan tidak ada arahan dari pemerintah untuk menghentikan pembelian tersebut.
“Ini kontrak jangka panjang, tidak mungkin dihentikan begitu saja dalam semalam,” kata salah satu pejabat India yang dikutip media tersebut.
Sumber dari kantor berita ANI menjelaskan bahwa kilang-kilang minyak India tetap beroperasi berdasarkan norma internasional. Menurutnya, minyak dari Rusia tidak terkena sanksi langsung dari Amerika Serikat maupun Uni Eropa, tetapi diatur dalam batas harga yang ditetapkan oleh G7 dan Uni Eropa untuk menekan pendapatan Rusia tanpa mengganggu pasokan energi global.
India menekankan bahwa kebijakan impor energi didasarkan pada faktor harga, kualitas, logistik, ketersediaan, dan alasan ekonomi. Oleh karena itu, keputusan untuk tetap membeli minyak Rusia menjadi pilihan yang logis dan strategis bagi stabilitas pasokan nasional.
India pertahankan hubungan energi dengan Rusia
Juru bicara Kementerian Luar Negeri India, Randhir Jaiswal, pada Jumat (1/8) mengatakan bahwa India akan terus menyesuaikan pembelian energi sesuai dengan kondisi pasar dan situasi global. Ia juga menekankan bahwa hubungan India dan Rusia merupakan kemitraan yang stabil dan teruji oleh waktu.
Pernyataan ini membantah laporan sebelumnya yang menyebutkan bahwa India akan berhenti membeli minyak Rusia, terutama setelah muncul tekanan diplomatik dari Amerika Serikat. Jaiswal menegaskan bahwa tidak ada kebijakan baru dalam hal ini.
Kepala-kepala perusahaan energi India juga disebut tetap menjalankan kontrak impor dari Rusia, yang sebagian besar bersifat jangka panjang dan melibatkan volume pasokan besar. India merupakan salah satu negara pengimpor energi terbesar di dunia dan sangat bergantung pada pasokan yang stabil dan terjangkau.
Sebagian besar minyak Rusia untuk India diimpor melalui mekanisme yang sesuai dengan aturan batas harga G7-Uni Eropa, sehingga tidak dianggap melanggar hukum internasional. Hal ini memberi ruang bagi India untuk tetap melakukan pembelian tanpa terkena sanksi langsung.
Pemerintah India juga menyatakan bahwa strategi energi nasional ditujukan untuk menjaga stabilitas ekonomi domestik, terutama dalam menghadapi ketidakpastian geopolitik global dan fluktuasi harga energi.
Trump tanggapi rumor penghentian impor India
Sementara itu, mantan Presiden Amerika Serikat Donald Trump turut menanggapi isu ini. Ia menyebut bahwa jika India benar-benar menghentikan pembelian minyak Rusia, itu akan menjadi langkah yang baik. “Saya mendengar bahwa India tidak akan membeli minyak dari Rusia lagi. Saya tidak tahu apakah itu benar, tapi jika benar, itu langkah yang baik. Kita lihat saja nanti,” kata Trump seperti dikutip The Guardian, Minggu (3/8).
Pernyataan Trump muncul sehari setelah Gedung Putih mengumumkan tarif 25% untuk seluruh produk impor dari India. Pemerintah AS juga memberlakukan denda terhadap India karena membeli senjata dan energi dari Rusia di tengah invasi ke Ukraina.
Trump sebelumnya juga menyoroti hubungan energi antara India dan Rusia, menyebut bahwa India masih menjadi salah satu konsumen energi terbesar Rusia selain Tiongkok. Dalam unggahan di Truth Social pada 30 Juli, ia menyebut tindakan India sebagai tidak membantu upaya menghentikan kekerasan di Ukraina.
Dalam unggahan lainnya, Trump menyatakan ketidaktertarikannya terhadap kebijakan energi India. “Jika mereka ingin menghancurkan ekonomi mereka bersama, silakan saja. Saya tidak peduli,” ujar Trump.
Trump juga memberikan batas waktu kepada Presiden Rusia Vladimir Putin hingga 8 Agustus 2025 untuk menghentikan perang, jika tidak, gelombang sanksi tarif baru akan diberlakukan, termasuk terhadap negara mitra dagang Rusia.
Rusia kini menjadi pemasok minyak terbesar untuk India, mencakup sekitar 35% dari kebutuhan energi nasional. India menganggap bahwa keputusan memilih sumber energi paling murah adalah upaya untuk menjaga ekonomi tetap stabil di tengah krisis global.
Sementara itu, di medan perang, militer Ukraina mengklaim telah menyerang beberapa fasilitas energi di wilayah Rusia pada Sabtu (2/8), termasuk kilang minyak di Ryazan, yang menyebabkan kebakaran besar. Serangan juga menyasar fasilitas penyimpanan bahan bakar, lapangan udara drone, dan pabrik elektronik.
Serangan tersebut menjadi bagian dari strategi Ukraina untuk melemahkan logistik dan infrastruktur energi Rusia di tengah konflik yang terus berlangsung. Belum ada tanggapan resmi dari pemerintah Rusia terkait serangan ini.
India menyatakan tetap berkomitmen pada kepentingan nasional dan akan melanjutkan kebijakan energi yang disesuaikan dengan dinamika pasar global. Para pejabat menyebut bahwa stabilitas pasokan energi merupakan prioritas utama.
Dalam waktu dekat, pemerintah India berencana melakukan evaluasi berkala terhadap seluruh kontrak energi, termasuk yang berasal dari Rusia. Mereka juga menyebutkan bahwa akan tetap berpegang pada norma internasional dalam melakukan perdagangan energi.
India berharap bahwa tekanan politik tidak akan mengganggu jalur distribusi energi dan pasokan tetap stabil di tengah berbagai dinamika internasional. Negara tersebut terus melakukan diplomasi energi secara aktif di berbagai forum internasional.
India menegaskan bahwa tidak ada satu pun negara yang dapat memaksakan kebijakan energi tertentu kepada negara lain. Mereka menyerukan penghormatan terhadap keputusan kedaulatan masing-masing dalam mengatur kebutuhan energinya.
dari pernyataan resmi India menunjukkan adanya keteguhan dalam mempertahankan kebijakan energi nasionalnya, meskipun mendapat tekanan dari negara besar seperti Amerika Serikat. Mereka memastikan tetap menjalankan kontrak yang ada dan mempertahankan hubungan strategis dengan Rusia.
India juga menyampaikan bahwa mereka terbuka terhadap dialog konstruktif dengan semua negara, termasuk Amerika Serikat, dalam rangka menjaga stabilitas energi global. Diplomasi energi akan tetap menjadi pilar utama dalam strategi ekonomi nasional India.
Sebagai negara berkembang dengan kebutuhan energi besar, India memilih pendekatan pragmatis dan tidak bersifat konfrontatif dalam kebijakan energi luar negerinya. Tujuan utamanya adalah menjaga pertumbuhan ekonomi tetap stabil di tengah ketidakpastian global.
Sikap India dalam mempertahankan impor minyak dari Rusia mencerminkan pendekatan realistis terhadap kebutuhan energi dan kepentingan domestik. Negara ini menunjukkan komitmen terhadap pilihan yang rasional berdasarkan kondisi pasar dan keamanan pasokan.
Ke depan, India diperkirakan akan tetap memprioritaskan kontrak jangka panjang yang memberikan stabilitas harga dan pasokan. Mereka juga berencana memperluas diversifikasi sumber energi untuk mengurangi ketergantungan pada negara tertentu dan menghadapi tekanan geopolitik secara lebih fleksibel. (*)



























