Yerusalem, EKOIN.CO – Menteri Keamanan Nasional Israel, Itamar Ben-Gvir, kembali memicu ketegangan setelah dirinya melakukan ibadah Yahudi di kompleks Masjid Al-Aqsa, Yerusalem, pada Minggu, 3 Agustus 2025. Tindakan tersebut dinilai sebagai pelanggaran atas perjanjian status quo yang telah berlaku selama beberapa dekade dan menjadi perhatian dunia internasional.
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v
Berdasarkan perjanjian status quo antara Israel dan otoritas Muslim, pengelolaan kompleks Masjid Al-Aqsa berada di bawah kendali yayasan keagamaan asal Yordania. Dalam aturan tersebut, umat Yahudi diperbolehkan berkunjung ke kompleks namun dilarang melakukan kegiatan ibadah. Tindakan Ben-Gvir dinilai sebagai bentuk pelanggaran terang-terangan terhadap kesepakatan tersebut.
Kunjungan Ben-Gvir tersebut didokumentasikan dalam sebuah video yang dirilis Temple Mount Administration, organisasi Yahudi kecil yang protes secara rutin di lokasi itu. Dalam tayangan itu, Ben-Gvir tampak memimpin sekelompok orang berjalan di dalam kompleks masjid. Video terpisah menunjukkan Ben-Gvir sedang menjalankan ritual ibadah Yahudi.
Langkah yang diambil Ben-Gvir itu segera mengundang kritik dari berbagai pihak, termasuk dari otoritas Muslim di Yerusalem serta pemerintah Yordania. Mereka menilai tindakan itu sebagai provokasi yang dapat memperburuk situasi keamanan di kawasan tersebut.
Kegiatan Ben-Gvir dianggap sebagai langkah politis yang menantang tatanan yang telah lama dijaga di kompleks Masjid Al-Aqsa. Situs suci ini merupakan tempat ibadah paling penting ketiga bagi umat Islam, sementara bagi umat Yahudi dikenal sebagai Temple Mount.
Menurut laporan media setempat, ini bukan kali pertama Ben-Gvir melakukan tindakan kontroversial di lokasi tersebut. Sebelumnya, ia beberapa kali mengunjungi kompleks Al-Aqsa dan menyuarakan dukungan agar umat Yahudi diperbolehkan beribadah di sana.
Namun demikian, langkah terbaru ini dianggap semakin berani karena ia melakukan ibadah secara terbuka di hadapan umum dan media. Sebagian pengamat menilai hal itu bertujuan untuk menarik dukungan dari kelompok ultra-nasionalis di Israel menjelang pemilu.
Juru bicara Departemen Wakaf Islam di Yerusalem menyebutkan bahwa tindakan Ben-Gvir merupakan pelanggaran serius terhadap tempat suci umat Islam. Mereka menyerukan komunitas internasional untuk bertindak mencegah eskalasi konflik akibat tindakan provokatif tersebut.
Sementara itu, Kementerian Luar Negeri Yordania mengeluarkan pernyataan resmi mengecam keras tindakan Ben-Gvir. Pihaknya menegaskan bahwa Israel harus mematuhi perjanjian yang telah disepakati bersama dan menghormati peran Yordania dalam menjaga situs tersebut.
Dilansir dari media Al Jazeera, ketegangan di kawasan itu meningkat sejak kunjungan tersebut. Beberapa warga Palestina menggelar aksi protes di sekitar kompleks masjid sebagai bentuk perlawanan terhadap kehadiran Ben-Gvir.
Pihak keamanan Israel dilaporkan memperketat penjagaan di area tersebut pasca kunjungan itu. Beberapa akses menuju kompleks Masjid Al-Aqsa sempat ditutup sementara guna mencegah kerusuhan lebih lanjut.
Di sisi lain, kelompok-kelompok Yahudi ekstremis menyambut baik tindakan Ben-Gvir. Mereka menganggap itu sebagai langkah berani untuk membuka hak ibadah bagi umat Yahudi di Temple Mount.
Sebagian analis politik di Israel menyebut langkah Ben-Gvir dapat memicu ketegangan politik di dalam negeri, mengingat adanya faksi pemerintah yang menolak perubahan kebijakan di kompleks Al-Aqsa.
Media Israel, Haaretz, mencatat bahwa peristiwa ini dapat memperkeruh hubungan diplomatik antara Israel dan negara-negara Arab yang selama ini menjaga komunikasi terkait status situs suci tersebut.
Kompleks Masjid Al-Aqsa selama ini menjadi pusat perhatian dalam konflik Israel-Palestina. Setiap pelanggaran terhadap kesepakatan status quo dianggap berpotensi menyalakan kembali bentrokan dan memperburuk stabilitas kawasan.
Ben-Gvir sendiri belum memberikan pernyataan resmi terkait aksi ibadah yang dilakukannya. Namun melalui akun media sosial pribadinya, ia membagikan video kunjungannya dan menyebutnya sebagai hak semua orang Yahudi.
Peristiwa ini menambah panjang daftar ketegangan antara komunitas Yahudi dan Muslim di Yerusalem, khususnya mengenai pengelolaan dan akses ke kompleks Masjid Al-Aqsa.
Pengamat Timur Tengah menyebut bahwa kejadian ini bisa berdampak pada proses perdamaian yang sedang diupayakan beberapa negara, terutama dengan meningkatnya sentimen anti-Israel di beberapa negara Muslim.
Peristiwa kunjungan dan ibadah Itamar Ben-Gvir di kompleks Masjid Al-Aqsa menyoroti kembali pentingnya penegakan perjanjian status quo demi menjaga stabilitas regional. Tindakan tersebut telah memancing reaksi keras dan menjadi sorotan internasional, termasuk oleh otoritas Muslim dan negara-negara Arab. Kejadian ini juga memperlihatkan masih rapuhnya kesepakatan politik dan agama di Yerusalem.
Masyarakat internasional diharapkan bisa berperan aktif menekan pihak-pihak yang melanggar perjanjian demi menghindari konflik yang lebih besar. Eskalasi akibat pelanggaran di situs suci ini dapat menyulut kerusuhan dan memperburuk situasi keamanan kawasan Timur Tengah. Seluruh pihak terkait diminta segera meredam ketegangan dan menegakkan kesepakatan yang telah berlaku selama ini.
Pemerintah Israel perlu mengevaluasi tindakan para pejabatnya agar tidak menimbulkan konflik berkepanjangan. Upaya penyelesaian damai di wilayah sengketa harus dikedepankan agar tidak terjadi pelanggaran hak beribadah dan penghinaan terhadap keyakinan agama tertentu. Pemeliharaan status quo di kompleks Al-Aqsa adalah hal mendesak yang harus dijaga bersama.
utama adalah pentingnya pembentukan tim internasional pengawas situs suci guna mencegah pelanggaran serupa di masa depan. Langkah-langkah diplomatik juga perlu diprioritaskan oleh Yordania, Palestina, dan Israel untuk membahas kejadian ini. Stabilitas kawasan harus menjadi tujuan utama dalam menyikapi persoalan ini secara menyeluruh dan damai.
( * )













 
			 
                                 
			
 
		













