Jakarta, EKOIN.CO – Nama Dewi Soekarno, istri kelima Presiden pertama Indonesia, Soekarno, kembali menjadi sorotan. Pemilik nama asli Naoko Nemoto ini secara resmi melepaskan statusnya sebagai Warga Negara Indonesia (WNI), sebuah status yang disandangnya selama 63 tahun. Langkah ini diambilnya demi memenuhi syarat sebagai pendiri partai politik di Jepang, di mana peraturan setempat mengharuskan pendiri partai adalah Warga Negara Jepang.
Keputusan ini menjadi babak baru dalam perjalanan hidup Dewi Soekarno yang penuh liku. Semula ia dikenal sebagai salah satu orang yang paling dekat dengan kekuasaan di Indonesia. Perkenalan Naoko Nemoto, seorang perempuan Jepang berusia 19 tahun, dengan Soekarno terjadi saat proklamator itu berkunjung ke Tokyo pada 16 Juni 1959. Keduanya bertemu dalam sebuah jamuan makan malam di Imperial Hotel. Ketertarikan Soekarno terhadap Naoko berlanjut dengan undangan ke Indonesia, yang kemudian mempertemukan mereka kembali di Jakarta pada 14 September 1959.
Dari pertemuan itu, hubungan mereka semakin akrab hingga akhirnya keduanya menikah pada 3 Maret 1962. Pernikahan tersebut secara otomatis membuat Naoko menjadi istri kelima Soekarno, dan ia pun berganti nama menjadi Ratna Sari Dewi serta memeluk agama Islam. Dari pernikahan ini, lahirlah seorang putri bernama Kartika Sari Dewi pada 11 Maret 1967 di Tokyo. Namun, pernikahan mereka tak berlangsung lama dan berakhir dengan perceraian pada tahun 1970.
Meskipun telah berpisah, hubungan emosional antara keduanya tetap kuat. Soekarno pernah mengungkapkan cintanya yang mendalam kepada Ratna Sari Dewi. “Kalau aku mati, kuburlah aku di bawah pohon yang rindang. Aku mempunyai istri yang aku cintai dengan segenap jiwaku. Namanya Ratna Sari Dewi. Kalau ia meninggal, kuburlah ia dalam kuburku. Aku menghendaki ia selalu bersama aku,” ujar Soekarno, seperti dikutip dari buku Bung Karno: Perginya Seorang Kekasih, Suami & Kebanggaanku (1978).
Setelah perceraian, Ratna Sari Dewi menjalani hidup nomaden, berpindah dari satu negara ke negara lain, termasuk Prancis, Swiss, Amerika Serikat, dan akhirnya kembali ke Jepang. Selama masa pengembaraannya, ia dikenal dengan gaya hidup yang mewah. Menurut pemberitaan Tempo pada 15 Februari 1992, “dia selalu tinggal di apartemen mewah dan bila menghadiri pesta penampilannya selalu bagus. Model-model pakaiannya pun selalu lengkap dan gemerlap dengan perhiasan. Tak pernah ketinggalan zaman.” Gaya hidup tersebut, disebut diperoleh dari bisnis konstruksi dan peralatan berat yang ia jalani di luar negeri. Selama perjalanan ini, ia membawa serta putrinya, Kartina, yang kemudian menikah dengan Presiden Citybank Eropa, Fritz Frederic, dan melahirkan cucu Soekarno bernama Frederik Kiran Soekarno pada tahun 2006.
Sejak tahun 2008, Ratna Sari Dewi Soekarno telah menetap di Jepang. Hingga akhirnya pada tahun 2025, ia memutuskan untuk melepaskan status WNI-nya, setelah 63 tahun menyandang status tersebut. Keputusan ini diambil agar ia bisa mendirikan partai politik di Jepang yang diberi nama Heiwa 12. Partai ini memiliki misi mengadvokasi isu kesejahteraan anjing dan kucing. Dengan berdirinya partai ini, Ratna Sari Dewi dikabarkan akan mencalonkan diri sebagai anggota Majelis Tinggi Parlemen Jepang.