Jakarta, EKOIN.CO – Wilayah Donetsk, yang kini berada di bawah pendudukan Rusia, menghadapi krisis air bersih. Kondisi ini terjadi setelah kanal vital yang menyuplai air ke wilayah tersebut masih berada dalam kendali pasukan Ukraina.
Denis Pushilin, pejabat Rusia yang ditunjuk oleh Presiden Vladimir Putin untuk memimpin wilayah tersebut, menjelaskan bahwa Ukraina telah melakukan blokade air di kanal yang menghubungkan dua sungai penting di wilayah itu. Menurutnya, pasokan air hanya tersedia selama beberapa jam setiap tiga hari. Pushilin menggambarkan situasi ini sebagai kondisi yang “sensitif.”
Lebih lanjut, Pushilin menyampaikan bahwa krisis air yang membuat warga harus mengantre di truk-truk tangki hanya bisa teratasi jika Rusia mengambil alih kendali penuh atas wilayah dan kanal vital tersebut.
Kanal sepanjang 83 mil (135 km) yang dibangun pada tahun 1950-an, menghubungkan dua sungai, dimulai sekitar 12 mil timur laut Sloviansk—yang dikuasai pasukan Ukraina—dan berakhir di dekat Kota Donetsk yang dikendalikan oleh pasukan Rusia.
Sementara itu, warga Donetsk telah melayangkan surat terbuka kepada Presiden Putin untuk meminta intervensinya dalam menghadapi apa yang mereka sebut sebagai “bencana kemanusiaan dan ekologis.” Langkah ini diambil untuk memberikan tekanan pada rezim pendudukan Donetsk. Para komentator Ukraina pun menggunakan masalah ini sebagai kritik terhadap pemerintahan Rusia.
Dilaporkan oleh Reuters, warga di Donetsk terlihat mengantre di sebuah truk air untuk mengisi botol plastik lima liter dan jeriken dengan air. Mereka kemudian mengangkutnya menggunakan troli atau di tempat penampungan yang telah disiapkan di mobil mereka.
Salah satu warga yang terdampak adalah seorang pensiunan berusia 78 tahun bernama Lyubov. Dengan nada kesal, ia menyampaikan kesulitannya. “Bagaimana aku bisa datang ke sini, mengumpulkan air, dan membawanya pulang? Aku harus pergi ke toilet dan mencuci,” tutur Lyubov.