Jakarta, EKOIN.CO – Wakil Menteri Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia (Wamenpora RI), Taufik Hidayat, memimpin Rapat Koordinasi (Rakor) krusial bersama Tim Reviu terkait Persiapan SEA Games 2025 ke-33 di Thailand. Pertemuan penting ini dilangsungkan di Kantor Kemenpora, Jakarta, pada Senin (15/9). Diskusi mendalam ini bertujuan memastikan langkah strategis yang diambil efektif dan efisien, mengingat waktu persiapan yang tersisa bagi kontingen Merah Putih semakin sempit.
Kehadiran Tim Reviu dipimpin langsung oleh Prof. Yunyun Yudiana selaku Ketua Tim. Rakor ini fokus membahas berbagai aspek vital, mulai dari program pemusatan latihan nasional (pelatnas), kriteria pemilihan cabang olahraga (cabor) yang dipertandingkan, hingga proyeksi target medali yang realistis untuk dibawa pulang. Semua elemen yang terlibat berkomitmen untuk memaksimalkan potensi yang ada.
Baca juga : Wamenpora Pimpin Rapat Pembahasan Permenpora 14 Tahun 2024
Dalam arahannya, Wamenpora Taufik menekankan betapa mendesaknya pengambilan keputusan yang tepat dan efisien. Waktu yang tersedia kini tinggal sekitar dua bulan setengah sebelum multievent olahraga terbesar di Asia Tenggara itu bergulir. Oleh karena itu, ia meminta agar setiap keputusan didasarkan pada perhitungan yang matang.
“Perlunya seleksi ketat cabang olahraga yang akan diikuti, dengan mempertimbangkan potensi medali dan efektivitas jumlah atlet,” ujar Wamenpora Taufik. Penekanan ini menunjukkan bahwa Kemenpora tidak ingin memberangkatkan atlet yang tidak memiliki peluang besar, demi menjaga efisiensi anggaran negara.
Wamenpora Taufik melanjutkan dengan mengatakan bahwa Tim Reviu perlu memilih opsi terbaik dari berbagai skema yang telah disiapkan. “Saya sudah mempelajari laporan Persiapan SEA Games 2025. Yang perlu digarisbawahi adalah kita harus memilih opsi terbaik dari berbagai skema yang ada. Tidak semua cabang olahraga punya potensi, sehingga kita harus benar-benar menentukan prioritas,” sambungnya. Seleksi prioritas ini menjadi kunci agar fokus dan sumber daya tidak terpecah.
Selain itu, ia juga mengingatkan tentang perlunya pengendalian jumlah kontingen agar tidak terjadi pembengkakan tanpa perhitungan yang benar-benar matang. Wamenpora Taufik Hidayat merujuk pada praktik pengiriman atlet di masa lalu sebagai tolok ukur.
“Selama ini kita tidak pernah memberangkatkan lebih dari seribu atlet, kecuali saat menjadi tuan rumah. Jadi harus dipastikan, apakah dengan jumlah sebesar itu anggarannya kuat, baik untuk keberangkatan maupun perolehan medali emas,” tegasnya. Kekuatan anggaran untuk membiayai kontingen yang besar dan memastikan bonus medali harus menjadi pertimbangan utama.
Lebih lanjut, Wamenpora meminta seluruh jajaran, mulai dari deputi, asisten deputi, hingga Tim Reviu, untuk secara aktif terjun langsung memantau kegiatan pelatnas di berbagai cabang olahraga. Pemantauan ini diinstruksikan tidak boleh bersifat seremonial. Sebaliknya, harus fokus pada kebutuhan nyata atlet dan pelatih di lapangan.
Wamenpora Taufik Hidayat berharap interaksi dengan atlet dapat berjalan natural. “Saya ingin datang ke pelatnas dengan natural, tidak mengganggu latihan, tapi bisa berdialog langsung dengan atlet dan pelatih. Kita perlu mendengar aspirasi mereka, sekaligus memberi motivasi,” tambahnya. Mendengarkan masukan langsung dari pelatih dan atlet diharapkan bisa menjadi bahan evaluasi yang lebih akurat.
Menutup arahannya, Wamenpora Taufik berharap semua tim dapat menjaga kekompakan dan memperkuat koordinasi. “Kita punya waktu singkat. Mari kita maksimalkan agar SEA Games 2025 menjadi momentum pembuktian prestasi Indonesia sekaligus pelajaran penting untuk perhelatan internasional berikutnya,” pungkasnya. Event ini diharapkan menjadi batu loncatan menuju Asian Games dan Olimpiade.
Proyeksi Kontingen dan Tantangan Tuan Rumah
Ketua Tim Reviu, Prof. Yunyun Yudiana, melaporkan bahwa pihaknya telah menyelesaikan reviu terhadap 52 cabang olahraga yang diproyeksikan akan tampil pada SEA Games 2025. Menurutnya, sinergi antara Tim Reviu dan pihak cabang olahraga berjalan cukup baik, menunjukkan komitmen bersama untuk memperkuat posisi Indonesia di ajang dua tahunan tersebut.
Prof. Yunyun Yudiana menyampaikan harapannya, ajang 2025 ini tidak hanya sekadar ajang regional, melainkan juga harus menjadi tolok ukur awal bagi atlet Indonesia untuk melangkah lebih jauh ke level Asia dan dunia. Penentuan cabor yang diikuti harus memikirkan keberlanjutan prestasi.
“Dari hasil reviu, diperkirakan kontingen Indonesia akan terdiri dari sekitar 1.110 atlet dan 440 pelatih,” jelas Prof. Yunyun Yudiana mengenai perkiraan jumlah personel yang akan diberangkatkan. Ia menekankan bahwa seleksi yang ketat harus dilakukan agar atlet yang diberangkatkan benar-benar memiliki peluang meraih medali, tidak hanya di SEA Games, tetapi juga berkelanjutan hingga Asian Games dan Olimpiade.
Anggota Tim Reviu, Del Asri, memberikan rincian lebih lanjut mengenai program pembinaan yang terintegrasi. Ia menyampaikan bahwa ada sebelas cabang olahraga yang sekaligus menjadi bagian dari program road to Olympic Games 2028. Cabang-cabang tersebut di antaranya meliputi panjat tebing, angkat besi, bulutangkis, panahan, balap sepeda, atletik, renang, judo, menembak, dan rowing.
Selain itu, terdapat 37 cabang olahraga lainnya yang difokuskan untuk program road to Asian Games 2026. Pemetaan ini menunjukkan adanya strategi jangka panjang Kemenpora dalam pembinaan atlet berjenjang.
Del Asri juga menyinggung tantangan besar yang dihadapi Indonesia akibat kebijakan tuan rumah Thailand. “Pada SEA Games sebelumnya kita berhasil meraih 87 medali emas dan menempati peringkat tiga,” ujarnya, memberikan data historis. Namun, tantangan muncul dari penyesuaian nomor pertandingan.
“Berdasarkan proyeksi yang dibuat, jika format pertandingan mengikuti SEA Games Thailand dengan menggunakan nomor yang sama seperti di Kamboja, maka kita berpotensi kehilangan 41 medali emas. Artinya, ada 41 nomor dari cabang olahraga kita yang tidak dipertandingkan oleh tuan rumah,” jelas Del Asri. Kondisi ini secara tidak langsung menguntungkan tuan rumah, Thailand, yang diprediksi memiliki peluang besar menjadi juara umum.
Kendati menghadapi potensi kerugian medali yang signifikan, Tim Reviu tetap optimistis Indonesia mampu mempertahankan posisi tiga besar. Mereka menetapkan target realistis Persiapan SEA Games 2025 dengan perolehan 80 hingga 92 medali emas. Target ini merupakan hasil analisis yang mendalam terhadap kekuatan atlet Indonesia dan potensi medali di nomor-nomor yang dipertandingkan.
Sinergi dan Fokus Jangka Panjang
Rapat koordinasi ini dihadiri pula oleh Deputi Bidang Peningkatan Prestasi Olahraga Kemenpora Surono, Asisten Deputi Olahragawan Elit Budi Ariyanto Muslim, serta Anggota Tim Reviu lainnya, yaitu Iman Sulaiman, Oce Wiriawan, dan Agung Robianto. Kehadiran para pejabat dan pakar ini menegaskan keseriusan Kemenpora dalam mengelola Persiapan SEA Games 2025.
Tim Reviu bersama Kemenpora harus bekerja keras untuk memastikan bahwa setiap atlet yang diberangkatkan adalah yang terbaik dan berada dalam kondisi puncak performa. Dua bulan setengah waktu yang tersisa harus dimanfaatkan untuk mengatasi kekurangan dalam pelatnas dan menjaga motivasi atlet. Keberangkatan kontingen yang ramping, namun berdaya saing tinggi, adalah pilihan terbaik saat ini.
Strategi jangka panjang road to Asian Games dan road to Olympic Games yang dipresentasikan Tim Reviu adalah langkah progresif yang perlu dipertahankan. Hal ini menunjukkan bahwa SEA Games 2025 tidak dilihat sebagai tujuan akhir, melainkan sebagai bagian penting dari peta jalan menuju prestasi dunia. Sinergi antara kebijakan Kemenpora dan analisis data dari Tim Reviu menjadi kunci keberhasilan.
Upaya Kemenpora dan Tim Reviu dalam mematangkan Persiapan SEA Games 2025 di tengah keterbatasan waktu dan tantangan tuan rumah patut diapresiasi, namun koordinasi harus terus ditingkatkan. Penting bagi Wamenpora dan jajarannya untuk benar-benar melakukan kunjungan natural ke pelatnas, memastikan dukungan logistik dan non-logistik sampai langsung kepada atlet dan pelatih. Pengurangan nomor pertandingan oleh Thailand harus disikapi secara strategis dengan mengoptimalkan potensi medali di nomor-nomor yang tersisa. Tim Reviu harus memperkuat simulasi dan analisis data potensi medali di nomor-nomor baru atau yang dimodifikasi.
Fokus pada efisiensi anggaran dan efektivitas kontingen adalah langkah yang tepat, namun tidak boleh mengorbankan cabor yang memiliki potensi medali, meskipun peluangnya kecil. Keseimbangan antara target jangka pendek di SEA Games dan target jangka panjang menuju Olimpiade harus dipertahankan. Keputusan akhir mengenai jumlah kontingen dan cabang olahraga harus transparan dan didasarkan pada data yang akurat. Keputusan ini harus menjadi pelajaran penting bagi Indonesia dalam menghadapi dinamika multievent di masa depan.
Keterlibatan aktif dari KONI dan Pengurus Besar/Pengurus Pusat (PB/PP) cabang olahraga mutlak diperlukan untuk menjamin data yang dimiliki Tim Reviu adalah yang paling mutakhir dan akurat. Semua pihak harus kompak dan bergerak cepat dalam waktu yang tersisa ini. Kekompakan dalam tim, seperti yang ditekankan oleh Wamenpora, akan menjadi faktor penentu dalam mencapai target yang ambisius namun realistis.(*)
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v



























