Jakarta EKOIN.CO – Kereta api dan transportasi berbasis rel semakin diminati sebagai pilihan utama warga kota besar. Dibandingkan dengan angkutan kota (angkot) dan bus trans, kereta menawarkan berbagai keunggulan signifikan, khususnya dalam hal kecepatan, kapasitas angkut, serta ketepatan waktu.
Penggunaan kereta sebagai moda transportasi massal terus meningkat, terutama di wilayah Jabodetabek yang memiliki jaringan KRL (Kereta Rel Listrik) dan LRT (Light Rail Transit). Menurut data dari Kementerian Perhubungan, moda berbasis rel cenderung lebih efisien dan mampu mengangkut penumpang dalam jumlah besar dalam satu perjalanan.
Waktu tempuh yang lebih singkat menjadi kelebihan utama kereta dibandingkan angkot atau bus trans. Misalnya, perjalanan dari Bogor ke Jakarta dengan KRL hanya memakan waktu sekitar 60 menit, sedangkan menggunakan angkutan lain bisa dua kali lebih lama.
Kereta juga memiliki keunggulan dalam hal kepastian jadwal. Jadwal keberangkatan dan kedatangan kereta umumnya lebih dapat diandalkan, sementara angkot dan bus kerap terhambat kemacetan dan waktu tunggu yang tidak pasti.
Selain itu, kapasitas angkut kereta jauh lebih besar. Setiap rangkaian KRL dapat mengangkut hingga seribu penumpang sekaligus, sedangkan angkot hanya mampu menampung sekitar 10–15 orang dan bus trans sekitar 80 penumpang dalam satu rit.
Transportasi kereta dinilai lebih ramah lingkungan karena menggunakan tenaga listrik. Hal ini membantu mengurangi emisi karbon dan polusi udara yang dihasilkan oleh kendaraan berbahan bakar fosil.
Seperti dikutip dari laman resmi Direktorat Jenderal Perkeretaapian, moda kereta juga unggul dalam hal keselamatan. Tingkat kecelakaan kereta jauh lebih rendah dibandingkan kendaraan darat lain, berkat sistem pengamanan dan pengawasan terpusat.
Fasilitas stasiun yang semakin modern turut mendukung kenyamanan pengguna. Di stasiun besar seperti Manggarai dan Dukuh Atas, penumpang kini menikmati fasilitas seperti eskalator, lift, dan ruang tunggu ber-AC.
Dengan tersedianya integrasi antar moda, perjalanan penumpang menjadi lebih lancar. Penumpang bisa berpindah dari kereta ke bus atau MRT dengan mudah, terutama melalui simpul transportasi seperti Stasiun Sudirman dan Stasiun Tanah Abang.
Warga juga mengakui kelebihan transportasi kereta. “Naik KRL lebih cepat dan nyaman, terutama kalau harus pulang pergi ke kantor tiap hari,” ujar Eko, karyawan swasta asal Depok, Jumat (5/7/2025).
Selain efisiensi waktu, biaya perjalanan dengan kereta juga tergolong lebih terjangkau. Tarif KRL Jabodetabek hanya sekitar Rp3.000 hingga Rp7.000 tergantung jarak, lebih hemat dibandingkan ongkos harian jika menggunakan ojek atau taksi online.
Di sisi lain, tantangan tetap ada, seperti kepadatan penumpang saat jam sibuk. Meski begitu, pemerintah terus berupaya menambah armada dan meningkatkan frekuensi perjalanan untuk mengatasi hal ini.
Menurut pengamat transportasi Darmaningtyas, pengembangan kereta api perkotaan harus menjadi prioritas. “Transportasi berbasis rel terbukti paling efisien untuk mengatasi kemacetan dan mendukung pergerakan orang di kota besar,” katanya dalam seminar transportasi pekan ini.
Darmaningtyas juga menyoroti pentingnya peremajaan armada dan peningkatan pelayanan agar masyarakat makin percaya terhadap moda kereta. “Semakin baik pelayanannya, semakin tinggi loyalitas pengguna,” ujarnya.
Transportasi berbasis rel juga diyakini mampu mendorong pertumbuhan ekonomi di daerah sekitar stasiun. Banyak kawasan transit-oriented development (TOD) berkembang di sekitar jalur rel sebagai pusat aktivitas ekonomi baru.
Pemerintah melalui Kementerian Perhubungan juga tengah mendorong percepatan proyek LRT dan MRT di kota-kota besar lain di luar Jakarta, seperti Bandung, Surabaya, dan Medan, untuk memperluas akses transportasi modern.
Salah satu proyek strategis nasional yang tengah berjalan adalah pembangunan jalur kereta cepat Jakarta-Bandung. Proyek ini ditargetkan mampu mempersingkat waktu tempuh menjadi hanya 45 menit sekali jalan.
Kemajuan teknologi perkeretaapian, seperti penerapan sistem persinyalan otomatis dan ticketing berbasis digital, juga meningkatkan pengalaman pengguna. Pengguna kini dapat memesan tiket secara online dan memantau jadwal kereta melalui aplikasi.
Peningkatan kualitas layanan dan keandalan jadwal menjadikan kereta sebagai alternatif utama di tengah tantangan mobilitas perkotaan yang semakin kompleks. Pilihan masyarakat terhadap kereta pun menunjukkan kepercayaan yang tumbuh terhadap sistem transportasi publik yang modern dan efisien.
Pemerintah daerah juga diharapkan berperan aktif dalam pengembangan jaringan rel yang terintegrasi dengan transportasi lain, agar konektivitas antarwilayah makin mudah dijangkau oleh masyarakat.
Sebagai saran, masyarakat sebaiknya mulai mempertimbangkan penggunaan kereta sebagai moda utama untuk aktivitas harian. Selain membantu mengurangi kemacetan, penggunaan kereta dapat memangkas waktu tempuh secara signifikan.
Penting juga bagi masyarakat untuk disiplin dalam memanfaatkan transportasi umum, seperti mengikuti jadwal dan menjaga ketertiban di dalam kereta maupun stasiun. Ini akan menciptakan suasana perjalanan yang lebih aman dan nyaman.
Bagi pemerintah, penguatan infrastruktur perkeretaapian harus dibarengi dengan upaya edukasi publik. Kampanye keselamatan, kenyamanan, dan manfaat transportasi rel harus terus digalakkan agar makin banyak warga beralih ke moda ini.
Penambahan jalur, peremajaan armada, dan peningkatan layanan penumpang merupakan langkah konkret yang perlu dilakukan demi menciptakan sistem transportasi massal yang handal. Kerja sama antara pusat dan daerah juga krusial dalam mewujudkannya.
transportasi kereta menawarkan solusi komprehensif atas berbagai masalah mobilitas di perkotaan. Kecepatan, kapasitas, ketepatan waktu, dan efisiensi biaya menjadikannya pilihan rasional di tengah urbanisasi yang pesat. Transportasi berbasis rel adalah investasi masa depan yang layak dikembangkan lebih luas. (*)
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v



























