Riyadh EKOIN.CO – Joao Felix, pesepak bola asal Portugal yang sempat disebut sebagai bintang masa depan negaranya, resmi bergabung dengan klub Arab Saudi, Al Nassr, pada pertengahan Juli 2025. Kepindahan ini menjadi babak baru dalam perjalanan kariernya yang penuh pasang surut, dari puncak ketenaran di Benfica hingga tudingan hanya mengejar uang di usia 25 tahun.
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v
Felix dikenal publik sejak tampil gemilang bersama Benfica di usia remaja. Ia membawa klub asal Lisbon itu meraih gelar liga Portugal dan mencuri perhatian klub-klub besar Eropa. “Joao Felix adalah seorang jenius, dia bukan pesepak bola normal,” kata mantan pelatih Benfica saat itu, mengomentari performa Felix yang dinilai di atas rata-rata pemain seusianya.
Tahun 2019 menjadi tonggak penting dalam kariernya. Atletico Madrid merekrut Felix dengan nilai transfer sekitar €126 juta, menjadikannya pemain remaja termahal kedua di dunia saat itu. Ekspektasi besar langsung menyertai kedatangannya di klub yang dilatih Diego Simeone. Namun, penyesuaian gaya bermain menjadi tantangan besar baginya.
Sulit Menembus Skuad Utama Klub Besar
Felix kesulitan menjadi pilihan utama di Atletico. Ia lebih sering menghuni bangku cadangan dibanding lapangan, dan hanya sesekali tampil gemilang. Kendati ikut menyumbang dalam perebutan gelar La Liga 2020/2021, hubungannya yang renggang dengan Simeone mendorongnya mencari peluang di klub lain.
Peminjaman ke Chelsea menjadi langkah selanjutnya, namun Felix tidak mampu tampil dominan. Dari 40 laga di semua kompetisi, ia mencetak 11 gol—jumlah yang dianggap biasa untuk pemain sekelasnya. Kemudian Barcelona juga meminjamnya, tetapi tidak mempermanenkan kontraknya karena performa inkonsisten.
Kembali ke Chelsea pada musim panas 2024, Felix direkrut secara permanen. Namun, performanya belum membaik secara signifikan. Ia mencetak tujuh gol dalam 20 laga, sebelum akhirnya dipinjamkan lagi ke AC Milan. Di Serie A, ia tampil 15 kali dan hanya mencetak dua gol, menandai musim yang kurang memuaskan.
Masa peminjaman di Milan berakhir, dan Felix menerima tawaran dari Al Nassr. Klub Saudi tersebut membelinya dengan nilai transfer €50 juta. Keputusannya pindah ke Asia mengundang reaksi keras dari penggemar dan pengamat sepak bola, yang menilai ia lebih tertarik dengan nilai kontrak fantastis daripada prestasi di lapangan.
Label Mata Duitan dan Pembelaan Joao Felix
Kontrak Felix di Al Nassr disebut mencapai €17,5 juta per tahun. Dalam sambutannya di klub baru, Felix berkata, “Saya di sini untuk menebar keceriaan, ayo main dan menang bersama.” Meski tampak optimistis, banyak pihak menilai langkah ini menunjukkan kegagalan memenuhi potensi emas yang dulu melekat padanya.
Menurut laporan Marca, lebih dari €200 juta telah dihabiskan untuk transfer Joao Felix sepanjang kariernya. Namun, performa di lapangan dianggap tidak sebanding. “Lebih dari €200 juta telah dihabiskan untuk seorang pemain yang penampilannya tidak sebanding dengan harganya,” tulis analisis di media tersebut.
Felix membela keputusannya dengan menekankan kebahagiaan bermain bola. Ia menyebut bermain bersama Cristiano Ronaldo dan pemain Portugal lainnya di Al Nassr sebagai daya tarik tersendiri. “Saya ingin membuat para penggemar menikmati permainan sepak bola saya dan membantu tim,” ujar Felix menegaskan.
Kini Felix berada di bawah asuhan Jorge Jesus, pelatih asal Portugal yang juga berpengalaman melatih klub-klub besar. Tantangan berat menantinya, terutama membuktikan bahwa ia bukan sekadar pemain bintang yang memilih jalan pintas, tetapi tetap mampu bersinar di kompetisi luar Eropa.
Kepindahan Felix ke Al Nassr menambah daftar bintang Eropa yang hijrah ke liga Arab Saudi. Meski usianya masih muda, 25 tahun, ia kini dinilai sebagai pemain yang lebih sering mencuri perhatian di bursa transfer ketimbang prestasi di atas lapangan. Banyak pihak menanti apakah ia akan bangkit atau terus tenggelam.
Joao Felix belum pernah mampu mengulangi performa luar biasa seperti saat bersama Benfica. Cedera dan inkonsistensi penampilan disebut sebagai faktor utama turunnya performa. Kini, publik menanti apakah dia bisa bangkit atau justru menjadi contoh klasik pemain berbakat yang salah memilih arah karier.
Masa depan Felix di Al Nassr akan menentukan apakah label “mata duitan” akan melekat selamanya atau mampu dihapus dengan performa cemerlang. Satu hal pasti, Felix tetap menjadi nama penting dalam catatan sejarah bursa transfer sepak bola dunia, dengan nilai transaksi luar biasa sepanjang kariernya.
Meski gagal bersinar di Eropa dalam enam tahun terakhir, Felix tetap menjadi sorotan, baik karena kemampuannya atau keputusan kontroversial dalam kariernya. Dari Benfica, Atletico, Chelsea, Barcelona, AC Milan, hingga kini Al Nassr, kisah Felix menjadi perjalanan unik yang menyita perhatian.
Dari sudut pandang ekonomi, nilai transfer dan kontrak Felix menempatkannya dalam jajaran pemain paling bernilai. Namun, dari sisi prestasi, ia masih harus membuktikan bahwa dirinya pantas menjadi pemain kelas dunia seperti ekspektasi awal saat pertama kali muncul di Benfica.
yang dapat diberikan kepada Joao Felix adalah agar ia kembali fokus pada peningkatan performa di lapangan. Konsistensi dan kerja keras menjadi kunci dalam mengembalikan kepercayaan publik terhadap kemampuannya. Pemilihan klub ke depan sebaiknya didasarkan pada peluang bermain, bukan hanya finansial.
Di sisi lain, Felix dapat memanfaatkan pengaruh Cristiano Ronaldo di Al Nassr untuk belajar dan berkembang. Dukungan pelatih senegara juga dapat menjadi modal penting dalam mengembangkan performa dan mental bertandingnya. Dengan kerja sama tim yang baik, peluang sukses masih terbuka.
Langkah ke Arab Saudi mungkin memberi keuntungan finansial, namun tidak menutup kemungkinan Felix bisa kembali ke Eropa jika berhasil menunjukkan performa luar biasa di Al Nassr. Oleh karena itu, menjaga kebugaran dan menghindari cedera adalah hal penting dalam perjalanan kariernya ke depan.
Bagi pemain muda lain, perjalanan karier Felix bisa menjadi pelajaran berharga tentang pentingnya memilih klub yang sesuai dengan gaya bermain. Tekanan publik dan ekspektasi tinggi harus dihadapi dengan mentalitas kuat agar tidak kehilangan arah dalam karier profesional.
Pada akhirnya, Joao Felix masih memiliki waktu untuk membuktikan dirinya. Dengan usia 25 tahun, ia belum habis. Namun, untuk bangkit dan memenuhi potensi, langkah selanjutnya harus ditempuh dengan bijak dan penuh kesungguhan. Hanya dengan itu ia bisa membalikkan persepsi publik dan media. (*)