Phnom Penh EKOIN.CO – Seorang jenderal senior Kamboja, Jenderal Srey Duk, dilaporkan tewas dalam pertempuran sengit melawan pasukan Thailand di perbatasan kedua negara pada Senin tengah malam, 28 Juli 2025. Insiden tragis ini terjadi hanya beberapa jam sebelum kesepakatan gencatan senjata diberlakukan. Pemerintah Kamboja belum memberikan komentar resmi atas laporan kematian perwira tinggi militernya tersebut.
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v
Konfirmasi mengenai tewasnya Jenderal Srey Duk disampaikan oleh sumber dari Komando Wilayah Angkatan Darat Kedua Thailand pada pukul 23.13 waktu setempat. Jenderal Srey Duk menjabat sebagai Wakil Kepala Angkatan Darat Kerajaan Kamboja dan komandan Divisi Dukungan ke-3. Ia dikenal luas sebagai salah satu tokoh militer paling berpengaruh di Kamboja.
Mengutip Nation Thailand, Jenderal Srey Duk merupakan orang kepercayaan dekat mantan Perdana Menteri Hun Sen. Ia terlibat dalam berbagai konflik bersenjata di masa lalu bersama Hun Sen, termasuk beberapa operasi militer penting yang membentuk struktur kekuasaan militer Kamboja saat ini.
Negosiator Kunci dalam Sengketa Perbatasan
Jenderal Srey Duk sebelumnya berperan sebagai perwakilan utama dalam perundingan perbatasan antara Kamboja dan Thailand. Dalam beberapa bulan terakhir, ia terlibat langsung dalam negosiasi dengan Mayor Jenderal Somphop Paravech dari Thailand, untuk menyelesaikan sengketa di wilayah Chong Bok.
Hasil negosiasi itu melahirkan kesepakatan penting pada 8 Juni 2025, berupa penimbunan kembali parit batas dan penarikan pasukan ke posisi sebelumnya. Kesepakatan ini sempat meredakan ketegangan hingga konflik kembali pecah pada Kamis, 24 Juli 2025, menandai dimulainya kembali pertempuran di zona sengketa.
Pada malam kematian Jenderal Srey Duk, Angkatan Udara Kerajaan Thailand meluncurkan operasi udara strategis menggunakan dua jet tempur F-16 di atas wilayah kuil Ta Kwai. Serangan udara ini bertujuan untuk memutus jalur bala bantuan Kamboja serta menetralkan posisi artileri Kamboja yang menembaki pasukan Thailand.
Misi udara tersebut dilaporkan berhasil. Kedua pesawat tempur Thailand kembali dengan selamat ke pangkalan setelah menyelesaikan tugas menetralisir ancaman di garis depan. Operasi ini dianggap sebagai salah satu pemicu utama pecahnya pertempuran lanjutan sebelum gencatan senjata berlaku.
Tudingan Pelanggaran Gencatan Senjata
Militer Thailand pada Selasa, 29 Juli 2025, menuduh Kamboja melanggar gencatan senjata beberapa jam setelah kedua pihak menyepakati penghentian tembak-menembak. Perjanjian gencatan senjata itu dicapai dalam perundingan di Malaysia, dan seharusnya berlaku mulai tengah malam hari Senin.
Kesepakatan tersebut bertujuan mengakhiri konflik berdarah di perbatasan sepanjang 800 kilometer antara kedua negara, khususnya di zona yang diperebutkan, termasuk beberapa situs kuil kuno yang bernilai sejarah tinggi bagi kedua pihak.
“Pada saat perjanjian tersebut berlaku, pihak Thailand mendeteksi bahwa pasukan Kamboja telah melancarkan serangan bersenjata ke beberapa wilayah di wilayah Thailand,” ujar juru bicara militer Thailand, Winthai Suwaree, dikutip dari AFP. Pernyataan ini memperlihatkan ketegangan yang masih tinggi meskipun gencatan senjata telah ditandatangani.
Namun hingga berita ini diturunkan, pihak pemerintah Kamboja, termasuk Kementerian Pertahanan maupun Angkatan Darat Kerajaan Kamboja, belum memberikan klarifikasi terkait laporan tewasnya Jenderal Srey Duk dan tuduhan pelanggaran gencatan senjata.
Situasi di wilayah perbatasan Thailand-Kamboja masih belum stabil. Berdasarkan laporan lokal, baku tembak sporadis dilaporkan masih terjadi di beberapa titik meskipun perjanjian damai telah diteken oleh kedua pihak di bawah pengawasan internasional.
Komando Wilayah Thailand memperkuat pasukannya di zona sengketa dengan menambah jumlah personel dan memperkuat pertahanan udara. Langkah ini diambil sebagai antisipasi terhadap kemungkinan serangan lanjutan dari pihak Kamboja.
Kematian Jenderal Srey Duk membawa dampak signifikan terhadap moral pasukan Kamboja di medan tempur. Ia dikenal sebagai pemimpin militer yang disegani dan memiliki pengaruh kuat dalam struktur komando Angkatan Darat Kerajaan Kamboja.
Belum diketahui siapa yang akan menggantikan posisi Jenderal Srey Duk di Divisi Dukungan ke-3, namun para analis memperkirakan perubahan dalam kepemimpinan militer Kamboja bisa mempengaruhi dinamika konflik yang sedang berlangsung.
Beberapa pengamat militer regional menilai peristiwa ini sebagai pukulan serius bagi militer Kamboja, terutama dalam menjaga kohesi komando di tengah konflik yang kembali meningkat. Dampaknya bisa meluas ke sektor diplomasi dan proses perdamaian jangka panjang.
Pemerintah Thailand menyatakan tetap berkomitmen pada kesepakatan damai dan menyerukan kepada Kamboja untuk menghormati isi perjanjian. Langkah diplomatik lanjutan direncanakan untuk mencegah eskalasi yang lebih luas di kawasan tersebut.
peristiwa tewasnya Jenderal Srey Duk memperburuk situasi di perbatasan dan mempersulit implementasi gencatan senjata. Ketegangan ini berpotensi menghambat upaya perdamaian yang sedang dibangun dengan dukungan negara-negara ASEAN.
Dalam kondisi tersebut, diperlukan komunikasi langsung antara pemimpin militer dan diplomatik kedua negara guna mencegah konflik berlarut. Penegasan terhadap komitmen gencatan senjata sangat penting agar tidak terjadi korban tambahan di kedua belah pihak.
Masyarakat internasional, termasuk PBB dan ASEAN, diharapkan berperan aktif dalam mediasi agar perdamaian bisa segera terwujud. Stabilitas kawasan tergantung pada keberhasilan implementasi kesepakatan damai ini.
Perlu adanya investigasi menyeluruh terhadap insiden pelanggaran gencatan senjata agar kepercayaan antar pihak bisa dipulihkan. Langkah ini penting sebagai dasar penyusunan perjanjian jangka panjang.
Jika tidak diatasi dengan cepat dan tepat, konflik ini bisa melebar dan memicu ketegangan regional yang lebih besar. Semua pihak diharapkan bertindak bijak dan mengedepankan dialog demi masa depan kawasan yang damai dan stabil. (*)