JAKARTA, EKOIN.CO – Mantan Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, mengungkap alasan di balik penamaan salah satu stasiun Moda Raya Terpadu (MRT) di ibu kota dengan nama “ASEAN”. Dalam pidato politiknya pada Minggu, 13 Juli 2025, Anies menekankan bahwa Jakarta memiliki peran strategis tidak hanya sebagai ibu kota Indonesia, tetapi juga sebagai pusat diplomasi di kawasan Asia Tenggara.
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v
Pernyataan tersebut disampaikan Anies dalam Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) I Gerakan Rakyat yang digelar di Jakarta. Ia menegaskan pentingnya Jakarta sebagai “Ibu Kota ASEAN” yang menunjukkan posisi diplomatik Indonesia dalam konstelasi regional.
Dalam kesempatan itu, Anies menjelaskan bahwa pemilihan nama “ASEAN” untuk salah satu stasiun MRT bukan sekadar pertimbangan teknis, melainkan merupakan penegasan identitas kota yang memiliki nilai strategis dalam tatanan internasional.
Menurutnya, Indonesia melalui Jakarta selama ini aktif menjadi bagian dari perumusan berbagai kebijakan kawasan yang berkaitan dengan politik, keamanan, ekonomi, dan budaya di Asia Tenggara. Oleh karena itu, Jakarta layak menyandang status sebagai pusat dari kawasan tersebut.
Anies mengatakan, “Kita harus bisa menjawab dengan jelas dan tegas. Jakarta adalah Ibu Kota ASEAN.” Ucapan tersebut disambut tepuk tangan dari para peserta Rapimnas yang hadir.
Dia menilai, penegasan tersebut menjadi penting sebagai simbol bahwa Indonesia bukan hanya memikirkan kepentingan domestik, tetapi juga memberi kontribusi dalam membangun stabilitas kawasan. Penamaan itu juga menjadi penanda kuat akan peran Jakarta di mata internasional.
Nama Stasiun MRT ASEAN Punya Makna Strategis
Stasiun MRT ASEAN sendiri terletak tidak jauh dari Sekretariat ASEAN yang berdiri di Jalan Sisingamangaraja, Jakarta Selatan. Lokasi strategis ini memperkuat argumentasi Anies bahwa penamaan tersebut didasarkan pada letak geografis sekaligus nilai diplomatik.
Selain sebagai pusat administratif, Jakarta dinilai telah berfungsi sebagai tuan rumah berbagai pertemuan penting di level ASEAN maupun internasional. Hal ini memperkuat simbolisme peran ibu kota dalam membangun integrasi kawasan.
Anies menggarisbawahi, Jakarta telah lama menjadi rumah bagi Sekretariat ASEAN yang menjadi pusat koordinasi antarnegara di Asia Tenggara. Dengan MRT menghubungkan area penting ini, nama “ASEAN” pada stasiun tersebut menjadi relevan dan visioner.
Ia menambahkan bahwa pembangunan transportasi publik harus disertai dengan narasi besar tentang kota, sejarah, dan peran global. Pemilihan nama yang sarat makna menjadi bagian dari pembentukan identitas Jakarta di masa depan.
Jakarta dan Peran Diplomatik Kawasan
Dalam pidatonya, Anies juga menyoroti pentingnya Jakarta menjaga peran sebagai tempat pertemuan dan kolaborasi bagi negara-negara ASEAN. Ia menyebut bahwa kota ini tidak hanya sibuk membenahi tata ruang, melainkan juga memperkuat peran dalam politik regional.
Anies mengatakan bahwa diplomasi kawasan tidak cukup hanya dilakukan di balik pintu ruang perundingan, tetapi harus tercermin dalam infrastruktur publik yang dibangun oleh negara. MRT dengan stasiun ASEAN menjadi bagian dari visi itu.
Lebih lanjut, Anies menyatakan bahwa Jakarta harus mengukuhkan posisinya sebagai simpul penting hubungan internasional dan menjadi kota yang mewakili keterbukaan, kolaborasi, dan semangat kebersamaan ASEAN.
Penegasan itu dianggap penting oleh Anies mengingat dinamika geopolitik yang terus berubah. Jakarta sebagai kota besar di Asia Tenggara memiliki tanggung jawab untuk menjembatani berbagai kepentingan strategis di kawasan.
Meski tak lagi menjabat sebagai Gubernur, Anies tetap aktif menyampaikan gagasan mengenai peran Jakarta dalam dunia internasional. Pidatonya dalam Rapimnas I Gerakan Rakyat dinilai sebagai upaya mempertahankan relevansi wacana diplomasi publik.
Sejumlah tokoh yang hadir dalam forum tersebut memberikan apresiasi terhadap paparan Anies. Mereka menyatakan bahwa gagasan menjadikan Jakarta sebagai ibu kota ASEAN sejalan dengan kenyataan diplomatik yang telah berlangsung selama ini.
Sementara itu, keberadaan stasiun MRT ASEAN telah menjadi penanda geografis dan simbolik yang dikenali oleh masyarakat. Nama tersebut juga menjadi bentuk edukasi publik mengenai keberadaan organisasi ASEAN di Indonesia.
Stasiun ini pun telah dilengkapi informasi visual dan digital mengenai sejarah, struktur organisasi, serta peran ASEAN dalam pembangunan kawasan. Hal ini mendukung tujuan jangka panjang untuk mengenalkan diplomasi sejak dini kepada warga kota.
Proses penamaan stasiun MRT sempat melalui tahap diskusi panjang antara Pemprov DKI Jakarta, operator MRT, dan lembaga internasional terkait. Nama “ASEAN” akhirnya dipilih karena mengandung nilai strategis dan sejarah diplomasi.
Para pengamat kebijakan publik menilai bahwa langkah tersebut merupakan pendekatan naratif yang dapat memperkuat daya saing kota di tengah persaingan global antar-metropolis. Penamaan berbasis geopolitik menjadi tren baru dalam tata kota modern.
Kehadiran stasiun MRT ASEAN di Jakarta juga menjadi bukti bahwa pembangunan infrastruktur dapat mengangkat nilai-nilai kolektif dan memperkuat diplomasi melalui simbol-simbol kota.
Dalam pidatonya, Anies tak hanya menyampaikan makna nama stasiun, tetapi juga menyentuh peran warga kota dalam menjaga semangat kolaborasi ASEAN yang terus dibangun sejak 1967 hingga kini.
Jakarta memiliki nilai strategis di Asia Tenggara bukan semata karena status administratifnya, tetapi karena peran aktifnya dalam menjaga diplomasi dan keamanan kawasan. Penegasan tersebut penting agar Indonesia tidak dilihat hanya dari perspektif domestik, tetapi juga sebagai aktor regional yang berpengaruh.
Pemilihan nama stasiun MRT dengan pendekatan geopolitik menunjukkan bahwa kota modern tak hanya dibangun dengan beton, tetapi juga dengan visi. Jakarta yang menyebut dirinya “Ibu Kota ASEAN” memberi gambaran akan arah peran baru yang lebih luas di masa depan.
Simbolisasi seperti ini juga penting untuk generasi muda. Mereka akan tumbuh dengan pemahaman bahwa kota tempat tinggal mereka memiliki kedudukan yang penting dalam diplomasi internasional dan kerja sama lintas negara.
Dengan memperkuat identitas global melalui infrastruktur publik, Jakarta dapat memperluas pengaruhnya tanpa perlu mengandalkan kekuatan militer atau ekonomi semata. Diplomasi berbasis kota menjadi alat penting dalam geopolitik masa kini.
Ke depan, upaya seperti ini perlu diikuti dengan kebijakan yang mendorong kerja sama antar kota ASEAN dalam pendidikan, teknologi, kebudayaan, dan transportasi. Jakarta bisa menjadi pelopor kolaborasi kota-kota Asia Tenggara di masa yang akan datang.(*)



























