JAKARTA, EKOIN.CO – Mantan Presiden Direktur sekaligus Presiden Komisaris PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), Jahja Setiaatmadja, melepas 1 juta saham BBCA di pasar pada Selasa (12/8/2025). Penjualan saham ini dilakukan ketika harga saham BBCA sempat menguat sebelum mengalami penurunan menjelang akhir pekan.
Ikuti update terbaru di WA Channel EKOIN
Menurut keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI) yang dipublikasikan Sabtu (16/8/2025), transaksi penjualan saham BBCA oleh Jahja dilakukan dengan harga Rp 8.750 per saham. Dengan demikian, nilai transaksi mencapai sekitar Rp 8,75 miliar.
Corporate Secretary BCA, I Ketut Alam Wangsawijaya, dalam pengumuman resmi menyatakan, “Tujuan transaksi investasi diversifikasi portofolio.”
Saham BBCA dan strategi diversifikasi
Dengan penjualan tersebut, kepemilikan saham Jahja di BBCA kini tercatat sebesar 34,80 juta lembar saham. Meski jumlah berkurang, persentase kepemilikan Jahja tetap di angka 0,03 persen. Sebelumnya, ia memegang 35,80 juta lembar saham.
Transaksi ini mencerminkan langkah diversifikasi portofolio dari salah satu tokoh penting di industri perbankan Indonesia. Aksi jual saham BBCA ini juga menjadi sorotan karena dilakukan di tengah tren pergerakan harga saham BBCA yang fluktuatif.
Saham BBCA sendiri menjadi salah satu saham unggulan di Bursa Efek Indonesia, dengan kapitalisasi pasar terbesar di antara emiten perbankan. Oleh karena itu, setiap aksi jual atau beli dari petinggi perusahaan kerap diperhatikan investor.
Langkah Jahja melepas sebagian sahamnya ini bukanlah yang pertama. Ia dan jajaran direksi maupun komisaris BCA tercatat aktif melakukan aksi jual-beli saham perseroan pada beberapa periode sebelumnya.
Aksi korporasi saham BBCA sebelumnya
Sebagai catatan, pada Maret 2025, jajaran direksi dan komisaris BCA sempat kompak memborong saham BBCA. Aksi tersebut terjadi pada Selasa (18/3/2025), menjelang akhir periode perdagangan saham dengan hak dividen atau cum dividen pada Kamis (20/3/2025).
Aksi kolektif itu menjadi strategi korporasi untuk memperkuat kepemilikan saham internal sebelum pembagian dividen kepada investor. Kini, aksi jual saham yang dilakukan Jahja pada Agustus 2025 menunjukkan strategi berbeda, yakni diversifikasi.
Perubahan pola transaksi saham oleh petinggi bank terbesar di Indonesia ini diyakini menjadi salah satu indikator yang diamati investor dalam membaca tren pasar.
Saham BBCA tetap menjadi acuan utama investor institusi maupun ritel, mengingat stabilitas dan reputasi bank yang sudah teruji di pasar perbankan nasional.
Meski melepas sebagian saham, posisi Jahja sebagai pemegang saham tetap tidak berubah secara persentase. Hal ini menegaskan bahwa transaksi bersifat pribadi dan tidak memengaruhi struktur kepemilikan mayoritas BBCA.
Dengan strategi diversifikasi portofolio ini, langkah Jahja dapat dibaca sebagai bentuk manajemen risiko sekaligus pengelolaan aset pribadi di tengah dinamika pasar modal. (*)
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v