TEHERAN, EKOIN.CO – Angkatan Bersenjata Iran menegaskan komitmen mereka memblokir pembentukan koridor Amerika Serikat di wilayah Kaukasus, meski mendapat dukungan dari Rusia. Langkah ini dipandang sebagai upaya strategis demi menjaga stabilitas keamanan kawasan dan mempertahankan batas geopolitik negara.
(Baca Juga : Iran Blokir Koridor AS di Kaukasus)
Koridor Zangezur yang diusulkan dirancang untuk menghubungkan Republik Azerbaijan dengan Nakhchivan melalui perbatasan antara Armenia dan Iran. Menurut Iran, jalur tersebut bukan sekadar proyek perdagangan, melainkan bagian dari konspirasi politik yang melibatkan NATO untuk mendekatkan kekuatan militer ke perbatasan Iran dan Rusia.
Iran Tegas Jaga Stabilitas Kaukasus
Penasihat senior Pemimpin Revolusi Islam, Ali Akbar Velayati, pada Sabtu (9/8) menegaskan bahwa rakyat Armenia sendiri menolak rencana ini karena berpotensi menimbulkan ancaman serius bagi negara mereka. Ia menyatakan hubungan antara Republik Azerbaijan dan Nakhchivan dapat dilakukan melalui wilayah Iran, sehingga tidak memerlukan koridor baru.
(Baca Juga : Strategi Keamanan Iran di Kaukasus)
Velayati menambahkan, Iran bersama Moskow akan bertindak demi keamanan Kaukasus Selatan. Ia juga menekankan hak Iran untuk mempertahankan kepentingan nasional dan mencegah perubahan geopolitik yang merugikan.
Sebagai informasi, koridor Zangezur disebut sebagai proyek strategis yang berpotensi membuka jalan bagi pendirian pangkalan militer Amerika Serikat. Pangkalan itu dikhawatirkan akan digunakan sebagai titik serangan terhadap proksi Iran di Timur Tengah.
Wilayah Kaukasus sendiri merupakan jalur pegunungan penting yang menghubungkan Laut Hitam di barat dengan Laut Kaspia di timur. Kawasan ini memiliki nilai strategis tinggi dalam perdagangan, energi, dan militer.
Tel Aviv Memanas, Netanyahu Dikecam
Sementara itu, situasi memanas terjadi di Tel Aviv pada Sabtu (9/8/2025) malam. Puluhan ribu warga memblokir jalan-jalan utama kota sebagai bentuk protes terhadap kebijakan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu yang berencana menduduki kembali Jalur Gaza.
Menurut laporan Channel 12 yang dikutip Anadolu Agency, sekitar 60.000 demonstran berkumpul di Hostage Square. Mereka menuntut pemerintah segera memulangkan sandera yang masih ditahan di Gaza.
(Baca Juga : Protes Massal di Tel Aviv)
Seorang demonstran bernama Zamir menilai rencana pendudukan kembali Gaza adalah jebakan strategis. “Keputusan Netanyahu terkait Gaza bertentangan dengan pendapat Kepala Staf (Eyal Zamir) dan mengorbankan putra-putra kami,” ujarnya.
Ia memperingatkan bahwa militer Israel akan kelelahan selama bertahun-tahun jika kebijakan itu dijalankan, sementara nyawa para sandera akan semakin terancam.
Protes terhadap Netanyahu bukanlah hal baru. Demonstrasi serupa telah rutin terjadi sejak perang Gaza pecah pada Oktober 2023. Namun, rencana terbaru yang dinilai memperburuk situasi sandera membuat kemarahan publik semakin besar.
Langkah Iran di Kaukasus dan gejolak politik di Israel mencerminkan dinamika geopolitik yang saling memengaruhi. Konflik regional terus menguji keseimbangan kekuatan di Timur Tengah dan sekitarnya.
Iran menegaskan posisi tegasnya dalam menjaga keamanan Kaukasus dengan menolak proyek koridor Zangezur yang dinilai sebagai ancaman geopolitik.
Rencana ini juga dinilai melibatkan kekuatan besar seperti NATO dan AS, yang berpotensi memperburuk ketegangan regional.
Sementara itu, Israel tengah diguncang gelombang protes besar terhadap kebijakan Netanyahu terkait Gaza.
Situasi di Kaukasus dan Israel menjadi gambaran nyata bagaimana politik global mempengaruhi keamanan regional.
Kedua isu tersebut menandai babak baru dalam peta konflik internasional yang patut terus dipantau.
Negara-negara di kawasan Kaukasus perlu memperkuat diplomasi untuk menghindari eskalasi.
Pihak internasional sebaiknya mendorong dialog antara Iran, Armenia, dan Azerbaijan.
Israel perlu mempertimbangkan kebijakan yang lebih aman bagi sandera dan rakyatnya.
Keterlibatan kekuatan besar sebaiknya diarahkan untuk stabilisasi, bukan provokasi.
Media dan publik diharapkan terus mengawal perkembangan dua isu ini secara kritis.
(*)
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v