BANDAR ABBAS EKOIN.CO – Pada 13 Juni 2025, ketegangan antara Iran dan Israel mencapai puncaknya dengan serangan udara besar-besaran oleh Israel yang menargetkan fasilitas nuklir dan militer Iran. Serangan tersebut menewaskan lebih dari 1.000 warga Iran, termasuk ilmuwan dan tokoh militer penting. Sebagai balasan, pada 15 Juni 2025, Iran meluncurkan Operation Honest Promise 3, sebuah operasi militer skala besar yang menandai transisi dari perang proksi menjadi konfrontasi langsung antara kedua negara.
Operasi ini dimulai pada pukul 03.10 waktu setempat (23.40 GMT) dengan peluncuran gelombang pertama rudal dan drone dari Iran menuju berbagai wilayah di Israel, termasuk Tel Aviv, Haifa, dan Rehovot. Menurut laporan dari TV pemerintah Iran, serangan ini merupakan respons terhadap tewasnya sejumlah tokoh militer Iran akibat serangan Israel sebelumnya. Militer Iran menyebut serangan ini sebagai balasan atas “agresi berulang” Israel.jangan
Dalam beberapa hari berikutnya, Iran melancarkan serangkaian serangan tambahan, termasuk serangan rudal dan drone ke berbagai lokasi di Israel. Pada 21 Juni 2025, Iran meluncurkan empat serangan terhadap Israel, terdiri dari satu serangan drone dan tiga serangan rudal balistik, dengan salah satunya dilakukan dalam tiga gelombang yang terdiri dari 10–15 rudal. Total, Iran menembakkan antara 11 hingga 16 rudal balistik ke Israel. Meskipun sebagian besar rudal berhasil dicegat oleh sistem pertahanan Israel, beberapa berhasil menembus dan mengenai target di wilayah permukiman.
Serangan-serangan ini menyebabkan kerusakan signifikan di berbagai wilayah Israel. Di Bat Yam, sebuah rudal menghantam sebuah bangunan yang menyebabkan tewasnya dua wanita berusia 69 dan 80 tahun, serta dua anak sekitar 10 tahun. Di Tamra, empat perempuan dari satu keluarga tewas akibat serangan tersebut. Secara keseluruhan, serangan Iran menyebabkan sedikitnya 28 warga sipil Israel tewas dan lebih dari 3.000 lainnya terluka.
Sebagai respons, Israel melancarkan serangan udara balasan ke berbagai fasilitas militer dan nuklir di Iran. Pada 21 Juni 2025, Israel menyerang fasilitas nuklir di provinsi Isfahan, menghancurkan fasilitas sentrifugal dan bangunan terkait. Serangan ini menyebabkan lebih dari 1.000 warga Iran tewas dan lebih dari 4.000 lainnya terluka.
konflik, Iran mengumumkan bahwa pihaknya telah menahan lebih dari 21.000 individu selama periode 12 hari konflik. Penahanan ini dilakukan sebagai bagian dari upaya untuk mengamankan negara dan mencegah infiltrasi oleh agen asing. Sebagian besar dari mereka dituduh melakukan spionase atau kegiatan ilegal lainnya.
Pada 24 Juni 2025, setelah 12 hari pertempuran sengit, kedua belah pihak sepakat untuk melakukan gencatan senjata. Namun, ketegangan tetap tinggi, dengan kedua negara saling menuduh melanggar kesepakatan dan saling menyiapkan diri untuk kemungkinan eskalasi lebih lanjut.
Di tingkat internasional, serangan-serangan ini memicu kecaman dari berbagai negara dan organisasi internasional. Komisi Hukum Internasional (ICJ) mengecam tindakan militer Israel terhadap Iran, menyebutnya sebagai pelanggaran terhadap hukum internasional dan ancaman terhadap perdamaian global. Di sisi lain, negara-negara Eropa seperti Prancis, Jerman, dan Inggris mengingatkan Iran untuk kembali ke meja perundingan nuklir atau menghadapi kemungkinan sanksi lebih lanjut.
Di Iran, meskipun ada peningkatan nasionalisme pasca serangan, pemerintah mulai melonggarkan beberapa pembatasan sosial yang sebelumnya ketat. Kebijakan ini mencakup pelonggaran larangan terhadap penggunaan sepeda motor oleh perempuan dan pembatasan terhadap kepemilikan hewan peliharaan, sebagai upaya untuk meredakan ketegangan domestik dan memperbaiki citra pemerintah.
Secara keseluruhan, konflik ini menunjukkan betapa rapuhnya stabilitas di Timur Tengah dan pentingnya diplomasi untuk mencegah eskalasi lebih lanjut. Meskipun gencatan senjata telah dicapai, ketegangan antara Iran dan Israel tetap tinggi, dan masa depan hubungan kedua negara masih penuh ketidakpastian.
Dalam konteks ini, penting bagi komunitas internasional untuk terus mendorong dialog dan kerja sama antara kedua negara, serta mendukung upaya-upaya untuk mencapai perdamaian yang berkelanjutan di kawasan tersebut.
Selain itu, perhatian juga harus diberikan kepada dampak kemanusiaan dari konflik ini, dengan memastikan bantuan kemanusiaan dapat sampai kepada mereka yang membutuhkan, terutama di wilayah yang paling terdampak oleh pertempuran.
Penting juga untuk memantau perkembangan selanjutnya di kawasan ini, termasuk kemungkinan terjadinya perundingan ulang mengenai program nuklir Iran dan upaya-upaya untuk mengurangi ketegangan di Timur Tengah.
Akhirnya, meskipun gencatan senjata telah dicapai, tantangan besar tetap ada dalam membangun kembali kepercayaan antara Iran dan Israel, serta memastikan bahwa konflik serupa tidak terulang di masa depan.
Dengan demikian, meskipun ada harapan untuk perdamaian, jalan menuju stabilitas di Timur Tengah masih panjang dan penuh tantangan.
(*)