Washington EKOIN.CO – Amerika Serikat kembali melontarkan kritik keras terhadap India terkait konflik yang masih berlangsung di Ukraina. Pemerintah AS menuding bahwa India secara tidak langsung turut membiayai perang Rusia melalui pembelian minyak dalam jumlah besar dari Moskow.
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v
Pernyataan tersebut disampaikan langsung oleh Wakil Kepala Staf Gedung Putih, Stephen Miller, dalam wawancara bersama Fox News pada Senin, 4 Agustus 2025. Menurut Miller, pembelian minyak oleh India dari Rusia sangat berkontribusi dalam menopang pendanaan perang yang telah berlangsung lebih dari dua tahun itu.
“Apa yang dikatakan presiden kami dengan sangat jelas adalah bahwa tidak dapat diterima bagi mereka untuk terus membiayai perang ini dengan membeli minyak dari Rusia,” ujar Miller, dikutip dari Fox News.
Ia menekankan bahwa angka pembelian minyak oleh India dari Rusia nyaris setara dengan volume impor minyak oleh China dari negara yang sama. Hal ini dianggap mengejutkan oleh pemerintahan AS dan menjadi perhatian utama dalam kebijakan luar negeri Amerika Serikat di kawasan Asia Selatan.
Peringatan Serius untuk India dari Elit Trump
Lebih lanjut, Miller mengungkapkan bahwa pihak Gedung Putih telah memberikan sinyal tegas terhadap pemerintah India untuk mempertimbangkan kembali keputusan ekonomi mereka. Menurutnya, pembelian minyak dalam volume besar tidak bisa dilepaskan dari implikasi geopolitik, terutama di tengah konflik bersenjata antara Rusia dan Ukraina.
“Orang-orang akan terkejut mengetahui bahwa mereka hampir setara dengan China dalam hal volume pembelian minyak dari Rusia. Itu fakta yang mengejutkan,” tegas Miller dalam pernyataan lanjutannya.
Pemerintah AS menilai bahwa tindakan India berpotensi memperkuat posisi Rusia di medan perang dan mempersulit upaya penyelesaian damai di Ukraina. Namun, di sisi lain, Miller juga menyatakan bahwa hubungan bilateral antara India dan AS tetap terjaga dalam kondisi baik.
Ia menambahkan bahwa Presiden AS, Donald Trump, tetap menjaga komunikasi intensif dengan Perdana Menteri India, Narendra Modi, dan menganggap hubungan kedua negara sebagai “hubungan luar biasa” yang strategis bagi kedua pihak.
India Belum Respon, Tetap Beli Minyak Rusia
Sementara itu, hingga laporan ini diturunkan, Kedutaan Besar India di Washington belum mengeluarkan pernyataan resmi terkait tudingan tersebut. Pemerintah India pun belum mengomentari secara terbuka sikap yang diambil oleh Gedung Putih terhadap kebijakan energinya.
Namun berdasarkan laporan media lokal dan sumber-sumber diplomatik, India disebutkan masih berkomitmen melanjutkan pembelian minyak dari Rusia. Langkah ini dianggap penting untuk memenuhi kebutuhan energi domestik dan menjaga stabilitas ekonomi di dalam negeri.
India diketahui merupakan salah satu konsumen energi terbesar di dunia. Dengan populasi yang sangat besar dan kebutuhan energi yang terus meningkat, negara ini secara aktif mencari sumber energi dari berbagai negara, termasuk Rusia.
Hubungan dagang antara India dan Rusia juga telah meningkat secara signifikan dalam beberapa tahun terakhir, khususnya sejak Rusia menghadapi sanksi ekonomi dari negara-negara Barat akibat invasinya ke Ukraina.
Peningkatan volume perdagangan minyak antara kedua negara menjadi salah satu indikator utama yang menunjukkan ketergantungan India terhadap pasokan energi dari Rusia. Situasi ini memicu kekhawatiran di kalangan pejabat tinggi AS.
Di sisi lain, pengamat hubungan internasional menilai bahwa India tengah berada di posisi sulit. Negara itu berusaha menjaga keseimbangan hubungan dengan kekuatan besar dunia, termasuk AS dan Rusia, di tengah dinamika geopolitik yang berubah cepat.
India juga diketahui menolak ikut memberlakukan sanksi ekonomi terhadap Rusia, berbeda dengan sikap yang diambil oleh sebagian besar negara Barat. Keputusan ini menimbulkan ketegangan diplomatik antara India dan mitra-mitra strategisnya di Barat.
Miller menutup pernyataannya dengan menegaskan bahwa AS akan terus memantau kebijakan energi India, sembari tetap membuka jalur komunikasi diplomatik untuk mencari solusi bersama yang mendukung stabilitas global.
Gedung Putih juga disebut akan mempertimbangkan langkah-langkah lanjutan untuk menekan negara-negara yang dinilai memberikan kontribusi terhadap pembiayaan perang Rusia di Ukraina, termasuk India.
AS sebelumnya juga telah menyampaikan kekhawatiran serupa terhadap China, yang menjadi pembeli terbesar minyak dan gas dari Rusia, serta dinilai memiliki peran besar dalam mendukung ekonomi Rusia selama masa perang.
Pernyataan terbaru dari Gedung Putih ini menunjukkan meningkatnya ketegangan antara AS dan India, terutama dalam konteks kebijakan energi dan sikap terhadap konflik Ukraina.
Sementara itu, belum ada indikasi bahwa India akan mengubah kebijakan energinya dalam waktu dekat, meskipun tekanan dari Washington semakin meningkat.
dari pernyataan Stephen Miller mencerminkan kekhawatiran AS atas meningkatnya pengaruh Rusia di tengah konflik dan bagaimana negara-negara lain turut berperan dalam menopang kekuatan ekonomi Moskow.
India kini berada dalam sorotan diplomatik dunia. Pilihan yang diambilnya dalam perdagangan minyak dengan Rusia akan terus diawasi oleh komunitas internasional, terutama oleh sekutu-sekutu Barat yang menginginkan isolasi ekonomi terhadap Rusia.
Sikap tegas AS di bawah kepemimpinan Donald Trump juga menunjukkan bahwa isu energi menjadi bagian penting dalam strategi global Washington, khususnya dalam konteks konflik yang tengah terjadi di Eropa Timur.
India diharapkan untuk meninjau ulang kebijakannya dalam rangka menjaga hubungan baik dengan negara-negara mitra, serta mempertimbangkan dampak jangka panjang terhadap kestabilan kawasan.
Perlu adanya diplomasi lanjutan untuk menjembatani kepentingan ekonomi India dengan kebutuhan stabilitas geopolitik dunia, termasuk upaya menghentikan pembiayaan perang secara tidak langsung.
Langkah diplomatik antara AS dan India masih memungkinkan untuk memperkuat kerja sama strategis tanpa mengorbankan kepentingan energi kedua negara. Penyelesaian konflik Ukraina juga bisa terbantu dengan konsolidasi sikap negara-negara besar.
(*)



























