JAKARTA EKOIN.CO – Fokus pada stabilitas dan pertumbuhan ekonomi menjadi sorotan utama dalam konferensi pers APBN KiTa yang digelar di Kementerian Keuangan, Senin (22/9/2025). Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menegaskan, meskipun Dana Moneter Internasional (IMF) menaikkan proyeksi pertumbuhan Indonesia menjadi 4,8 persen, pemerintah yakin realisasi bisa lebih tinggi.
Gabung WA Channel EKOIN
Purbaya menyebut, faktor pendorong optimisme ini adalah kombinasi dari perbaikan perekonomian global, langkah moneter Amerika Serikat, dan daya tahan domestik. “IMF memang memberikan proyeksi 4,8 persen, tetapi kita akan lebih dari itu,” ujar Purbaya.
Optimisme Pemerintah terhadap Ekonomi Nasional
Menurut Purbaya, turunnya suku bunga acuan The Federal Reserve sebesar 25 basis poin menjadi 4,00–4,25 persen memberi ruang lebar bagi arus modal masuk ke negara berkembang, termasuk Indonesia. Kondisi ini diyakini akan memperkuat rupiah dan mendukung investasi.
Ia juga menekankan bahwa fundamental ekonomi Indonesia masih terjaga. Konsumsi masyarakat tetap tumbuh stabil, sementara investasi di sektor manufaktur dan infrastruktur terus mengalir. “Pemerintah akan terus menjaga momentum agar pertumbuhan ekonomi tetap inklusif,” ungkapnya.
Di sisi lain, defisit APBN tetap terkendali dengan rasio terhadap PDB yang diproyeksikan berada di bawah 3 persen. Hal ini memberi ruang fiskal yang cukup bagi pemerintah untuk membiayai program prioritas.
Tantangan Global dan Strategi Nasional
Meski demikian, Purbaya tidak menutup mata terhadap sejumlah risiko global. Ketidakpastian geopolitik, harga energi yang berfluktuasi, dan perlambatan di beberapa mitra dagang masih menjadi tantangan serius.
Namun, ia optimistis strategi diversifikasi pasar ekspor dan penguatan hilirisasi akan menjaga ketahanan ekonomi Indonesia. “Dengan transformasi struktural yang kita jalankan, ekonomi kita tidak mudah goyah,” katanya.
Selain itu, pemerintah juga memperkuat program perlindungan sosial untuk menjaga daya beli masyarakat berpenghasilan rendah. Langkah ini diyakini akan mendukung konsumsi domestik, yang selama ini menjadi tulang punggung pertumbuhan.
Kebijakan moneter yang lebih akomodatif juga diperkirakan akan mendukung sektor riil. Bank Indonesia disebut siap menyesuaikan instrumen suku bunga dan intervensi pasar demi menjaga stabilitas harga dan nilai tukar.
Dalam kesempatan itu, Purbaya mengajak semua pihak, termasuk dunia usaha, untuk terus berkolaborasi. Ia menilai keberhasilan pembangunan tidak bisa hanya mengandalkan pemerintah, melainkan perlu dukungan dari seluruh pemangku kepentingan.
Menurut data terbaru, inflasi nasional tetap terkendali pada kisaran 3 persen. Stabilitas harga pangan dan energi menjadi faktor kunci keberhasilan ini. “Dengan stabilitas seperti ini, ekonomi kita punya ruang lebih untuk tumbuh,” ujar Purbaya.
Pemerintah juga memproyeksikan peningkatan penerimaan negara dari sektor pajak, seiring membaiknya aktivitas dunia usaha. Reformasi perpajakan disebut akan terus dijalankan untuk memperluas basis pajak tanpa membebani masyarakat.
Sementara itu, belanja negara diarahkan untuk mendukung pembangunan berkelanjutan, terutama di bidang pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur hijau. Purbaya menegaskan, orientasi pembangunan tidak hanya pada pertumbuhan, tetapi juga keberlanjutan.
Program hilirisasi nikel dan mineral lain disebut akan memberi kontribusi signifikan pada devisa negara. Selain itu, peningkatan ekspor produk olahan diharapkan mengurangi ketergantungan pada komoditas mentah.
Investasi asing langsung (FDI) juga menunjukkan tren positif. Pemerintah menyebut, kebijakan kemudahan berusaha dan insentif pajak mendorong investor global masuk ke sektor energi terbarukan dan industri manufaktur.
Pada akhir paparannya, Purbaya kembali menekankan pentingnya menjaga optimisme. “Kita harus percaya pada kekuatan kita sendiri. Dengan kerja keras bersama, ekonomi Indonesia bisa tumbuh lebih tinggi dari perkiraan IMF,” pungkasnya.
dari konferensi ini menunjukkan arah kebijakan fiskal yang jelas: penguatan daya saing, perlindungan sosial, dan pengelolaan risiko global. Pemerintah menegaskan akan konsisten menjaga stabilitas sekaligus mendorong pertumbuhan yang berkelanjutan.
Ke depan, keberhasilan Indonesia dalam melampaui proyeksi IMF akan sangat ditentukan oleh efektivitas implementasi kebijakan dan kemampuan menjaga stabilitas makro. Dengan landasan yang ada, peluang untuk mencapai target lebih tinggi tetap terbuka.
dari pemerintah kepada dunia usaha adalah untuk terus memanfaatkan momentum stabilitas dan pertumbuhan ekonomi dengan meningkatkan produktivitas. Dengan kolaborasi yang erat, Indonesia diyakini bisa mengoptimalkan setiap peluang yang ada.
Harapan besar juga dititipkan pada sektor UMKM, yang selama ini menjadi tulang punggung ekonomi rakyat. Dukungan pembiayaan, digitalisasi, dan peningkatan kapasitas akan terus diperkuat agar UMKM naik kelas.
Akhirnya, momentum pertumbuhan ekonomi ini perlu dijaga dengan disiplin fiskal dan koordinasi lintas sektor. Jika langkah-langkah tersebut berjalan konsisten, Indonesia berpotensi melebihi ekspektasi internasional. (*)
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v