Ternate, EKOIN.CO – Gunung Ibu di Kabupaten Halmahera Barat, Maluku Utara kembali alami erupsi pada Rabu malam pukul 20.09 WIT. Kolom abu teramati capai ketinggian sekitar 400 meter dari puncak, disertai aktivitas seismik yang intens dan terekam pada instrumen pengamatan vulkanologi. Erupsi kali ini nunjukkan bahwa gunung api tersebut masih aktif dan masyarakat harus tetap waspada terhadap potensi dampak abu vulkanik.
Pada laporan resmi Pos Pengamatan Gunung Api (PGA) Ibu, petugas Saum menyampaikan, “Iya erupsi barusan sekitar pukul 20:09 WIT dengan ketinggian kolom abu teramati setinggi hingga 400 meter.” Abu tersebut berwarna putih hingga kelabu dan terkonsentrasi condong ke arah timur laut, sesuai visibilitas kondisi cuaca setempat.
Menurut rekaman seismogram, erupsi ini memiliki amplitudo maksimum 28 mm dengan durasi sekitar 33 detik. PVMBG menyebut bahwa letusan semacam ini menunjukkan peningkatan aktivitas vulkanik di Gunung Ibu dalam beberapa waktu terakhir.
Gunung Ibu selama beberapa bulan terakhir sudah mencatat erupsi secara terus-menerus dengan kolom abu yang naik antara 300–700 meter dari puncak. Dalam catatan PVMBG, status gunung tersebut berada pada Level II (Waspada). Pada level ini, masyarakat dan aktivitas di sekitar kawasan rawan diimbau untuk tetap perhatikan perkembangan data dan arahan mitigasi.
Seiring meningkatnya aktivitas, potensi hujan abu menjadi perhatian serius. Abu vulkanik yang jatuh di permukaan dapat mengganggu saluran pernapasan, merusak tanaman, maupun menyebabkan gangguan transportasi udara dan darat. Pemerintah daerah dan lembaga terkait biasanya mengimbau warga menggunakan masker dan menghindari lokasi terbuka apabila hujan abu terjadi.
Meski tidak ada laporan kerusakan atau korban dari erupsi malam ini, masyarakat di sekitar kawasan rawan erupsi harus meningkatkan kewaspadaan. Pemantauan dari PVMBG terus dilakukan, terutama terhadap perubahan perilaku gempa vulkanik, deformasi tanah, dan keluaran gas. Bila terjadi peningkatan signifikan, status erupsi bisa dinaikkan.
Selain itu, jalur akses menuju gunung dan aktivitas wisata alam sebaiknya dihentikan sementara saat kondisi belum dipastikan aman. Pemerintah daerah di sekitarnya perlu menyiagakan pos kesehatan, masker, dan penyuluhan secara cepat bila terjadi hujan abu lebat.
Dalam jangka panjang, erupsi Gunung Ibu menjadi bahan penting bagi masyarakat, pelajar, dan peneliti untuk mahami dinamika vulkanik dan mewaspadai dampak lingkungan. Data historis letusan Ibu juga menunjukkan kecenderungan yang bisa dipelajari sebagai model mitigasi bencana vulkanik di Indonesia, terutama di zona Cincin Api Pasifik.
Dengan kondisi ini, masyarakat sekitar diminta aktif ikuti informasi resmi dari PVMBG, BNPB, dan pemerintah daerah setempat. Jangan ambil risiko dengan mendekat ke kawah atau area yang berpotensi terkena lontaran material vulkanik. Keselamatan dan kesiapsiagaan harus jadi prioritas.(*)
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v