Jakarta, Ekoin.co – Aksi demonstrasi kembali terjadi di depan gedung DPR pada Senin, 25 Agustus 2025. Ribuan massa dari berbagai kalangan berkumpul sejak pagi hingga malam hari untuk menyuarakan protes terkait isu gaji anggota DPR yang disebut mencapai Rp3 juta per hari dan aksi untuk bubarkan DPR. Situasi yang awalnya berlangsung kondusif berakhir ricuh ketika aparat kepolisian memukul mundur massa dengan gas air mata pada sore hari hingga malam hari.
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v
Massa mulai berdatangan sekitar pukul 09.30 WIB dengan membawa spanduk dan poster tuntutan. Mereka berkumpul di depan gerbang utama DPR sambil berorasi menyampaikan aspirasi. Jumlah massa semakin bertambah menjelang siang hingga sore, membuat kawasan Senayan dipadati demonstran.
Menjelang malam, situasi semakin tegang. Pada pukul 20.30 WIB, aparat kepolisian mulai melakukan tindakan tegas dengan menghalau kerumunan yang masih bertahan. Gas air mata ditembakkan ke arah massa yang menolak membubarkan diri. Banyak demonstran terpaksa mundur karena sesak napas dan mata perih akibat paparan gas.
Massa yang terpukul mundur bergerak menuju persimpangan KS Tubun. Di lokasi tersebut, ratusan orang kembali berkumpul dan memilih bertahan di area lampu lalu lintas. Sebagian pendemo baru datang ke titik itu untuk bergabung dengan kelompok yang sebelumnya dipukul mundur.
Bentrok antara Massa dan Aparat
Ketegangan semakin meningkat sekitar pukul 21.50 WIB. Aparat kembali menembakkan gas air mata ke arah kerumunan di KS Tubun. Massa berusaha melawan dengan melemparkan kembali tabung gas yang sudah ditembakkan ke arah barisan polisi. Suasana kian panas dengan aksi saling dorong dan lemparan.
Untuk bertahan, para pendemo menggunakan pagar pembatas proyek jalanan sebagai pelindung. Sementara itu, aparat kepolisian terus berusaha membubarkan massa dengan menambah jumlah tembakan gas air mata ke arah kerumunan.
Pada pukul 22.00 WIB, kondisi di Jalan KS Tubun tepatnya di depan Mie Gacoan semakin sulit dikendalikan. Massa mengalami kelelahan akibat rentetan gas air mata yang membuat pernapasan terganggu dan mata perih.
Bantuan Warga Sekitar
Di tengah situasi itu, beberapa karyawan Mie Gacoan membantu para demonstran. Mereka memberikan air untuk mencuci muka dan diminum agar kondisi massa sedikit membaik. Tindakan ini membuat sebagian pendemo merasa lebih tenang walau ketegangan masih terjadi.
Saksi mata di lokasi menyebutkan bahwa banyak massa meminta pertolongan karena tidak kuat menahan efek gas air mata. “Banyak yang minta air, jadi kami kasih untuk membantu,” ujar salah satu karyawan di sekitar lokasi kejadian.
Meski demikian, aparat tetap melakukan penjagaan ketat di area persimpangan KS Tubun. Massa yang bertahan mulai berkurang setelah terus-menerus terkena paparan gas air mata.
Situasi ricuh ini bermula dari penolakan massa atas besaran gaji DPR yang dianggap tidak sesuai dengan kondisi masyarakat. Tuntutan disuarakan dengan lantang sejak pagi hari, namun semakin larut malam, aksi berubah menjadi bentrokan.

Hingga pukul 22.30 WIB, sebagian besar massa sudah meninggalkan lokasi. Hanya tersisa kelompok kecil yang tetap bertahan walau dalam kondisi kelelahan. Aparat masih berjaga untuk mengantisipasi adanya gelombang massa tambahan.
Kawasan sekitar DPR hingga KS Tubun dilaporkan penuh dengan sisa-sisa tabung gas air mata. Bau menyengat masih terasa hingga beberapa jam setelah bentrokan terjadi. Petugas kebersihan mulai melakukan pembersihan area untuk memulihkan kondisi jalan.
BACA JUGA : Massa Demonstrasi 25 Agustus Tergeletak di Depan Gedung DPR RI, Alami Luka Kepala Bocor
Jalur lalu lintas di sekitar KS Tubun sempat terhenti total karena adanya konsentrasi massa. Setelah situasi mereda, kendaraan kembali bisa melintas meski dengan pengaturan ketat dari petugas kepolisian.
Masyarakat sekitar berharap agar situasi segera kondusif. Beberapa warga mengaku khawatir jika aksi lanjutan kembali terjadi di hari-hari berikutnya. “Semoga tidak terulang lagi, karena sangat mengganggu aktivitas warga,” ujar seorang penduduk yang tinggal di kawasan tersebut.
Hingga berita ini diturunkan, belum ada keterangan resmi dari pihak DPR terkait tuntutan massa.



























