New York, EKOIN.CO- Insiden mikrofon mati mewarnai Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (SMU PBB) di New York, Amerika Serikat, Senin (23/9/2025) waktu setempat. Presiden Prabowo Subianto mengalami kejadian itu saat menyampaikan pandangan tentang Palestina. Namun, ternyata insiden tersebut bukan karena gangguan teknis, melainkan aturan ketat PBB terkait batas waktu berbicara. Kasus serupa juga dialami Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan. Ikuti berita terbaru EKOIN.CO di WA Channel.
Mikrofon Mati Saat Bahas Palestina
Prabowo mendapat giliran berpidato dalam sesi utama sidang yang dihadiri puluhan kepala negara dan pemerintahan. Dalam kesempatan itu, ia menegaskan kembali komitmen Indonesia terhadap perjuangan rakyat Palestina dan mendorong penerapan solusi dua negara sebagai jalan damai.
Namun, ketika memasuki menit-menit akhir pidatonya, mikrofon yang digunakan tiba-tiba terputus. Situasi itu sempat membuat ruangan hening beberapa detik sebelum akhirnya moderator sidang memberikan isyarat bahwa waktu Prabowo telah habis sesuai ketentuan forum internasional.
Sejumlah diplomat yang hadir memastikan bahwa insiden tersebut bukan kesalahan teknis. “Aturan waktu di PBB memang sangat ketat. Ketika batas durasi tercapai, mikrofon otomatis dimatikan,” ujar seorang pejabat dari Sekretariat PBB yang enggan disebutkan namanya.
Peristiwa serupa ternyata juga dialami Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan. Saat ia membahas krisis di Timur Tengah, mikrofonnya pun otomatis terputus. Hal ini menegaskan bahwa insiden tersebut adalah mekanisme baku, bukan diskriminasi terhadap negara tertentu.
Aturan Ketat Sidang Umum PBB
Dalam setiap Sidang Umum, PBB menetapkan durasi maksimal berbicara, biasanya berkisar antara 10 hingga 15 menit per kepala negara. Hal itu dimaksudkan agar seluruh perwakilan negara yang hadir mendapat kesempatan yang sama untuk menyampaikan pandangannya.
Menurut catatan resmi, sistem mikrofon otomatis memang diprogram untuk berhenti ketika waktu sudah melewati batas. Hal ini dilakukan demi menjaga ketertiban jalannya sidang yang diikuti lebih dari 190 negara anggota.
Seorang diplomat senior Indonesia menjelaskan bahwa delegasi telah mengetahui aturan ini sejak awal. “Kami sudah diingatkan mengenai ketentuan waktu. Jadi ketika mikrofon mati, itu adalah bagian dari prosedur, bukan insiden teknis,” ungkapnya.
Meski demikian, pidato Prabowo tetap mendapat sambutan hangat. Beberapa delegasi memberikan tepuk tangan usai ia menekankan pentingnya keadilan bagi rakyat Palestina serta menyerukan penghentian kekerasan di Gaza.
Kejadian ini pun menjadi sorotan media internasional karena melibatkan dua pemimpin dunia yang vokal terkait isu Palestina dan Timur Tengah. Banyak yang menilai bahwa meski dipotong, substansi pidato keduanya tetap sampai ke forum global.
Sementara itu, Erdogan dikenal sebagai salah satu pemimpin yang konsisten mengkritik kebijakan Israel di Gaza. Sama seperti Prabowo, pidatonya dihentikan saat melewati durasi yang ditetapkan.
Prabowo sendiri dalam keterangan pers usai sidang menanggapi santai kejadian ini. Ia menyebut aturan PBB harus dihormati sebagai bagian dari tertib forum internasional. “Kita harus mengikuti mekanisme yang berlaku. Yang penting pesan kita tersampaikan,” ujar Prabowo.
Pengamat hubungan internasional menilai, meski mikrofon terputus, poin penting tentang Palestina sudah terucap. “Dampaknya justru lebih besar karena media menyorot peristiwa itu. Publik menjadi lebih fokus pada isu yang dibawa Prabowo,” kata seorang analis dari Jakarta.
Media Turki juga menyoroti kejadian serupa yang dialami Erdogan. Hal ini disebut semakin memperkuat solidaritas antarnegara yang konsisten membela Palestina di forum internasional.
Sementara itu, Sekretariat PBB menyatakan bahwa aturan ini sudah lama berlaku dan diterapkan tanpa pengecualian. “Semua pemimpin dunia harus mematuhi waktu yang diberikan,” jelas seorang juru bicara.
Di sisi lain, publik di Indonesia menyambut positif pidato Prabowo. Banyak yang mengapresiasi keberanian Presiden RI itu menyuarakan dukungan terhadap Palestina di panggung dunia, meski harus diakhiri dengan pemutusan mikrofon.
Para pengamat juga menilai bahwa momentum ini akan memperkuat posisi diplomasi Indonesia di kancah global, terutama dalam isu-isu kemanusiaan dan perdamaian internasional.
Dengan demikian, insiden mikrofon mati di PBB tidak dipandang sebagai kegagalan, melainkan sebagai bagian dari aturan sidang yang sudah ditetapkan. Baik Prabowo maupun Erdogan menunjukkan sikap dewasa dengan menghormati prosedur internasional.
Fenomena ini sekaligus memperlihatkan betapa ketatnya tata tertib forum dunia, serta bagaimana setiap negara tetap memiliki ruang untuk menyuarakan kepentingannya, meskipun dengan batasan yang sama rata.
Insiden mikrofon mati yang dialami Prabowo dan Erdogan menegaskan ketatnya aturan sidang PBB. Tidak ada diskriminasi, melainkan mekanisme resmi yang berlaku bagi semua negara.
Kejadian ini menunjukkan bahwa pesan penting tentang Palestina tetap tersampaikan, meski pidato harus dipotong sesuai aturan.
Media internasional menjadikan insiden ini sorotan, sehingga isu Palestina semakin mendapat perhatian publik global.
Prabowo dan Erdogan sama-sama menanggapi peristiwa itu dengan tenang, menunjukkan sikap menghormati mekanisme internasional.
Momentum ini dapat memperkuat diplomasi Indonesia dan memperluas dukungan global terhadap perjuangan Palestina. (*)
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v