Jakarta,EKOIN.CO- Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) menghasilkan keputusan penting dengan merombak susunan direksi dan komisaris perusahaan energi tersebut. Pergantian ini mencakup posisi strategis yang kini banyak diisi oleh figur berlatar belakang politik dan pemerintahan. Ikuti berita lainnya di WA Channel EKOIN.
Perubahan besar direksi PGN
Dalam keputusan RUPSLB, Arief Setiawan Handoko resmi dicopot dari jabatannya sebagai Direktur Utama PGN. Posisinya kini digantikan oleh Arief Kurnia Risdianto, yang sebelumnya menjabat sebagai Direktur Manajemen Risiko di perusahaan yang sama.
Selain itu, posisi Direktur Keuangan juga berganti tangan. Jabatan tersebut kini diemban oleh Catur Dermawan, mantan Direktur Finance & Business Support PT Pertamina Lubricants. Pergantian ini dianggap sebagai langkah strategis dalam memperkuat pengelolaan keuangan perusahaan.
Tidak berhenti di situ, kursi Direktur Strategi dan Pengembangan Bisnis diisi oleh Mirza Mahendra. Mirza yang juga menjabat sebagai Plt Direktur Pembinaan Usaha Hilir Migas di Kementerian ESDM, sebelumnya pernah mengemban tugas sebagai Direktur Pembinaan Program Minyak dan Gas Bumi pada tahun 2023 dan 2024.
Dengan masuknya sosok-sosok ini, pengelolaan energi di tubuh PGN diproyeksikan semakin erat dengan kebijakan pemerintah dan dinamika politik nasional.
Politikus dan pejabat masuk komisaris PGN
Di jajaran komisaris, perubahan signifikan juga terjadi. Tony Setia Boedi Hoesodo diangkat menjadi Komisaris Independen menggantikan Amien Sunaryadi. Tony, purnawirawan TNI, belum lama ini menerima anugerah jenderal kehormatan bintang tiga dari Presiden Prabowo Subianto.
Selain Tony, nama Edward Omar Sharif Hiariej atau yang dikenal sebagai Eddy Hiariej, Wakil Menteri Hukum dan HAM, juga turut menduduki kursi komisaris. Kehadirannya menambah daftar pejabat publik yang terlibat dalam kepengurusan perusahaan energi ini.
Posisi komisaris lainnya juga diisi oleh sejumlah tokoh politik. Politikus Partai Golkar Rambe Kamarulzaman mendapat kursi komisaris, begitu pula Thanon Aria Dewangga yang kini menjabat Deputi Bidang Administrasi Sekretariat Kabinet.
Tidak ketinggalan, posisi komisaris independen ditempati oleh eks Ketua DPD Partai Gerindra Sulawesi Utara, Conny Lolyta Rumondor, serta politikus Partai Gerindra, Widjojono Hardjanto.
Dengan masuknya figur-figur dari latar belakang politik dan pemerintahan, arah kebijakan perusahaan diperkirakan akan sangat dipengaruhi oleh dinamika politik nasional.
Perubahan ini menegaskan tren bahwa sektor energi, khususnya gas, masih menjadi magnet bagi berbagai kalangan untuk terlibat dalam pengelolaan strategisnya.
Pergantian jajaran direksi dan komisaris PGN mencerminkan eratnya hubungan antara sektor energi dengan politik nasional. Figur yang masuk bukan hanya dari kalangan profesional, tetapi juga pejabat pemerintah dan politikus.
Keterlibatan tokoh politik dan birokrat senior berpotensi memberi warna baru dalam pengambilan kebijakan perusahaan energi negara.
Kehadiran nama-nama besar seperti purnawirawan TNI, Wamenkumham, hingga politikus Golkar dan Gerindra memperlihatkan kuatnya kepentingan lintas sektor dalam tubuh PGN.
Dengan dinamika ini, publik menaruh perhatian pada arah kebijakan PGN ke depan, apakah lebih fokus pada kepentingan bisnis atau justru mengikuti ritme politik.
Masyarakat berharap perombakan ini membawa dampak positif bagi transparansi, efisiensi, dan keberlanjutan sektor energi Indonesia. (*)
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v



























