Jakarta EKOIN.CO – Sebuah penelitian terbaru menemukan bahwa daun insulin (Costus igneus) memiliki potensi kuat dalam membantu penyembuhan diabetes secara alami. Studi ini dilakukan oleh para peneliti dari Universitas Airlangga Surabaya dan telah dipublikasikan di jurnal ilmiah internasional pada Juli 2025.
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v
Penelitian tersebut menunjukkan bahwa ekstrak daun insulin mampu menurunkan kadar gula darah secara signifikan pada tikus percobaan yang telah diinduksi diabetes. Efek penurunan gula darah terlihat konsisten selama masa observasi 21 hari. Selain itu, daun ini juga meningkatkan sensitivitas insulin dan memperbaiki kerusakan pankreas.
Menurut Prof. Dr. Muhammad Hadi, peneliti utama dari Fakultas Farmasi Universitas Airlangga, daun insulin mengandung senyawa aktif seperti flavonoid, saponin, dan alkaloid yang berperan dalam menstabilkan kadar gula darah. “Kami melihat potensi besar dari tanaman ini sebagai terapi pendukung diabetes,” ujarnya seperti dikutip dari laman resmi Unair.ac.id.
Daun insulin dan potensi pengobatan alami
Studi tersebut juga mengungkap bahwa konsumsi ekstrak daun insulin dalam dosis yang tepat tidak menimbulkan efek samping berbahaya. Pengujian toksikologi menunjukkan bahwa tanaman ini aman untuk dikonsumsi dalam jangka waktu panjang, khususnya sebagai suplemen herbal bagi penderita diabetes tipe 2.
Penggunaan daun insulin sebagai obat herbal sudah lama dikenal di India dan beberapa negara Asia Tenggara. Di Indonesia, tanaman ini mulai banyak dibudidayakan secara rumahan karena manfaat kesehatannya yang semakin dikenal luas.
Tim peneliti menggunakan metode ekstraksi etanol untuk memperoleh senyawa aktif dari daun insulin. Hasil analisis menunjukkan bahwa kandungan antioksidan dalam daun tersebut mampu mengurangi stres oksidatif yang sering dikaitkan dengan komplikasi diabetes.
Menurut data WHO, diabetes menjadi salah satu penyakit kronis dengan jumlah penderita terbanyak di dunia. Oleh karena itu, penemuan tanaman herbal yang efektif dan aman sangat penting dalam mendukung pengobatan jangka panjang.
Kementerian Kesehatan Indonesia menyambut baik hasil penelitian ini. Dalam pernyataan tertulis, Kemenkes menyebutkan bahwa pihaknya akan melakukan kajian lebih lanjut untuk mengevaluasi kemungkinan pengembangan daun insulin sebagai fitofarmaka resmi.
Tahapan uji klinis dan pengembangan lanjutan
Setelah keberhasilan pengujian pada hewan, langkah berikutnya adalah uji klinis pada manusia. Prof. Hadi menjelaskan bahwa proses tersebut akan melibatkan beberapa rumah sakit pendidikan di Surabaya dan Jakarta, dengan fokus pada pasien diabetes tipe 2.
Ia menambahkan, uji klinis diharapkan dimulai pada akhir 2025 dan akan berlangsung selama enam bulan. “Jika hasilnya positif, kami akan mendorong sertifikasi dari BPOM untuk penggunaan komersial,” ujar Prof. Hadi.
Selain itu, Universitas Airlangga juga tengah menjajaki kerja sama dengan industri farmasi nasional untuk memproduksi ekstrak daun insulin dalam bentuk kapsul atau teh herbal. Produk tersebut ditargetkan tersedia di pasaran dalam dua tahun ke depan.
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kemenkes, dr. Siti Nurlaila, menekankan pentingnya uji keamanan dan efektivitas secara menyeluruh sebelum produk ini bisa digunakan masyarakat luas. Ia menyatakan bahwa pihaknya akan mendukung riset lanjutan demi memastikan kualitas dan kemurnian produk.
Beberapa ahli gizi juga menilai bahwa daun insulin bisa menjadi bagian dari pengelolaan diabetes yang lebih holistik. Menurut dr. Budi Santosa, spesialis penyakit dalam, penggunaan herbal bisa menjadi tambahan, tetapi tetap harus diiringi pola hidup sehat dan pengawasan medis.
Meski menjanjikan, Prof. Hadi mengingatkan masyarakat untuk tidak mengonsumsi daun insulin tanpa dosis dan panduan yang tepat. Ia menyarankan agar masyarakat menunggu hasil uji klinis dan produk resmi sebelum menjadikannya pengobatan rutin.
Penelitian ini mendapatkan pendanaan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui program penelitian strategis nasional. Hasil lengkap riset telah dipublikasikan di Journal of Natural Remedies edisi Juli 2025.
Ketersediaan daun insulin di Indonesia dinilai cukup melimpah, khususnya di daerah tropis. Petani lokal di Jawa Timur menyatakan kesiapannya untuk membudidayakan tanaman ini secara massal jika permintaan meningkat.
Sebagai langkah awal, Unair berencana membagikan bibit daun insulin kepada masyarakat di Surabaya sebagai bagian dari program pengabdian masyarakat. Program ini diharapkan mendorong kesadaran akan pengobatan alami dan kemandirian kesehatan.
Temuan ini menjadi bagian dari tren global peningkatan minat terhadap pengobatan herbal. Di tengah mahalnya biaya pengobatan diabetes, solusi alami yang efektif sangat dinanti masyarakat.
Hasil penelitian ini menambah daftar panjang potensi tanaman obat asli Asia Tenggara. Selain daun insulin, beberapa tanaman seperti sambiloto dan brotowali juga tengah diteliti lebih lanjut.
Di masa depan, kolaborasi antara peneliti, pemerintah, dan industri farmasi diharapkan bisa menghasilkan produk herbal berkualitas tinggi yang dapat diakses luas oleh masyarakat Indonesia.
penelitian tentang daun insulin menunjukkan arah positif dalam pengembangan pengobatan alternatif diabetes. Jika proses uji klinis berjalan lancar, masyarakat akan memiliki opsi tambahan yang lebih alami dan ekonomis.
Pengembangan pengobatan herbal perlu didukung oleh regulasi yang kuat dan edukasi masyarakat agar tidak terjadi penyalahgunaan. Daun insulin tidak bisa menggantikan pengobatan medis utama, namun dapat menjadi pelengkap yang bermanfaat.
Masyarakat sebaiknya menunggu hasil akhir dari uji klinis dan izin edar resmi sebelum menggunakan daun insulin secara rutin. Konsultasi dengan tenaga kesehatan tetap penting dalam pengelolaan penyakit kronis.
Pemerintah didorong untuk mendukung riset herbal lebih luas agar kekayaan alam Indonesia bisa dimanfaatkan secara optimal bagi kesehatan masyarakat.
Upaya peningkatan produksi dan distribusi tanaman obat lokal juga perlu dilakukan agar hasil riset dapat dirasakan manfaatnya secara nyata oleh masyarakat luas. (*)



























