Yogyakarta EKOIN.CO – Kementerian Pekerjaan Umum (PU) terus memperkuat konektivitas nasional melalui pembangunan Jembatan Pandansimo di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Proyek ini menjadi salah satu prioritas nasional untuk membuka akses dan mendorong pertumbuhan ekonomi kawasan selatan Jawa. Dengan target operasional pada September 2025, jembatan ini diharapkan menjadi jalur vital penghubung wilayah pesisir selatan DIY.
Menteri PU Dody Hanggodo menegaskan, pembangunan Jembatan Pandansimo merupakan langkah strategis dalam mempercepat distribusi logistik dan mempersingkat waktu tempuh antarwilayah. “Dengan selesainya Jembatan Pandansimo, waktu tempuh antar wilayah akan jauh berkurang, biaya operasional kendaraan lebih efisien, dan akses menuju pusat produksi pertanian, perikanan, serta destinasi wisata akan semakin terbuka lebar,” ujarnya.
Pembangunan Jembatan Pandansimo menghubungkan Ruas Jalan Congot–Ngremang di Kabupaten Kulon Progo dengan Pandansimo–Samas di Kabupaten Bantul. Infrastruktur ini menjadi bagian dari program prioritas Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS) DIY sepanjang ±110 km yang dirancang untuk mengurangi kesenjangan pembangunan antara wilayah pesisir pantai utara dan selatan Jawa.
Kepala Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) Jawa Tengah – DIY Moch. Iqbal Tamher menjelaskan, jembatan ini memiliki panjang total penanganan 2.300 meter dengan lebar rata-rata 24 meter. Proyek ini mencakup oprit, slab on pile, dan jembatan utama. Nilai kontrak mencapai Rp863,7 miliar yang dibiayai APBN, dengan masa pelaksanaan 579 hari kalender.
Berdasarkan studi kelayakan 2017, pengoperasian JJLS di DIY diprediksi mampu mengurangi biaya operasional kendaraan sebesar 13,11% atau setara Rp1,4 triliun per tahun. Selain itu, waktu tempuh perjalanan dapat berkurang hingga 20 menit, meningkatkan efisiensi transportasi bagi masyarakat dan pelaku usaha.
Dampak Ekonomi dan Pertanian
JJLS dan Jembatan Pandansimo juga diharapkan dapat menaikkan nilai produksi berbagai komoditi wilayah sekitar sebesar 18,6% atau sekitar Rp7,7 miliar per tahun. Infrastruktur ini akan membuka akses menuju lahan pertanian seluas 2.164,10 hektare di Kecamatan Galur, mendukung produksi 9.143,2 kuintal sayur dan buah setiap tahun.
Selain sektor pertanian, sektor perikanan di Kecamatan Srandakan diperkirakan meningkat produksinya hingga 13,3 ton per tahun. Akses transportasi yang lebih baik akan mempermudah distribusi hasil panen dan tangkapan ikan ke pasar-pasar besar di Yogyakarta dan wilayah sekitarnya.
Pembangunan ini tidak hanya berfokus pada transportasi dan ekonomi, tetapi juga memperkuat ketahanan wilayah terhadap potensi bencana. Dengan desain konstruksi tangguh, jembatan akan menjadi jalur evakuasi penting ketika terjadi bencana di wilayah selatan DIY.
Teknologi dan Kearifan Lokal
Moch. Iqbal menjelaskan, jembatan ini memanfaatkan teknologi konstruksi modern seperti Corrugated Steel Plate (CSP) yang ringan dan kuat, Lead Rubber Bearing (LRB) sebagai peredam gempa, dan Mechanically Stabilized Earth Wall (MSE Wall) untuk efisiensi lahan. Selain itu, penggunaan mortar busa membantu mengurangi beban struktur tanpa mengurangi kekuatan.
Dari sisi desain, Jembatan Pandansimo mengadopsi elemen budaya lokal seperti motif batik nitik dan bentuk gunungan pada gapura serta lampu jalan. Elemen ini tidak hanya memperindah tampilan jembatan, tetapi juga memperkuat identitas budaya kawasan.
Iqbal menambahkan, proyek ini saat ini masih dalam tahap Audit Keselamatan Jalan. Audit tersebut memastikan seluruh elemen jembatan dan jalan penghubungnya memenuhi standar keamanan, kenyamanan, dan kelancaran lalu lintas.
Pihak Kementerian PU berharap, setelah audit selesai, jembatan dapat digunakan masyarakat dengan aman. Selain itu, pengoperasian jembatan ini juga diharapkan dapat mengurangi kepadatan lalu lintas di jalur-jalur alternatif yang saat ini sering menjadi titik kemacetan.
“Jembatan Pandansimo bukan hanya sekadar infrastruktur penghubung, tetapi juga simbol pemerataan pembangunan, terutama bagi masyarakat selatan DIY. Melalui Jembatan Pandansimo, Kementerian PU menghadirkan infrastruktur yang memacu pertumbuhan ekonomi sekaligus melestarikan kearifan lokal,” kata Menteri Dody.
Dengan target penyelesaian pada September 2025, seluruh pihak terkait terus bekerja agar proyek ini selesai tepat waktu. Pembangunan diharapkan berjalan sesuai spesifikasi teknis dan mampu memberikan manfaat jangka panjang.
Pemerintah juga menekankan pentingnya partisipasi masyarakat dalam mendukung kelancaran pembangunan. Warga diminta menjaga lingkungan sekitar area konstruksi dan mengikuti arahan pengaturan lalu lintas yang diberlakukan sementara.
Kementerian PU memastikan transparansi dalam proses pembangunan. Informasi perkembangan proyek akan terus disampaikan melalui kanal resmi kementerian untuk menjaga keterbukaan kepada publik.
Selain itu, pihak BBPJN berkomitmen melakukan pengawasan ketat terhadap penggunaan anggaran dan kualitas pekerjaan. Pengawasan ini dilakukan bersama pihak independen guna memastikan proyek berjalan sesuai rencana.
Dalam jangka panjang, keberadaan Jembatan Pandansimo diperkirakan akan meningkatkan daya tarik investasi di wilayah selatan DIY. Potensi ini mencakup sektor pariwisata, logistik, industri kecil, hingga pengolahan hasil pertanian dan perikanan.
Dengan infrastruktur yang memadai, kawasan selatan Yogyakarta diyakini dapat bersaing secara ekonomi dengan wilayah lainnya di Pulau Jawa. Hal ini diharapkan menjadi langkah maju dalam pemerataan pembangunan di Indonesia.
Sebagai penutup, pembangunan Jembatan Pandansimo mencerminkan komitmen pemerintah dalam menghubungkan wilayah, mempercepat arus barang dan jasa, serta membuka peluang ekonomi baru. Infrastruktur ini diharapkan menjadi penggerak kemajuan dan kesejahteraan masyarakat.
Pada akhirnya, proyek ini bukan hanya soal jembatan fisik, tetapi juga tentang menghubungkan masa kini dengan masa depan. Dengan pendekatan yang berkelanjutan, manfaatnya akan dirasakan lintas generasi.
Keberhasilan pembangunan Jembatan Pandansimo akan menjadi bukti nyata bahwa kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat mampu menghasilkan infrastruktur berkualitas yang berpihak pada kepentingan rakyat. Diharapkan, semangat ini terus terjaga dalam setiap proyek pembangunan nasional di masa mendatang.
Jika semua tahapan berjalan lancar, September 2025 akan menjadi awal baru bagi kawasan selatan DIY dengan hadirnya infrastruktur yang kokoh, aman, dan beridentitas lokal. Manfaatnya akan menjadi pondasi bagi pertumbuhan wilayah yang lebih inklusif.
Dengan adanya konektivitas yang lebih baik, wilayah selatan Yogyakarta akan semakin terbuka bagi peluang ekonomi, pariwisata, dan perdagangan. Masyarakat dapat memanfaatkan momentum ini untuk mengembangkan potensi lokal yang dimiliki.( * )
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v



























