JAKARTA, EKOIN.CO – Cukai minuman berpemanis dinilai berpotensi menyumbang penerimaan negara hingga Rp3,9 triliun per tahun. Temuan ini diungkap Center of Economic and Law Studies (CELIOS) yang mendorong pemerintah segera mengimplementasikan kebijakan tersebut, tak hanya untuk memperkuat pendapatan fiskal, tetapi juga untuk menekan konsumsi gula berlebihan di masyarakat.
(Baca Juga : Cukai Minuman Berpemanis dan Kesehatan)
Peneliti Ekonomi CELIOS, Jaya Darmawan, mengatakan konsumsi minuman berpemanis di Indonesia mengalami tren peningkatan setiap tahun, sejalan dengan melonjaknya kasus obesitas dan diabetes. Menurutnya, penerapan cukai ini dapat menjadi instrumen ganda bagi negara.
“Cukai ini sifatnya berbeda dengan pajak biasa karena sekaligus mendorong perubahan perilaku konsumen agar lebih sehat,” ujar Jaya Darmawan.
Potensi Penerimaan Cukai Minuman Berpemanis
Data Kementerian Kesehatan mencatat, konsumsi gula dari minuman kemasan di Indonesia telah mencapai sekitar 780 juta liter per tahun. Dengan pengenaan tarif cukai yang tepat, CELIOS memperkirakan potensi penerimaan negara mencapai Rp3,9 triliun per tahun.
(Baca Juga : Potensi Cukai Minuman Berpemanis)
Jaya menjelaskan, kebijakan ini harus didukung ketentuan teknis yang jelas, terutama mekanisme penghitungan kadar gula yang akan menjadi objek cukai. Hal ini untuk memastikan kebijakan berjalan efektif, adil, dan tidak tumpang tindih dengan regulasi yang sudah ada.
Selain itu, CELIOS menilai pemerintah perlu merancang regulasi yang tidak hanya mengejar target penerimaan, tetapi juga mengedepankan aspek kesehatan publik. Pengenaan cukai diharapkan dapat menurunkan konsumsi gula, sehingga risiko penyakit kronis bisa ditekan.
Keseimbangan Tujuan Fiskal dan Kesehatan
Menurut Jaya, penerapan cukai minuman berpemanis membutuhkan keseimbangan antara kepentingan fiskal negara dan upaya menyehatkan masyarakat. Tanpa regulasi yang tepat, kebijakan ini berpotensi tidak efektif.
(Baca Juga : Kebijakan Cukai dan Fiskal)
CELIOS menegaskan, cukai minuman berpemanis bisa menjadi salah satu strategi fiskal penting untuk memperluas basis penerimaan negara di tengah tekanan ekonomi global.
Jaya juga menyoroti perlunya edukasi publik mengenai bahaya konsumsi gula berlebihan. Langkah ini dinilai akan mendukung efektivitas kebijakan, sehingga masyarakat memahami tujuan pengenaan cukai bukan semata untuk menambah beban biaya.
Dalam pandangan CELIOS, kombinasi regulasi cukai yang tepat dan kampanye edukasi kesehatan akan menghasilkan dampak ganda: pendapatan negara bertambah dan kualitas kesehatan publik meningkat.
(Baca Juga : Edukasi Cukai Minuman)
Selain itu, pemerintah diharapkan melakukan koordinasi lintas kementerian agar kebijakan ini terintegrasi, mulai dari penetapan tarif, pengawasan, hingga pemanfaatan dana yang terkumpul.
Dengan demikian, penerimaan dari cukai minuman berpemanis dapat diarahkan untuk program kesehatan preventif, seperti penyuluhan gizi, fasilitas olahraga, dan kampanye pola hidup sehat.
Menurut CELIOS, keberhasilan penerapan cukai ini dapat menjadi contoh bagi kebijakan fiskal lain yang menggabungkan aspek pendapatan negara dan kesehatan masyarakat.
(Baca Juga : Kebijakan Fiskal dan Kesehatan)
Jaya menilai, jika pemerintah dapat memastikan transparansi penggunaan dana cukai, maka dukungan publik terhadap kebijakan ini akan meningkat.
Kebijakan cukai minuman berpemanis juga diharapkan dapat mendorong industri minuman melakukan reformulasi produk dengan kadar gula lebih rendah.
Bila hal ini terjadi, persaingan industri akan bergeser ke arah yang lebih sehat, di mana produsen saling berlomba menghadirkan produk yang aman bagi konsumen.
Tak hanya itu, kebijakan ini juga dapat menekan biaya kesehatan jangka panjang yang dikeluarkan pemerintah akibat penyakit terkait gula.
(Baca Juga : Pengeluaran Kesehatan Akibat Gula)
Ke depan, CELIOS berharap pemerintah tidak hanya fokus pada penerapan cukai, tetapi juga pada kebijakan pendukung yang mengubah perilaku konsumsi secara berkelanjutan.
Dengan dukungan regulasi yang tepat, edukasi publik yang masif, dan transparansi pemanfaatan dana, cukai minuman berpemanis diyakini dapat memberi manfaat ganda bagi negara dan masyarakat.
Penerapan cukai minuman berpemanis berpotensi menjadi strategi fiskal yang efektif, menghasilkan penerimaan negara signifikan dan sekaligus memperbaiki kesehatan masyarakat.
Langkah ini dinilai mampu menekan konsumsi gula berlebihan yang menjadi pemicu penyakit kronis seperti obesitas dan diabetes.
Namun, kesuksesan kebijakan ini bergantung pada kejelasan regulasi teknis, transparansi pemanfaatan dana, dan kampanye edukasi publik yang konsisten.
Pemerintah perlu memastikan koordinasi lintas sektor agar tujuan fiskal dan kesehatan tercapai secara seimbang.
Jika dijalankan dengan baik, kebijakan ini dapat menjadi model pengelolaan fiskal yang berorientasi pada kesehatan masyarakat. (*)
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v



























