Brussels, EKOIN.CO – Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen mengecam keputusan Amerika Serikat yang akan memberlakukan tarif 30 persen terhadap ekspor dari Uni Eropa. Peringatan itu disampaikan pada Sabtu, 12 Juli 2025, sebagai tanggapan atas pengumuman dari Presiden AS Donald Trump yang menganggap perdagangan bilateral tidak seimbang.
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v
Dalam pernyataannya yang dikutip dari Antara News pada Minggu, 13 Juli, von der Leyen menyebut kebijakan tersebut berisiko tinggi bagi hubungan ekonomi lintas Atlantik. Ia mengatakan bahwa penerapan tarif sepihak itu dapat mengganggu rantai pasokan trans-Atlantik yang vital.
Menurutnya, tindakan tersebut bukan hanya akan berdampak pada perusahaan-perusahaan Eropa, tetapi juga akan memukul sektor industri dan konsumen di Amerika Serikat sendiri. “Kebijakan ini akan merugikan bisnis, konsumen, dan masyarakat di kedua sisi Atlantik,” ujar von der Leyen.
Sikap tegas Komisi Eropa ini merupakan respons langsung terhadap pengumuman Trump yang menyatakan bahwa tarif baru itu merupakan langkah koreksi atas hubungan dagang yang dinilai tidak saling menguntungkan. Trump juga menyebut bahwa Uni Eropa telah lama menikmati keunggulan perdagangan atas AS.
Von der Leyen menegaskan bahwa Uni Eropa tetap membuka jalur negosiasi. Namun, ia tidak menutup kemungkinan untuk mengambil langkah tegas apabila dialog tidak membuahkan hasil. Uni Eropa, menurutnya, siap membela kepentingan ekonominya.
Respons Uni Eropa: Siap Ambil Langkah Tegas
Dalam pernyataan lanjutan, von der Leyen mengungkapkan bahwa blok Uni Eropa masih berupaya mencari kesepakatan melalui jalur diplomatik. Ia mengatakan, “Kami tetap siap untuk terus bekerja menuju kesepakatan pada 1 Agustus.”
Meskipun mengedepankan negosiasi, Komisi Eropa juga telah mempersiapkan skenario alternatif jika pembicaraan tidak mencapai titik temu. Salah satunya adalah penerapan langkah-langkah balasan yang setara, sesuai dengan prinsip perdagangan internasional.
“Pada saat yang sama, kami akan mengambil semua langkah yang diperlukan untuk melindungi kepentingan Uni Eropa,” tegas von der Leyen dalam pernyataannya. Pernyataan tersebut menegaskan posisi tegas Brussels dalam menanggapi dinamika perdagangan global.
Ancaman tarif ini dikhawatirkan akan memperkeruh hubungan ekonomi antara AS dan Uni Eropa, terutama setelah beberapa tahun terakhir diwarnai dengan ketegangan dagang. Di bawah pemerintahan Trump sebelumnya, gesekan serupa juga pernah terjadi, khususnya dalam sektor otomotif dan baja.
Dalam konteks tersebut, pengamat perdagangan menilai bahwa keputusan tarif yang diumumkan oleh Trump bisa berdampak signifikan pada iklim usaha trans-Atlantik. Investor dan pelaku bisnis disebut mulai waspada terhadap potensi ketidakstabilan ekonomi akibat kebijakan ini.
Kekhawatiran Akan Rantai Pasokan Global
Rantai pasokan global yang melibatkan kedua wilayah tersebut cukup kompleks. Banyak produk Eropa yang menjadi bahan baku penting dalam industri AS, termasuk teknologi, otomotif, dan farmasi. Demikian pula sebaliknya, komponen dari Amerika juga dipasok ke perusahaan-perusahaan Eropa.
Pengenaan tarif baru oleh AS diperkirakan dapat meningkatkan biaya produksi dan memperlambat distribusi lintas negara. Hal ini dikhawatirkan akan berdampak negatif terhadap harga konsumen, inflasi, dan daya beli masyarakat, baik di Eropa maupun Amerika.
Sementara itu, negara-negara anggota Uni Eropa dikabarkan mulai membahas opsi-opsi kebijakan balasan yang proporsional dan sah secara hukum perdagangan internasional. Sejumlah sumber menyebutkan bahwa langkah diplomatik melalui Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) juga sedang dipertimbangkan.
Brussels menilai bahwa tindakan Washington telah melanggar prinsip-prinsip perdagangan adil yang selama ini dijaga. Oleh karena itu, von der Leyen menekankan bahwa tidak ada pilihan selain bersiap menghadapi kemungkinan terburuk.
Langkah balasan yang dimaksud bisa berupa tarif terhadap produk unggulan dari AS yang masuk ke pasar Eropa. Ini termasuk sektor pertanian, teknologi tinggi, dan energi, yang memiliki nilai ekspor besar dan menjadi penopang neraca dagang AS di kawasan Eropa.
Dari sisi internal, Komisi Eropa juga akan meningkatkan koordinasi dengan industri dan pelaku ekonomi untuk meminimalkan dampak dari kebijakan AS ini. Beberapa perusahaan telah diminta menyiapkan skenario adaptasi jika konflik dagang berlanjut.
Isu tarif ini menjadi salah satu titik panas menjelang pemilihan umum AS yang akan datang. Trump diyakini ingin menunjukkan ketegasannya dalam memperjuangkan ekonomi nasional, meskipun itu berarti menabrak konsensus dagang global yang telah lama dibangun.
Von der Leyen mengingatkan bahwa stabilitas ekonomi global tidak boleh dikorbankan demi kepentingan politik jangka pendek. Ia juga mengajak AS untuk mempertimbangkan kembali dampak jangka panjang dari keputusan tersebut.
Pihak Gedung Putih belum memberikan tanggapan atas pernyataan terbaru dari Presiden Komisi Eropa. Namun, sejumlah pejabat AS mengisyaratkan bahwa pemerintahan Trump akan tetap berpegang pada agenda tarif sebagai bagian dari kebijakan perdagangan nasionalnya.
dari konflik tarif ini masih belum jelas. Namun, sinyal dari kedua belah pihak menunjukkan bahwa negosiasi yang dijadwalkan pada awal Agustus mendatang akan menjadi penentu utama arah hubungan dagang AS-Uni Eropa ke depan.
Untuk saat ini, kedua belah pihak tetap mempertahankan posisinya masing-masing. Uni Eropa menekankan pendekatan dialog, namun juga mempersiapkan respons tegas jika diplomasi gagal membuahkan hasil yang adil.
Ketegangan ini sekali lagi menunjukkan bahwa stabilitas perdagangan internasional sangat rentan terhadap dinamika politik nasional. Oleh sebab itu, para pemangku kebijakan diharapkan dapat menemukan titik temu yang menguntungkan semua pihak.(*)