Pemalang EKOIN.CO – Bentrokan berdarah terjadi dalam acara ceramah keagamaan yang menghadirkan Habib Muhammad Rizieq Shihab di Desa Pegundan, Kecamatan Petarukan, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah, Rabu malam (22/7/2025). Insiden ini menyebabkan lima orang terluka dan memicu keprihatinan dari berbagai pihak.
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v
Ketegangan bermula ketika dua organisasi massa Islam, yakni Perjuangan Walisongo Indonesia Laskar Sabilillah (PWI-LS) dan Front Persatuan Islam (FPI), terlibat dalam aksi saling serang di sekitar lokasi pengajian. Insiden terjadi saat Habib Rizieq dijadwalkan memberikan ceramah peringatan bulan Muharam.
Menurut saksi mata, bentrokan pecah sesaat sebelum rombongan Habib Rizieq tiba. Ratusan massa PWI-LS yang telah berkumpul di salah satu masjid bergerak mendekati lokasi ceramah dengan tujuan membubarkan acara tersebut.
Massa PWI-LS Serbu Lokasi Ceramah
Upaya pembubaran itu dilakukan dengan mendekati panggung pengajian dan melempar batu ke arah kerumunan yang hadir. Sebagian massa PWI-LS berhasil menyusup meskipun aparat keamanan telah melakukan pemblokiran jalan menuju lokasi acara.
Ahmad (50), salah satu warga yang menyaksikan insiden tersebut, mengatakan, “Banyak FPI mungkin ya, bajunya putih-putih mengejar orang-orang yang baju hitam katanya kubu PWI, kejadiannya sekitar 15 menitan.”
Dalam ceramahnya, Habib Rizieq menyinggung kejadian tersebut dan mengungkapkan bahwa ada lima orang korban luka akibat bentrokan, yang menurutnya disebabkan oleh serangan senjata tajam dari kelompok penyerang.
“Saya sampaikan pak kapolres, pak dandim bahwa ada korban 5 orang yang terluka akibat sabetan senjata tajam, dan saya minta diproses secara hukum,” ujar Rizieq di hadapan jamaah yang hadir.
Mobilisasi Massa Melalui Surat Instruksi
Pengerahan massa PWI-LS ke lokasi ceramah tidak terjadi secara spontan. Berdasarkan informasi yang beredar, mobilisasi tersebut dikoordinasikan melalui surat permohonan pasukan dari Pimpinan Daerah PWI-LS Kabupaten Pemalang kepada seluruh PD PWI-LS di Jawa Tengah dan Jawa Barat.
Surat tersebut ditujukan untuk menghalangi dan menolak kehadiran Habib Rizieq dalam kegiatan keagamaan di wilayah tersebut. Hal ini memicu kekhawatiran masyarakat akan potensi konflik yang lebih luas antarkelompok ormas.
Sementara itu, aparat kepolisian belum mengeluarkan pernyataan resmi terkait kronologi insiden, identitas korban, maupun langkah hukum yang akan diambil terhadap para pelaku bentrokan.
Hingga Kamis pagi (24/7/2025), lima orang korban yang mengalami luka akibat sabetan senjata tajam masih menjalani perawatan intensif di Rumah Sakit Siaga Medika Pemalang. Belum ada informasi terkait kondisi terakhir para korban.
Aparat gabungan TNI dan Polri masih berjaga di sekitar lokasi ceramah dan titik-titik strategis lainnya di Desa Pegundan untuk mencegah bentrokan susulan dan menjaga ketertiban umum.
Beberapa warga Desa Pegundan berharap aparat segera menyelesaikan konflik ini secara adil dan transparan, mengingat dampak sosial yang ditimbulkan sangat meresahkan masyarakat setempat.
Dikutip dari informasi lapangan, suasana di sekitar lokasi kejadian perlahan mulai kondusif, namun penjagaan masih dilakukan secara ketat. Petugas keamanan juga mengimbau warga agar tidak terprovokasi dan tetap menjaga ketertiban.
Habib Rizieq dalam ceramahnya juga mengimbau jamaah untuk tetap tenang dan menyerahkan sepenuhnya proses hukum kepada aparat berwenang agar kejadian serupa tidak terulang di masa mendatang.
Acara pengajian yang seharusnya berjalan damai menjadi tegang akibat adanya aksi protes dari pihak tertentu yang tidak menghendaki kehadiran Rizieq. Hal ini menjadi perhatian serius aparat dan tokoh masyarakat.
Pihak panitia pengajian menyatakan bahwa kegiatan telah mendapat izin dari kepolisian setempat dan tetap akan berjalan sesuai agenda meskipun sempat diwarnai insiden kekerasan.
Salah satu panitia, H. Mustofa, menuturkan bahwa mereka sangat menyayangkan tindakan kekerasan dan berharap kejadian itu segera diusut oleh pihak berwajib.
Hingga saat ini belum diketahui secara pasti motif dibalik penolakan PWI-LS terhadap kehadiran Rizieq, namun aksi tersebut telah mencederai jalannya kegiatan keagamaan yang seyogianya berlangsung aman.
Pihak keamanan terus melakukan pendataan terhadap massa yang terlibat dalam kerusuhan dan mengumpulkan bukti untuk menindaklanjuti kejadian ini sesuai prosedur hukum.
Kondisi keamanan di Kabupaten Pemalang, khususnya di Kecamatan Petarukan, kini menjadi perhatian daerah lain karena potensi konflik antarormas dikhawatirkan dapat menjalar ke wilayah lain.
Upaya mediasi antara dua ormas Islam tersebut mulai dibicarakan oleh tokoh masyarakat dan aparat setempat guna meredam eskalasi konflik dan menjaga kerukunan antarwarga.
Pihak kepolisian juga mengimbau tokoh agama dan masyarakat untuk turut berperan aktif dalam menjaga ketenangan wilayah dan menghindari provokasi di media sosial terkait peristiwa tersebut.
dari insiden ini menunjukkan bahwa perbedaan pandangan di antara kelompok masyarakat dapat memicu konflik terbuka jika tidak diatasi dengan bijaksana. Aparat perlu segera bertindak untuk mencegah situasi semakin memburuk.
Penting bagi semua pihak untuk mengedepankan dialog dan musyawarah sebagai jalan damai dalam menyelesaikan perbedaan, terutama dalam kegiatan keagamaan yang bersifat sensitif.
Peningkatan keamanan di daerah rawan konflik dan penyuluhan kepada masyarakat tentang pentingnya toleransi menjadi langkah strategis dalam meredam potensi kericuhan serupa.
Peristiwa di Desa Pegundan menjadi peringatan penting bahwa penyelenggaraan acara publik harus mempertimbangkan aspek keamanan secara maksimal dan melibatkan koordinasi semua pihak.
Masyarakat diharapkan tidak terpancing emosi dan menyerahkan seluruh proses penegakan hukum kepada aparat agar keadilan ditegakkan dan ketertiban tetap terjaga. (*)