JAKARTA, EKOIN.CO – Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) optimistis ekspor alas kaki Indonesia akan melonjak signifikan setelah penerapan perjanjian perdagangan bebas Indonesia–Uni Eropa (Indonesia–European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement/IEU-CEPA). Kesepakatan ini diproyeksikan mampu mendorong nilai ekspor alas kaki nasional ke pasar Eropa hingga menembus US$ 10 miliar per tahun. Gabung WA Channel EKOIN
Ketua Umum Aprisindo, Eddy Widjanarko, menyampaikan bahwa saat ini produk alas kaki Indonesia yang masuk ke pasar Eropa masih dikenakan bea masuk antara 9% hingga 15%. Menurutnya, penghapusan tarif tersebut akan menjadi katalis kuat bagi daya saing produk nasional di pasar internasional, khususnya Eropa.
Eddy menegaskan, dengan bea masuk 0%, produk alas kaki dari Indonesia akan memiliki harga yang lebih kompetitif dibandingkan pesaing utama seperti Vietnam atau China. “Potensi pertumbuhan ekspor alas kaki bisa mencapai 20% per tahun jika perjanjian ini segera berlaku,” ujarnya.
Ekspor Alas Kaki Berpotensi Melonjak
Berdasarkan data Aprisindo, nilai ekspor alas kaki Indonesia ke Eropa saat ini berada di kisaran US$ 5–6 miliar per tahun. Dengan adanya pembebasan bea masuk, angka tersebut diyakini bisa berlipat ganda.
Eddy menjelaskan, selain tarif, perjanjian IEU-CEPA juga mencakup harmonisasi standar kualitas, sertifikasi produk, hingga kemudahan logistik. Semua aspek ini akan mempersingkat waktu pengiriman dan mempermudah produsen memenuhi permintaan pasar.
Kondisi tersebut diharapkan dapat menarik investasi baru di sektor persepatuan. Pabrik-pabrik di Indonesia berpotensi menambah kapasitas produksi untuk mengantisipasi lonjakan permintaan.
Peluang Industri Dalam Negeri
Selain meningkatkan ekspor alas kaki, Eddy menyebut IEU-CEPA juga membuka peluang bagi industri pendukung seperti produsen bahan baku, aksesoris, hingga kemasan. “Kita ingin manfaat perjanjian ini dirasakan secara menyeluruh, dari hulu hingga hilir,” katanya.
Menurutnya, tantangan utama bagi industri adalah menjaga kualitas dan konsistensi produksi. Persaingan di pasar Eropa sangat ketat, sehingga inovasi desain dan efisiensi produksi menjadi kunci.
Eddy menilai pemerintah dan pelaku usaha perlu bersinergi dalam memanfaatkan peluang ini. Salah satunya melalui pelatihan tenaga kerja, peningkatan teknologi, dan promosi produk di berbagai pameran internasional.
Saat ini, Aprisindo sedang mempersiapkan program promosi terpadu di beberapa negara anggota Uni Eropa. Tujuannya, membangun brand image alas kaki Indonesia yang kuat dan dikenal luas di pasar global.
Di sisi lain, sejumlah produsen dalam negeri mulai mengembangkan strategi diversifikasi produk untuk menyesuaikan dengan tren mode di Eropa. Permintaan alas kaki ramah lingkungan, misalnya, terus meningkat seiring kesadaran konsumen terhadap isu keberlanjutan.
Pemerintah melalui Kementerian Perdagangan juga berkomitmen mendukung upaya ini dengan memfasilitasi sertifikasi lingkungan dan mempercepat proses perizinan ekspor.
Eddy menambahkan, keberhasilan peningkatan ekspor alas kaki ini akan berdampak positif pada penciptaan lapangan kerja. Industri persepatuan selama ini menjadi penyerap tenaga kerja signifikan, terutama di daerah sentra produksi seperti Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.
Dengan dukungan kebijakan, potensi pasar, dan kesiapan industri, Eddy optimistis target ekspor alas kaki senilai US$ 10 miliar bukanlah hal yang mustahil. “Kuncinya adalah kita harus bergerak cepat sebelum peluang ini diambil oleh negara lain,” ujarnya menutup pernyataan.
Perjanjian IEU-CEPA memberi peluang besar bagi industri alas kaki Indonesia untuk memperluas pasar di Eropa. Dengan dihapusnya bea masuk, produk nasional akan semakin kompetitif. (*)
Pemerintah dan pelaku industri perlu segera merancang strategi terpadu untuk mengoptimalkan peluang ini, termasuk peningkatan kapasitas produksi, inovasi, dan promosi global.
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v