Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mempercepat langkah penguatan industri baterai kendaraan listrik. Langkah ini termasuk menjalin kerja sama impor litium dari Australia sebagai bahan penting baterai.
Buka Akses Impor dari Australia
Menteri ESDM Bahlil Lahadalia menuturkan bahwa saat ini Indonesia mempertimbangkan kerja sama dengan Australia untuk pasokan litium. “Salah satu negara yang kita akan melakukan kerja sama itu adalah Australia,” ujar Bahlil, dikutip dari pernyataannya pada media, Rabu (6/8/2025).
Selama ini, Indonesia mengimpor litium dari sejumlah negara di Afrika. Namun, Australia dinilai lebih ekonomis secara biaya transportasi karena jarak yang lebih dekat ke Indonesia.
Bahlil menekankan bahwa litium menjadi satu-satunya bahan baku baterai kendaraan listrik yang belum dimiliki oleh Indonesia. Adapun bahan lainnya seperti nikel, mangan, dan kobalt tersedia di dalam negeri.
“Memang secara ekonomis akan jauh lebih ekonomis dari Australia karena biaya transportasinya,” kata Bahlil. Ia menyebutkan bahwa sejumlah pengusaha asal Indonesia sudah melakukan penambangan litium di Australia.
Namun demikian, dirinya belum mengetahui secara rinci besaran volume litium yang ditambang oleh pengusaha Indonesia di sana. “Saya belum tahu volumenya berapa, karena saya bukan pengusahanya,” katanya.
Langkah penguatan industri baterai ini menjadi bagian dari strategi hilirisasi dan ketahanan energi nasional yang tengah dipercepat oleh pemerintah.
Target Ekosistem Mobil Listrik Nasional
Wakil Koordinator Satgas Percepatan Hilirisasi dan Ketahanan Energi Nasional, Dimas Muhamad, menyatakan bahwa pemerintah menargetkan Indonesia tidak hanya menjadi pasar. Indonesia ingin menjadi produsen mobil listrik dari komponen dalam negeri.
Ia menjelaskan bahwa pemerintah telah memulai langkah penguatan pasar kendaraan listrik untuk membentuk rantai pasok industri. “Kita sudah mulai memperkuat pasar mobil listrik untuk menciptakan rantai pasoknya,” kata Dimas.
Upaya ini kemudian dilanjutkan dengan pembangunan industri baterai EV yang dinilai sebagai kunci dari kendaraan listrik masa depan. Kolaborasi dengan investor asing menjadi salah satu jalur penting dalam pengembangan teknologi tersebut.
“Di tahap ini kita memastikan bahwa paling tidak ada mitra lokal Indonesia yang bisa menjadi mitra transfer teknologi,” ujarnya. Ia juga menekankan pentingnya transfer keahlian dari mitra asing kepada pelaku industri nasional.
Tahapan pembangunan ini dilakukan secara bertahap. Pemerintah menekankan pentingnya kolaborasi strategis untuk menyiapkan SDM dan infrastruktur industri kendaraan listrik nasional.
Langkah ini dinilai krusial untuk menjaga daya saing dan memastikan bahwa produk kendaraan listrik dapat dikembangkan secara berkelanjutan di dalam negeri.
Program percepatan ini juga bertujuan untuk menekan ketergantungan pada komponen impor. Industri lokal didorong agar mampu menyediakan suplai baterai dan kendaraan secara mandiri.
Saran utama bagi pemerintah adalah menjaga keseimbangan antara kerja sama asing dan penguatan industri lokal. Pemerintah perlu memfasilitasi transfer teknologi secara optimal.
Langkah diplomasi ekonomi dengan Australia dan negara mitra lainnya perlu ditingkatkan. Tujuannya memastikan pasokan bahan baku litium tetap stabil dan tidak terganggu dinamika pasar global.