Jakarta EKOIN.CO – Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) menilai langkah pemerintah mengalokasikan dana sebesar Rp200 triliun ke bank-bank Himbara harus dibarengi dengan penurunan bunga kredit. Strategi ini diyakini penting agar injeksi likuiditas benar-benar mampu menggerakkan investasi riil di dalam negeri dan mempercepat pemulihan ekonomi.
Berita ini dapat diikuti lebih lanjut di WA Channel EKOIN: https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v
Dewan Pakar Apindo, Danang Girindrawardana, mengapresiasi kebijakan Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa yang menempatkan dana jumbo tersebut di Himbara. Namun, menurutnya, langkah itu baru efektif jika suku bunga kredit turut dipangkas sehingga pelaku usaha mendapat akses pembiayaan yang lebih terjangkau.
Penurunan Bunga Kredit Jadi Kunci Investasi
Danang menegaskan, dana likuiditas Rp200 triliun tidak boleh berhenti di perbankan. Ia menilai bunga kredit yang masih tinggi akan membuat pengusaha enggan melakukan ekspansi, meskipun dana segar sudah tersedia. “Kalau tidak ada penurunan bunga kredit, dampaknya ke dunia usaha tidak akan maksimal,” ujarnya.
Ia menambahkan, pemerintah sebaiknya tidak hanya fokus pada injeksi dana, tetapi juga menciptakan iklim pembiayaan yang kondusif. Menurut Danang, bunga yang kompetitif akan memicu percepatan investasi, terutama di sektor-sektor padat karya yang membutuhkan dukungan modal besar.
Dengan turunnya bunga kredit, pelaku usaha kecil hingga menengah dapat lebih mudah mendapatkan pinjaman untuk ekspansi. Kondisi ini diharapkan mampu membuka lapangan kerja baru dan menjaga daya beli masyarakat tetap stabil di tengah tekanan ekonomi global.
Likuiditas Perlu Diarahkan ke Sektor Produktif
Apindo menekankan bahwa distribusi likuiditas Rp200 triliun harus diarahkan secara tepat sasaran. Tanpa penyaluran ke sektor produktif, dana tersebut hanya akan menumpuk di perbankan tanpa menghasilkan pertumbuhan nyata di lapangan.
Danang menyebut, sektor-sektor seperti manufaktur, pertanian, dan UMKM menjadi prioritas untuk menerima pembiayaan berbunga rendah. Hal ini karena ketiganya terbukti mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar serta berkontribusi langsung pada stabilitas ekonomi nasional.
Selain itu, ia menilai koordinasi antara pemerintah, perbankan, dan dunia usaha perlu diperkuat. Dengan adanya transparansi dan target penyaluran, dana jumbo yang digelontorkan dapat benar-benar mendukung pertumbuhan investasi.
Menurut Apindo, tanpa mekanisme kontrol dan strategi pembiayaan jelas, dana likuiditas hanya akan menjadi instrumen perbankan jangka pendek. “Kita butuh keberanian untuk mengaitkan injeksi dana dengan kebijakan bunga kredit yang lebih ramah bagi dunia usaha,” kata Danang.
Dengan momentum saat ini, pelaku usaha berharap pemerintah dapat menindaklanjuti kebijakan ini dengan regulasi pendukung. Penurunan bunga kredit diharapkan tidak hanya mempercepat investasi, tetapi juga memperkuat kepercayaan investor terhadap stabilitas ekonomi Indonesia.
(*)
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v