Jakarta, EKOIN.CO – Ribuan pengemudi ojek online (ojol) turun ke jalan di Jakarta pada 20 Mei 2025, melancarkan demo besar-besaran bertajuk Aksi 205, menuntut keadilan tarif yang selama ini terasa timpang.
Demonstran mulai bergerak sekitar pukul 12.30 WIB dari Markas Garda Indonesia menuju Patung Kuda dan sejumlah titik strategis di Jakarta—termasuk Kemenhub, Istana Merdeka, dan gedung DPR RI—sebagai simbol ketidakpuasan terhadap potongan komisi aplikator yang terlalu tinggi terorganisir: puluhan ribu ojol mematikan aplikasi serentak (off-bid massal) untuk menekan aplikator dan sekaligus meminta pemerintah bertindak tegas
Sejumlah tuntutan utama mereka antara lain:
- Potongan komisi maksimal 10%
- Adanya payung hukum berupa UU Transportasi Online atau minimal Perppu
- Penetapan tarif adil untuk pengantaran barang dan makanan
- Penghapusan skema merugikan seperti aceng, slot, multi-order, dan klasifikasi “member” versus reguler
Menurut Raden Igun Wicaksono, Ketua Umum Garda Indonesia:
“Sebagai bentuk akumulasi kekecewaan… karena tidak tegas dan tidak responsifnya… Kementerian Perhubungan…”
Aksi Meriak, Tuntutan Mencuat
Massa sempat tertahan di depan Monas karena barikade aparat, tidak berhasil menembus menuju Istana dan Kemenhub Meski demikian, suasana tetap relatif tertib karena aparat tidak menggunakan senjata api dan pendekatan humanis menjadi prioritas
Konvoi dan titik lokasi aksi yang terpusat di Jakarta menyebabkan kemacetan signifikan di Jalan Medan Merdeka dan sekitarnya, mengakibatkan gangguan mobilitas warga
Aksi demo ini tidak muncul tiba-tiba, melainkan bagian dari gelombang ketidakpuasan berkelanjutan. Sebelumnya, pada 17 Februari 2025, ratusan ojol dan kurir unjuk rasa di depan Kantor Kemenaker meminta kejelasan pembayaran THR dan status kerja yang layak sebagai pekerja bukan mitra semu
Kini, Aksi 205 adalah kristalisasi permintaan panjang yang belum dipenuhi—dari THR hingga struktur tarif dan regulasi yang pro-rakyat.
Aksi ini pun menandai momentum krusial: bahwa demo yang terstruktur dan berskala luas dapat menyuarakan ketidakadilan sistemik dalam ekonomi digital. Jika dibiarkan, ketegangan seperti ini bisa semakin meruncing dan memperlebar jarak antara pengemudi dan aplikator.
Apa yang terlihat hari ini bukan sekadar protes, melainkan panggilan tegas agar regulasi inklusif segera ditegakkan dan keadilan tarif dikembalikan ke tangan para pengemudi. Solidaritas mereka menembus batas—dari Jakarta hingga kota-kota lain—menggambarkan kekuatan kolektif dalam menuntut perubahan.
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v