Bekasi, EKOIN.CO – Ibadah haji merupakan rukun Islam kelima yang wajib ditunaikan oleh setiap Muslim sekali seumur hidup, dengan catatan memenuhi syarat-syarat tertentu. Di tengah meningkatnya animo masyarakat Indonesia untuk berangkat ke Tanah Suci, penting untuk memahami tanda-tanda yang menunjukkan bahwa seseorang telah wajib menunaikan haji.
Menurut Kementerian Agama Republik Indonesia, ada lima syarat utama yang membuat seseorang dinyatakan wajib berhaji. Syarat tersebut meliputi beragama Islam, baligh, berakal, merdeka, dan mampu secara fisik maupun finansial.
“Ada kemampuan fisik, mental, dan harta. Ini yang menjadi tolok ukur utama. Jika semua terpenuhi, maka kewajiban haji sudah melekat pada yang bersangkutan,” ujar Dr. H. Ahmad Syaiful, Direktur Bina Haji Ditjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah, saat ditemui dalam konferensi pers di Gedung Kementerian Agama, Jakarta Pusat, Senin (19/5).
Transisi dari keinginan menjadi kewajiban terjadi ketika seorang Muslim tidak hanya memiliki niat, tetapi juga kemampuan. Ahmad Syaiful menambahkan bahwa “kemampuan finansial itu bukan hanya sekadar punya uang, tapi termasuk tidak ada utang yang memberatkan serta mampu meninggalkan nafkah yang cukup bagi keluarga.”
Selain itu, keamanan dalam perjalanan juga menjadi pertimbangan penting. Jika situasi di negara tujuan atau dalam perjalanan dinilai membahayakan jiwa, maka kewajiban haji dapat tertunda.
“Dalam fikih, syarat keamanan termasuk bagian dari istitha’ah. Jadi meskipun seseorang mampu secara materi dan fisik, tapi bila kondisi tidak aman, maka ia belum wajib berangkat,” jelasnya.
Dalam beberapa kasus, masyarakat sering kali salah kaprah mengartikan kemampuan hanya sebatas finansial. Padahal, aspek kesiapan fisik dan kondisi lingkungan juga sangat diperhatikan. Oleh karena itu, pemerintah melalui Kementerian Agama terus melakukan sosialisasi dan edukasi agar masyarakat memiliki pemahaman yang benar mengenai kriteria wajib haji.
Seperti dilansir dari laman resmi kemenag.go.id, pemerintah juga menyediakan layanan pembinaan manasik dan konsultasi keagamaan secara daring dan tatap muka untuk calon jemaah yang ingin memastikan kelayakan dirinya dalam berhaji.
Kesadaran mengenai batas kemampuan juga penting untuk menjaga semangat keagamaan tetap sejalan dengan nilai-nilai keselamatan dan kelayakan. Dengan begitu, keputusan menunaikan haji bukan hanya berdasarkan desakan sosial atau emosi, melainkan panggilan spiritual yang telah memenuhi syarat sesuai ajaran Islam.
Suasana khidmat menyelimuti kediaman pasangan Sugito dan Fatmawati di Vila Mutiara Gading Blok F, Kecamatan Tarumajaya, Bekasi Utara, dalam acara tasyakuran Walimatus Safar Haji yang digelar menjelang keberangkatan mereka ke Tanah Suci pada 28 Mei 2025.
Acara dibuka dengan pembacaan salawat, pembacaan ayat suci Al-Qur’an dan saritilawah Surah Ali Imran ayat 96-97 lanjut dengan ratibul Haddad, serta kisah barzanji yang mengisahkan perjalanan hidup Rasulullah SAW. , menciptakan suasana religius dan penuh haru.
Dalam sambutannya, beberapa tokoh keluarga dan warga sekitar turut mendoakan kelancaran perjalanan ibadah haji Sugito dan Fatmawati. Tasyakuran ini menjadi wujud rasa syukur sekaligus permohonan restu kepada keluarga, tetangga, dan masyarakat.
Ceramah agama disampaikan oleh Ustadz H. Muhammad Syukron Fajar. Dalam tausiahnya, beliau menjelaskan secara mendalam tentang rukun Islam mulai dari syahadat, salat, zakat, puasa, hingga haji. Ia juga mengingatkan bahwa panggilan Allah kepada umat-Nya ada tiga: melalui adzan, panggilan haji, dan saat kematian.
“Haji adalah panggilan Allah yang sangat istimewa. Tidak semua orang mendapatkan kesempatan. Maka bersyukurlah, karena ini tanda cinta Allah,” ucap Ustadz Syukron di hadapan para hadirin.
Transisi menuju ibadah haji tahun ini dinilai lebih berat dibanding tahun-tahun sebelumnya. Kondisi fisik jamaah dituntut lebih kuat, sebab menurut informasi dari penyelenggara haji, sekitar 3 juta jamaah akan berkumpul di Padang Arafah.
“Meskipun hotel tempat menginap dekat dengan Masjidil Haram, namun antrian menuju pintu masuk, keluar, dan bahkan ke kamar mandi akan sangat padat. Penjagaan keamanan pun akan lebih ketat,” ungkap Ustadz Syukron.
Seperti dilansir dari laman kemenag.go.id, pemerintah terus mengimbau calon jamaah untuk menjaga stamina serta mengikuti pembinaan manasik haji dengan serius, agar dapat menjalani ibadah dengan lancar dan tertib di tengah kepadatan jamaah dari berbagai negara.
Dengan niat tulus dan persiapan matang, Sugito dan Fatmawati menjadi bagian dari jutaan umat Islam yang merespons panggilan suci ini. Harapan mereka, selain menjalankan rukun Islam terakhir, adalah menjadi haji yang mabrur dan membawa keberkahan bagi keluarga dan lingkungan. (*)