Amsterdam, EKOIN.CO – Kapten Mohammed Ali Mohiuddin mengungkapkan kisah memilukan tentang perlakuan tidak manusiawi yang dialami para aktivis internasional di tangan pasukan penjajah Israel. Dalam kesaksiannya, Mohiuddin menyebut pembajakan kapal Global Sumud Flotilla oleh tentara Israel sebagai “hal paling mengerikan” yang pernah terjadi selama misi kemanusiaan menembus blokade Gaza
Kekejaman di Balik Blokade Gaza
Menurut Mohiuddin, para tentara Israel melakukan provokasi, pelecehan verbal, dan penyiksaan terhadap para aktivis setelah menculik mereka di laut internasional. “Tiga tentara Israel mengawasi setiap aktivis secara ketat,” ungkapnya dalam wawancara dengan Al Mayadeen, Senin (6/10/2025).
Ia menuturkan, meskipun para tentara ditempatkan di koridor bersih dan steril, para tahanan dipaksa masuk ke dalam kandang besi berlantai tanah, tanpa akses air bersih atau tempat istirahat layak. “Ini bukan penahanan, ini penyiksaan,” tegas Mohiuddin.
Lebih lanjut, Mohiuddin menggambarkan bagaimana para aktivis yang berasal dari 47 negara itu berusaha tetap tenang dan saling menyemangati di tengah situasi mencekam. Ia mengatakan bahwa semangat solidaritas kemanusiaan tidak pernah padam, meski berada di bawah intimidasi.
“Israel ingin menunjukkan kekuatan, tapi sebenarnya mereka lebih lemah dari jaring laba-laba dan sangat pengecut,” ucap Mohiuddin, mengutip kata-kata syuhada Sayyid Hassan Nasrallah.
Armada Kemanusiaan Global Sumud Flotilla
Armada Global Sumud Flotilla terdiri atas lebih dari 443 aktivis lintas negara yang membawa misi kemanusiaan menembus blokade Gaza. Kapal-kapal tersebut mengangkut bantuan pangan, obat-obatan, dan perlengkapan medis bagi warga Palestina yang hidup di bawah blokade selama bertahun-tahun.
Namun pada 2 Oktober 2025, armada itu disita secara paksa oleh otoritas Israel. Para aktivis ditahan tanpa dasar hukum, memicu gelombang protes dari komunitas internasional dan sejumlah negara Eropa.
Mohiuddin menyatakan, meski dirinya menandatangani perintah deportasi untuk kembali ke Tunisia, keputusan tersebut bersifat strategis. Ia menyebut langkah itu sebagai bagian dari persiapan untuk melanjutkan perjuangan melalui armada kemanusiaan baru.
“Kami tidak berhenti di sini. Ini bukan akhir, tapi awal perjuangan baru untuk menembus blokade Gaza,” ujarnya tegas.
Ia juga memastikan telah menjalin koordinasi dengan aktivis Eropa dan internasional untuk membentuk Armada Sumud Global generasi berikutnya. Misi ini akan membawa pesan solidaritas dan perlawanan damai terhadap ketidakadilan kemanusiaan di Gaza.
Pihak Al Mayadeen melaporkan, aksi pembajakan kapal kemanusiaan ini menimbulkan kecaman luas, termasuk dari organisasi hak asasi manusia yang menuntut investigasi internasional. Mereka menilai tindakan Israel melanggar hukum laut internasional dan prinsip dasar kemanusiaan.
Blokade yang diberlakukan Israel terhadap Gaza selama bertahun-tahun telah menyebabkan bencana kelaparan dan krisis kesehatan yang akut. Bantuan yang seharusnya menjadi penyelamat justru dihadang dengan kekerasan dan penahanan tanpa alasan jelas.
Mohiuddin menutup kesaksiannya dengan pesan moral kepada dunia internasional: “Kami bukan musuh. Kami hanya ingin menyalurkan bantuan dan menyelamatkan nyawa. Jika dunia diam, kemanusiaan akan mati di Gaza.(*)
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di: https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v