Jenewa EKOIN.CO – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan dunia terkait penyebaran kolera yang kian meluas. Pada 2024, lebih dari 6.000 orang meninggal akibat penyakit ini, naik 50 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Lonjakan tersebut menegaskan bahwa wabah masih jauh dari terkendali.
Gabung WA Channel EKOIN di sini
Dalam laporan global terbarunya, WHO mencatat kenaikan kasus kolera sebesar 5 persen pada 2024 dibandingkan tahun 2023. Penyakit yang bisa dicegah dan diobati ini kini tercatat sudah menyebar ke 60 negara. Angka tersebut meningkat signifikan dari 45 negara pada 2023.
Menurut WHO, penyebab utama tingginya penyebaran kolera antara lain konflik, perubahan iklim, perpindahan penduduk, dan lemahnya infrastruktur air bersih maupun sanitasi. Situasi ini mengancam masyarakat di berbagai wilayah yang sistem kesehatannya masih rapuh.
“Seperempat kematian terjadi di masyarakat, di luar fasilitas kesehatan. Ini menyoroti kesenjangan serius dalam akses perawatan,” ungkap WHO dalam laporan yang dipublikasikan Minggu (14/9/2025).
Wabah Kolera Meluas dan Kematian Meningkat
Sebanyak 12 negara melaporkan lebih dari 10.000 kasus kolera sepanjang 2024. Tujuh di antaranya menghadapi wabah besar untuk pertama kali. Kondisi ini memperlihatkan bahwa banyak negara belum memiliki sistem kesiapsiagaan yang kuat.
Afrika menjadi kawasan paling terdampak dengan tingkat kematian naik dari 1,4 persen pada 2023 menjadi 1,9 persen di 2024. Fakta ini menunjukkan keterbatasan akses layanan kesehatan yang masih dialami jutaan orang di benua tersebut.
Yang mengejutkan, kolera kembali muncul di Komoro setelah lebih dari 15 tahun negara itu bebas dari wabah. Hal ini mempertegas ancaman berulang yang bisa menyerang kapan saja.
Vaksin Kolera Masih Terbatas
Di tengah situasi genting, vaksin dipandang sebagai harapan utama. WHO menjelaskan bahwa vaksin oral kolera (OCV) terbaru, Euvichol-S®, sudah masuk stok global sejak awal 2024. Namun, tingginya permintaan membuat pasokan belum memadai.
Pada 2024, kebutuhan mencapai 61 juta dosis, tetapi hanya 40 juta dosis yang tersedia untuk penggunaan darurat di 16 negara. WHO tetap menerapkan strategi sementara dengan pemberian satu dosis hingga 2025 karena keterbatasan suplai.
Data awal 2025 menegaskan wabah belum menunjukkan penurunan. Hingga pertengahan tahun, 31 negara sudah melaporkan adanya kasus kolera. WHO menilai risiko global akibat penyakit ini masih sangat tinggi.
Sebagai langkah darurat, WHO memperkuat pengawasan kesehatan, menyalurkan pasokan medis, serta membantu koordinasi penanganan lapangan. Edukasi masyarakat tentang pentingnya air bersih dan sanitasi sehat juga terus digencarkan.
WHO menekankan bahwa pencegahan kolera hanya bisa tercapai melalui akses air bersih, sanitasi yang memadai, serta komunikasi publik yang efektif untuk memutus rantai penularan. (*)
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v