Banda Aceh EKOIN.CO – Malam puncak Serambi Ekraf Awards 2025 berlangsung di The Pade Hotel, Banda Aceh, Jumat (29/8/2025). Dalam acara ini, Menteri Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Ekonomi Kreatif, Teuku Riefky Harsya, menyerahkan penghargaan kepada Kepala Kanwil Kementerian Agama (Kemenag) Provinsi Aceh, Azhari, yang dinilai berhasil menggagas wakaf produktif berbasis ekonomi kreatif.
Penghargaan tersebut diberikan oleh harian Serambi Indonesia sebagai bentuk apresiasi bagi para kreator dan inovator ekonomi kreatif di Aceh. Azhari memperoleh anugerah karena mampu memanfaatkan aset wakaf menjadi instrumen pemberdayaan ekonomi umat yang berkelanjutan.
Teuku Riefky Harsya dalam sambutannya menyampaikan bahwa penghargaan ini diharapkan mampu memotivasi para kreator Aceh untuk terus berinovasi. Menurutnya, karya kreatif tidak hanya memperkuat budaya lokal, tetapi juga menjadi motor pertumbuhan ekonomi nasional yang berawal dari Aceh.
Ia menambahkan, meski ekonomi global melambat, sektor ekonomi kreatif tumbuh signifikan. Hal ini menjadi bukti bahwa kreativitas dan inovasi mampu membuka ruang baru bagi pembangunan ekonomi. “Aceh punya modal besar. IPM 2024 sebesar 75,36 menempatkan Aceh di peringkat ke-11 nasional, tertinggi di luar Jawa. Ini menandakan SDM kita siap menggerakkan ekonomi berbasis kreativitas,” ujarnya.
Pemimpin Redaksi Serambi Indonesia, Zainal Arifin M Nur, menuturkan bahwa Serambi Ekraf Awards merupakan bentuk nyata dukungan media terhadap potensi lokal. Kreativitas masyarakat Aceh dianggap sebagai kekuatan besar yang perlu didorong serta difasilitasi.
Wakaf Produktif Jadi Lokomotif Ekonomi
Sebagai Kepala Kanwil Kemenag Aceh, Azhari meyakini bahwa wakaf tidak lagi sebatas amalan pasif, melainkan dapat dikembangkan menjadi unit usaha produktif. Menurutnya, tanah dan aset wakaf yang selama ini terbengkalai bisa menjadi lokomotif penggerak pertumbuhan ekonomi masyarakat.
“Beberapa usaha dari wakaf produktif sudah berhasil seperti Ihmal Market di Aceh Tengah, air isi ulang Almak di Aceh Barat, dan penanaman pohon kopi oleh ASN di Bener Meriah yang kini sudah bisa dipanen,” jelasnya.
Ia menegaskan, bukti nyata tersebut menunjukkan bahwa wakaf produktif bukan sekadar wacana. Selain memberikan keuntungan finansial, program ini juga membuka lapangan kerja, meningkatkan kemandirian, dan memberdayakan masyarakat di berbagai daerah.
Program wakaf produktif telah dimulai sejak 2017 saat Azhari masih menjabat sebagai Kepala Bidang Penerangan Zakat dan Wakaf di Kanwil Kemenag Aceh. Setelah dilantik sebagai Kakanwil Kemenag Aceh pada 2023, ia menginstruksikan seluruh kepala kantor Kemenag kabupaten/kota untuk melanjutkan dan mengembangkan program tersebut.
“Alhamdulillah, hari ini seluruh kabupaten sudah memiliki program wakaf produktif. Di Aceh Timur ada usaha bengkel, warung kopi, hingga dermaga. Para nazir kita dorong agar kreatif dan inovatif dalam mengelola aset wakaf,” katanya.
Sinergi Wakaf dan Ekonomi Kreatif
Kemenag Aceh juga bekerja sama dengan pemerintah daerah agar wakaf produktif bisa terintegrasi dengan pembangunan daerah. Kolaborasi ini ditujukan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi kreatif di Aceh.
Salah satu hasil dari inisiatif ini adalah penobatan Aceh Tengah sebagai Kota Wakaf oleh Direktorat Jenderal Bimas Islam Kemenag RI pada November 2024. Pengakuan ini menegaskan bahwa wakaf produktif menjadi bagian penting dari strategi pemberdayaan umat.
Selain itu, Azhari menggerakkan seluruh ASN Kemenag di Aceh untuk berpartisipasi dengan menanam minimal satu batang pohon di tanah wakaf. Hingga kini, lebih dari 20 ribu batang pohon telah ditanam, mencakup berbagai jenis seperti kopi, kelapa, sawit, manggis, durian, hingga kurma.
Menurut Azhari, kegiatan tersebut sejalan dengan Astacita Presiden-Wakil Presiden Prabowo-Gibran dan program prioritas Kemenag. Penanaman pohon wakaf diyakini akan memberikan manfaat ekonomi dan lingkungan bagi generasi mendatang.
“Insya Allah dengan wakaf produktif, kita tidak hanya beribadah, tapi juga membangun kemandirian umat. Semoga wakaf terus berkembang menjadi inspirasi bagi semua, sebagai motor penggerak ekonomi umat dengan cara kreatif dan inovatif,” ujarnya.
Komitmen Kemenag Aceh dalam memproduktifkan tanah wakaf terus diperkuat. Upaya membina para nazir agar mampu mengelola aset secara profesional dilakukan melalui pelatihan dan pendampingan intensif.
Keseriusan ini diharapkan dapat menjaga keberlanjutan program sehingga manfaatnya tidak hanya dirasakan saat ini, tetapi juga di masa depan.
Sebagai bentuk dukungan, pemerintah daerah turut menfasilitasi integrasi wakaf produktif ke dalam program pembangunan ekonomi kreatif di Aceh. Kolaborasi ini diharapkan mampu melahirkan lebih banyak unit usaha baru berbasis wakaf yang bermanfaat bagi masyarakat.
Dengan demikian, peran wakaf produktif di Aceh tidak hanya sebatas aktivitas keagamaan, tetapi juga menjadi instrumen strategis pembangunan sosial dan ekonomi.
Penghargaan yang diterima Azhari dalam Serambi Ekraf Awards 2025 menegaskan bahwa inovasi berbasis wakaf memiliki peran penting dalam pembangunan ekonomi. Inisiatif ini menjadi bukti bahwa potensi lokal mampu memberikan dampak signifikan.
Dengan terus dikembangkan, wakaf produktif dapat menjadi model pemberdayaan umat yang berkelanjutan. Program ini bukan hanya menambah nilai ekonomi, tetapi juga menumbuhkan kemandirian masyarakat.
Ke depan, kolaborasi lintas sektor perlu diperkuat agar gagasan ini dapat diperluas ke seluruh daerah. Dukungan pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha sangat dibutuhkan.
Selain itu, pengelolaan wakaf harus dilakukan dengan prinsip transparansi dan profesionalisme. Dengan demikian, keberlanjutan program bisa terjamin dan hasilnya bisa dirasakan secara luas.
Serambi Ekraf Awards 2025 menjadi momentum penting bagi Aceh untuk terus memperkuat sektor ekonomi kreatif. Wakaf produktif pun dapat menjadi tonggak baru dalam menggerakkan ekonomi umat di Indonesia. (*)
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v