Tel Aviv EKOIN.CO – Mantan perwira intelijen militer Zionis, Jacques Neriah, menyebut perang babak kedua antara Israel dan Iran hampir tidak terelakkan. Ia menegaskan bahwa Teheran tengah menyiapkan balas dendam besar setelah invasi militer Israel ke wilayahnya pada Juni lalu. Pernyataan ini memicu kekhawatiran akan eskalasi konflik di kawasan Timur Tengah. Gabung WA Channel EKOIN di sini
Neriah menyampaikan pandangannya dalam wawancara dengan 103FM, yang kemudian dikutip oleh Iran International, pada Selasa (26/8/2025). Menurutnya, perasaan akan meletusnya perang semakin kuat, terutama karena Iran diyakini tidak akan membiarkan penghinaan militer tersebut berlangsung lama.
“Ada perasaan bahwa perang akan datang, bahwa balas dendam Iran sedang dipersiapkan. Iran tidak akan mampu menanggung penghinaan ini lama-lama,” ungkap Neriah.
Babak Kedua Perang Iran-Israel
Dua bulan lalu, Israel dan Iran terlibat perang selama 12 hari yang berakhir melalui gencatan senjata. Amerika Serikat kala itu berperan sebagai mediator utama yang berhasil menghentikan pertempuran. Namun, situasi di lapangan tetap rapuh karena masing-masing pihak terus meningkatkan kesiapan militernya.
Invasi militer Israel pada 13 Juni lalu menjadi pemicu ketegangan baru. Serangan mendadak itu menyasar fasilitas nuklir dan instalasi militer Iran, menewaskan 1.062 orang, termasuk 276 warga sipil. Aksi ini dianggap sebagai penghinaan besar bagi Teheran dan mendorong seruan balas dendam di kalangan elite politik maupun militer Iran.
Pihak Iran hingga kini belum mengumumkan secara resmi strategi balas dendamnya. Namun, laporan intelijen Israel menunjukkan adanya persiapan militer yang intensif di berbagai titik. Hal ini membuat perkiraan konflik babak kedua semakin dekat.
Ketegangan Timur Tengah Memanas
Sejumlah pengamat menilai, jika perang babak kedua benar-benar pecah, dampaknya bisa meluas ke negara-negara tetangga. Dengan keterlibatan kekuatan global, potensi konflik regional yang lebih besar sangat mungkin terjadi.
Israel, di sisi lain, diyakini terus memperkuat aliansi dengan Amerika Serikat untuk mengantisipasi kemungkinan serangan balasan Iran. Hubungan militer kedua negara semakin erat setelah serangan Juni lalu, di mana Washington memberikan dukungan penuh terhadap operasi Tel Aviv.
Meski ada ancaman perang, sebagian kalangan internasional tetap mendorong jalur diplomasi. Mereka menilai upaya dialog harus segera ditempuh agar perang babak kedua dapat dihindari. Namun, sikap keras kedua pihak membuat prospek perdamaian tampak semakin jauh.
Hingga kini, Israel belum memberikan tanggapan resmi terhadap pernyataan Neriah. Namun, pengakuan dari mantan pejabat intelijen ini memperlihatkan betapa seriusnya situasi yang dihadapi. Bagi Iran, balas dendam atas serangan besar Juni lalu tampaknya hanya masalah waktu.
Pernyataan Jacques Neriah menegaskan bahwa konflik Iran-Israel belum berakhir, bahkan justru menuju babak baru yang lebih berbahaya. Situasi ini membuat kawasan Timur Tengah berada dalam bayang-bayang ketidakpastian keamanan.
Eskalasi konflik antara kedua negara menunjukkan bahwa perdamaian masih jauh dari harapan. Langkah-langkah pencegahan perlu segera dilakukan sebelum perang kembali meletus.
Diplomasi internasional menjadi kunci agar babak kedua perang dapat dicegah. Namun, hal ini hanya mungkin terjadi jika kedua pihak menahan diri.
Jika perang benar-benar pecah, dampaknya bukan hanya bagi Israel dan Iran, tetapi juga seluruh kawasan. Stabilitas global bisa terguncang.
Komunitas internasional diharapkan terus aktif dalam menekan kedua negara agar kembali ke meja perundingan dan menghindari kehancuran lebih lanjut. (*)
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v