Tangerang EKOIN.CO – Pertamina Group menggelar “Inaugurasi Special Flight Sustainable Aviation Fuel (SAF)” yang dilaksanakan oleh Pelita Air dengan menggunakan bahan bakar jet berkelanjutan, Rabu (20/8/2025) di Terminal 3 dan Apron Terminal 3 Bandara Internasional Soekarno–Hatta.
Langkah ini menjadi momentum penting dalam upaya mendukung transisi energi nasional serta mewujudkan keandalan energi berkelanjutan. Penerbangan khusus ini merupakan hasil nyata dari pengembangan ekosistem SAF yang dibangun Pertamina dari hulu hingga hilir.
Baca juga : Budidaya Pisang Jadi Program Kedaulatan Pangan ITB
Pelita Air, maskapai penerbangan domestik anak perusahaan PT Pertamina (Persero), menjalankan penerbangan menggunakan SAF sebagai bagian dari ekosistem yang mencakup pengumpulan dan distribusi used cooking oil (UCO) oleh Pertamina Patra Niaga, produksi UCO to SAF coprocessing oleh Kilang Pertamina Internasional, serta distribusi SAF ke sektor aviasi oleh Pertamina Patra Niaga.
Kolaborasi Strategis Bersama ITB
Pertamina menegaskan bahwa keberhasilan ini tidak lepas dari peran perguruan tinggi, terutama Institut Teknologi Bandung (ITB). Dalam acara tersebut, Rektor ITB Prof. Dr. Ir. Tatacipta Dirgantara, M.T., hadir bersama Tim Pengembangan Katalis Merah Putih dan Tim Uji Coba Bioavtur dari ITB.
Sejak awal, ITB menjadi koordinator teknis uji terbang komersial SAF Bioavtur J2.4. Proses ini melibatkan Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE), dengan dukungan dana dari Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDP). Tim ITB berperan dalam uji mutu bahan bakar sesuai standar ASTM, uji engine statis, hingga pengujian terbang dengan pesawat komersial.
Kolaborasi ini membuktikan pentingnya sinergi antara dunia akademik dan industri. Keterlibatan ITB dalam pengembangan katalis nasional serta pengujian SAF mempercepat adopsi energi bersih dan memperkuat kemandirian teknologi dalam negeri.

Menuju Langit Indonesia yang Lebih Hijau
SAF yang digunakan pada penerbangan tersebut berasal dari bahan baku terbarukan seperti minyak jelantah, diproses menggunakan katalis “Merah Putih” hasil inovasi anak bangsa, dan diproduksi di pabrik katalis nasional PT Katalis Sinergi Indonesia (KSI).
Avtur berkelanjutan ini diberi nama Pertamina SAF dan telah memenuhi standar internasional, di antaranya spesifikasi Avtur ASTM D1655, Defstan 91-91 latest issued, serta SK DJM No. 70.K/MG.06/DJM/2025. Pencapaian ini menegaskan bahwa Indonesia mampu menghasilkan bahan bakar penerbangan berstandar tinggi dan ramah lingkungan.
Semua aktivitas distribusi dan produksi ekosistem SAF juga telah memperoleh Sertifikasi Internasional untuk Keberlanjutan dan Karbon (ISCC) di bawah Skema Pengimbangan dan Pengurangan Karbon untuk Penerbangan Internasional (CORSIA). Selain itu, fasilitas coprocessing milik Kilang Pertamina Internasional mendapatkan sertifikasi dari Arahan Energi Terbarukan Uni Eropa (RED-EU).
Pencapaian tersebut menjadikan Pertamina sebagai ekosistem hulu-hilir bahan bakar jet berkelanjutan pertama di Asia Tenggara yang memperoleh pengakuan internasional. Hal ini sekaligus mengukuhkan posisi Indonesia sebagai pionir dalam transisi energi bersih di kawasan regional.
Dalam sambutannya, Rektor ITB Prof. Dr. Ir. Tatacipta Dirgantara, M.T., menyampaikan bahwa kolaborasi ini menjadi langkah nyata perguruan tinggi dalam mendukung energi berkelanjutan. “Inovasi katalis Merah Putih dan keberhasilan uji terbang SAF membuktikan bahwa riset dalam negeri mampu menjawab tantangan global,” ujarnya.
Langkah ini juga memperkuat dukungan Pertamina terhadap Asta Cita Pemerintah di bidang ketahanan energi. Penerbangan yang menggunakan bahan bakar campuran minyak goreng bekas ini menjadi bukti nyata pemanfaatan inovasi berbasis riset untuk menjawab kebutuhan energi bersih dunia.
Pertamina menekankan bahwa pengembangan SAF merupakan bagian penting dari persiapan mandat penerapan SAF pada tahun 2027. Dengan begitu, sektor aviasi nasional diharapkan semakin siap dalam menghadapi regulasi global terkait emisi karbon.
Selain itu, penerbangan khusus ini juga menjadi simbol penting bahwa Indonesia dapat menjadi pelopor energi terbarukan di sektor penerbangan, sekaligus memperkuat posisi dalam kancah internasional. Pertamina menilai, langkah ini membuka peluang besar bagi pengembangan energi bersih di sektor transportasi.
Keberhasilan penerbangan ini menunjukkan bahwa inovasi energi berkelanjutan tidak hanya sebatas konsep, tetapi dapat diimplementasikan secara nyata untuk menjawab kebutuhan industri penerbangan modern.
Pencapaian ini diharapkan mampu menarik investasi baru di sektor energi bersih, membuka lapangan kerja, dan memperkuat ketahanan energi nasional di masa mendatang. Pertamina juga menegaskan akan terus melakukan riset dan pengembangan bersama mitra akademik serta internasional.
Inisiatif ini tidak hanya berdampak pada sektor energi, tetapi juga memberikan kontribusi pada target pengurangan emisi karbon global. Dengan keterlibatan berbagai pihak, Pertamina optimistis ekosistem SAF dapat terus berkembang.
Kehadiran SAF diharapkan mempercepat adopsi energi bersih di sektor penerbangan, sekaligus mendukung komitmen Indonesia dalam Paris Agreement dan target Net Zero Emission 2060.
Dalam konteks ini, dukungan regulasi, investasi, serta partisipasi masyarakat menjadi kunci keberhasilan. Dengan sinergi berkelanjutan, Indonesia berpeluang besar menjadi pusat inovasi energi bersih di kawasan Asia Tenggara.
Sebagai penutup, penerbangan dengan SAF oleh Pelita Air menjadi simbol kemajuan teknologi dan kemandirian bangsa. Inovasi ini membuka jalan bagi generasi mendatang untuk mewarisi udara yang lebih bersih dan energi yang lebih berkelanjutan.
Saran yang dapat diambil dari keberhasilan penerbangan ini adalah pentingnya memperkuat kolaborasi lintas sektor, baik antara pemerintah, industri, akademisi, maupun masyarakat. Dengan kerja sama yang solid, transisi energi dapat berjalan lebih cepat dan efektif.
Selain itu, perlu adanya edukasi yang lebih luas kepada masyarakat mengenai manfaat SAF. Kesadaran publik akan pentingnya energi bersih dapat mempercepat penerimaan dan penggunaan bahan bakar berkelanjutan di masa depan.
Pertamina juga disarankan terus memperluas jaringan kerja sama internasional agar produk SAF dapat diterima lebih luas di pasar global. Hal ini dapat meningkatkan posisi Indonesia sebagai pemain utama energi bersih dunia.
Pemerintah diharapkan memberikan dukungan kebijakan dan insentif yang jelas untuk memperkuat daya saing SAF dalam negeri. Dengan langkah tersebut, pengembangan energi berkelanjutan akan lebih terjamin keberlanjutannya.
Akhirnya, keberhasilan ini sepatutnya menjadi inspirasi bagi sektor lain untuk mengadopsi teknologi ramah lingkungan. Dengan komitmen yang konsisten, Indonesia dapat menjadi contoh bagi negara lain dalam mewujudkan energi berkelanjutan. (*)
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v