RABAT, EKOIN.CO – Ratusan ribu warga dunia tumpah ruah di berbagai kota pada Minggu (10/8), menggelar aksi demonstrasi besar-besaran menuntut diakhirinya perang Israel di Gaza serta membuka jalur bantuan kemanusiaan bagi warga Palestina. Seruan ini menggema di pusat-pusat kota di kawasan Arab hingga Eropa, memperlihatkan solidaritas lintas benua terhadap penderitaan warga sipil.
(Baca Juga : Demo Solidaritas Palestina)
Aksi yang dipenuhi yel-yel “Free Palestine” itu bukan hanya menjadi protes atas kekerasan bersenjata, tetapi juga sebagai simbol perlawanan terhadap kebijakan pengungsian paksa, kelaparan, dan blokade yang disebut-sebut diberlakukan Israel di wilayah Gaza. Massa dari berbagai latar belakang turun ke jalan dengan spanduk, bendera Palestina, dan simbol-simbol perdamaian.
Gelombang Protes dari Rabat hingga Amsterdam
Di Maroko, ribuan warga memadati jalanan Rabat dan Agadir, membawa poster besar bertuliskan dukungan untuk Palestina. Mereka menolak kebijakan yang mengakibatkan pengungsian massal serta memburuknya krisis pangan di Gaza. Sementara itu di Tunisia, kerumunan massa berkumpul di alun-alun utama ibu kota dengan orasi yang mengecam agresi Israel.
(Baca Juga : Aksi Tunisia Bela Gaza)
Di Istanbul, Turki, ribuan pengunjuk rasa menuntut diakhirinya pengepungan yang membuat pasokan makanan, air, dan obat-obatan di Gaza semakin menipis. Di Amsterdam, Belanda, massa memadati pusat kota sambil menyerukan sanksi internasional terhadap Israel dan mendesak pemutusan hubungan politik serta militer.
Dukungan Eropa terhadap Gencatan Senjata di Gaza
Dari Swedia, seruan gencatan senjata penuh terdengar lantang. Warga di sana mendorong boikot terhadap produk yang memiliki kaitan langsung dengan Israel sebagai bentuk tekanan ekonomi. Pesan yang mereka bawa jelas: hentikan perang dan buka akses penuh untuk bantuan kemanusiaan di Gaza.
(Baca Juga : Seruan Boikot Produk Israel)
Aksi unik dilakukan di Jenewa, Swiss, di mana ribuan orang memukul panci kosong secara bersamaan. Bunyi dentingan menjadi simbol perlawanan terhadap kelaparan yang dialami warga Gaza akibat blokade berkepanjangan. Simbol ini dianggap efektif untuk menarik perhatian dunia terhadap krisis pangan yang semakin parah.
Sementara di Berlin, Jerman, dan Oslo, Norwegia, aksi serupa digelar dengan pesan yang sama: hentikan perang, cabut blokade, dan buka jalur bantuan. Demonstran membawa lilin sebagai tanda belasungkawa bagi korban tewas, sekaligus harapan akan perdamaian di Gaza.
(Baca Juga : Gelombang Protes Eropa untuk Gaza)
Pesan Kemanusiaan Menggema di Dunia
Para peserta aksi menegaskan bahwa isu Gaza adalah masalah kemanusiaan global yang memerlukan respon cepat. Di berbagai kota, organisasi kemanusiaan turut hadir untuk menggalang donasi dan mengedukasi publik tentang situasi di lapangan. Pidato-pidato yang disampaikan dalam demonstrasi itu banyak menyoroti penderitaan anak-anak dan perempuan.
Bagi banyak pengunjuk rasa, kehadiran mereka di jalanan adalah bentuk kepedulian yang tidak bisa lagi dibungkam. Mereka percaya, tekanan publik dapat mendorong pemerintah negara-negara besar untuk mengambil langkah diplomatik yang lebih tegas.
Di Rabat, seorang aktivis kemanusiaan menyatakan, “Kita tidak bisa tinggal diam saat melihat anak-anak kelaparan di Gaza. Dunia harus bertindak sekarang.” Pernyataan ini mendapat tepuk tangan panjang dari massa yang hadir.
Tekanan Politik Internasional
Pengamat politik menilai, rangkaian demonstrasi ini berpotensi menjadi tekanan diplomatik terhadap negara-negara yang selama ini pasif terhadap konflik Gaza. Suara publik yang masif dapat mempengaruhi kebijakan luar negeri, terutama di negara-negara Eropa yang memiliki hubungan dagang dan militer dengan Israel.
Bahkan, beberapa pemerintah mulai menghadapi desakan internal dari parlemen dan masyarakat sipil untuk meninjau kembali kerja sama dengan Israel. Desakan ini tidak hanya terkait sanksi politik, tetapi juga penghentian ekspor senjata yang dinilai memperburuk konflik di Gaza.
(Baca Juga : Dukung Sanksi untuk Israel)
Aksi yang terkoordinasi lintas negara ini menunjukkan bahwa teknologi informasi berperan penting dalam mobilisasi massa. Media sosial digunakan secara intensif untuk mengatur titik kumpul, menyebarkan poster digital, dan memperbarui situasi terkini di Gaza.
Solidaritas yang Melampaui Batas
Di antara kerumunan, terlihat perpaduan unik dari berbagai bahasa, etnis, dan agama. Muslim, Kristen, Yahudi anti-perang, hingga kelompok sekuler berbaur dalam satu tujuan: mendesak perdamaian untuk Gaza. Beberapa komunitas diaspora Palestina membawa kisah keluarga mereka yang terdampak langsung, menambah emosi dalam setiap orasi.
Solidaritas global ini memberi pesan bahwa perjuangan kemanusiaan tidak mengenal batas geografis. Dari Rabat hingga Oslo, dari Istanbul hingga Amsterdam, dukungan untuk Gaza terus mengalir dan menciptakan jaringan internasional yang saling menguatkan.
Gelombang protes global untuk menghentikan perang di Gaza memperlihatkan kekuatan solidaritas lintas negara. Aksi ini bukan hanya simbol kepedulian, tetapi juga instrumen tekanan politik yang nyata.
Dukungan dari berbagai kota besar di Arab dan Eropa menegaskan bahwa penderitaan warga Gaza telah menjadi isu kemanusiaan dunia yang memerlukan tindakan segera.
Pesan yang dibawa massa jelas: hentikan kekerasan, buka akses bantuan, dan pulihkan hak hidup warga sipil.
Jika aksi-aksi ini terus berlanjut, tekanan publik dapat memaksa pemimpin dunia mengambil langkah yang lebih berani dalam diplomasi internasional terkait konflik Gaza.
Solidaritas yang terbentuk di jalanan dunia diharapkan menjadi energi kolektif untuk mewujudkan perdamaian yang berkeadilan bagi seluruh rakyat Palestina. (*)
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v